Zefanya sedang duduk di tengah lapangan basket sendirian. Menunggu seseorang yang dia harap akan datang. Detik demi detik, menuju kehitungan menit, lalu bertambah menjadi hitungan jam.
"Udah dua jam." Ujarnya melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Zefanya sudah menghubungi Danendra lewat chat. Namun, tak ada balasan. Dia terlalu takut untuk menelepon Danendra, karena takut Danendra merasa risih, pikir Zefanya.
"Udah mau jam 4 sore. Apa mungkin kak Danendra sibuk?" Monolog Zefanya mencoba berpositif thinking.
"Gua tunggu dulu lima belas menit lagi, mungkin dateng."
Bukan 15 menit waktu yang Zefanya beri, namun menjadi 1 jam. "Oke, gue harus pulang! Mungkin Kak Danendra sibuk." Pikir Zefanya masih terima. Dia pulang dengan harapan yang telah pupus. Di perjalanan pulang, Zefanya tak sengaja melihat seseorang yang sangat ia kenal, bahkan dia tunggu sejak tadi. Ya, Zefanya melihat Danendra sedang memeluk seorang remaja perempuan cantik dan manis. Zefanya berhenti di sebrang jalan, menatap nanar dua orang yang sedang kasmaran. Buliran bening datang mengisi pelupuk mata Zefanya. Zefanya berusaha untuk tidak hancur. Namun, komitmennya kalah untuk berusaha tidak terlalu berharap.
"Ternyata gue terlalu banyak berharap, hiks." Ujarnya tak tahan. Menghapus air mata yang sudah menumpuk dalam pelupuk matanya. Lalu, pergi dari tempat itu.
***
Di rumah Danendra sedang ada acara sykuran sederhana untuk menyambut kepulang Zafa adik Danendra. Zafa sudah sejak lulus SD langsung di pindahkan ke Jawa Timur untuk masuk ke pondok pesantren Gontor. Sekarang waktunya Zafa untuk pulang. Dia, lulus dengan nilai terbaik di Gontor untuk Sekolah Menengah Pertama.
"Abah, kok Abang belum pulang ya Bah?" Tanya Azura khawatir.
"Coba Umik telfon Danendra." Saran Taufiq Ayah Danendra yang sudah terbiasa di panggil Abah.
Azura memcoba untuk menelepon Danendra. Namun sayang, handphone Danendra malah berbunyi di kamarnya.
"Aduh, Bah! Telfonnya ga di bawa sama Abang." Azura makin panik.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, Haduuuuuuuh. Abang pengen buat umik jantungan Yah?!" Ujar Azura sedikit kesal dan panik akibat kelakuan anaknya itu.
"Danendra sama Zafa cuman keliling doang Umik." Jawab Danendra.
"Kenapa Hp nya ga di bawa?"
"Lupa, ehe." Cengir Danendra menggaruk belakang kepala yang tak gatal.
"Kebiasaan Mi'." Ujar Zafa meledek.
"Yasudah udah mau malem. Mending kalian mandi terus siap-siap Sholat." Perintah Azura. Langsung di tanggapi oleh kedua anaknya.
Setelah selesai mengerjakan Sholat Maghrib, Danendra sedang sibuk memberantakan kamarnya.
"ABANG! KENAPA KAMARNYA INI!?" Teriak Azura yang terkejut melihat kamar Danendra porak poranda.
"Umik ngeliat Hp Abang ga?" Tanya Danendra masih fokus mengacak kamarnya.
"Astaghfirulloh, hp kamu ada di meja makan tadi, Umik yang naruh."
"Aih, Umik kenapa ga bilang." Gerutu Danendra.
"Makanya tanya dulu." Ujar Azura gemas, lalu menjewer pelan telinga Anaknya.
"A-awwww" rintih Danendra kesakitan. "Maaf Umik, yaudah Abang beresin kamar dulu yah." Mohon Aigham. Azura langsung melepas jewerannya.
"Bagus." Ujarnya lalu pergi.
***
"Ahhhhhh, selesai." Desah Lesu Danendra, setelah membersihkan kamarnya.
"Oh iya, HP!" kejutnya langsung pergi keluar kamar mencari benda itu. "UMIIIIK, KATANYA HP DANENDRA ADA DI MEJA MAKAN, KOK GA ADA?!" Teriak Danendra terus mencari.
"Heh kamu!" Panggil Zafa di ambang pintu kamarnya."APA?!" Sentak Danendra masih mencari.
"Cari ini ya?" Ujar Zafa lagi dengan suara ledekan, menunjukkan Hp Danendra dengan tangan kirinya.
Danendra menoleh kearah Zafa dan mendapati Zafa dengan Hp-nya.
"Nah itu dia, Mana! Kasih Abang!" Pintanya menjulurkan tangan.
"Ooh, Tidak bisa! Saya harus menggunakan Hp ini untuk sosmed saya. Byeeee!" Ujar Zafa menolak memberikan. Zafa malah mempermainkan Danendra dengan membawa Handphone Danendra kedalam kamar dan mengunci pintunya.
"EH,EH, WOYYYYYY. ZAFA BALIKIN GA HP ABANG!" Teriak
Danendra meminta paksa di depan pintu kamar Zafa. "ABANG DOBRAK NIH PINTUNYA!" Ancam Danendra."Ga, bakalan bisa wleeeee! Abang mau di marahin Abah!? Lagian cuman minjem Hp doang, bentar." Ujar Zafa dari dalam kamar.
"TAPI, ABANG BUTUH HP ITU. ADA ORANG YANG HARUS ABANG KABARIN ZAF!" Kata Danendra lagi.
"Abang punya pacar?" Tanya Zafa di dalam kamar.
"Banyak omong ni anak." Lirih Danendra kesal.
"Bisa foto-foto, trus di taruh di story, trus pacar Abang langsung liat, trus putus deh. Hahahaha." Ledek Zafa dari dalam kamar dan tertawa jahat.
'Brak, brak, brak.' Pintu kamar Zafa di gedor makin kuat oleh Danendra. "BALIKIN CEPET! KALO ENGGAK-"
"Kalo enggak apa?!" Potong Zefanya.
'Duh, kalo di dobrak ni pintu. Abah bakalan marah, karena ini pintu antik yang susah di cari. Gue harus pakek cara halus.' Batin Danendra mencari rencana.
Entah apa yang ada di otak Danendra, namun dia sedang sibuk mengambil selang kecil panjang dan corong yang biasa Azura gunakan untuk memasukkan minya kedalam botol.
'
Hehehe, gue pakek cara ini lagi ahh. Mana tau berhasil kek waktu ngerjain si Khaibar di toilet sekolah dulu.' Batinnya bersiasat untuk membalas.Danendra memasukkan ujung selang kecil itu di sela bawah pintu dan yang ujung yang lain di masukkan ke dalam lubang corong itu. 'Mumpung lagi kebelet pengen berak juga. Hahahaha, rasain nih Zafa!' Batinnya lagi menahan tawa.
Danendra mengarahkan corong itu ke arah belakang bokongnya tepat di bawahnya. Lalu, 'Prrrrrrt,prrrrrrt,prt' suara kentut itu sangat nyaring masuk kedalam kamar Zafa.
"IH, SIAPA ITU YANG KENTUT? KENCENG BANGET, BERAPA LAMA GA BAB?" Teriak Zafa heran di dalam kamar. Danendra menahan tawanya diambang pintu. Tak lama tercium bau busuk yang menyengat mengisi kamar Zafa.
"IH, BAU BANGEET! KENTUTNYA DI LUAR KOK BAUNYA DI KAMAR AKU SI." Teriak Zafa lagi.
"WAAAAAAH, BAU! UWLEEEEEK, PEN MUNTAH. BUSUK BANGET! KEK BAU BANGKE TIKUS." Zqfa menutup hidungnya disaat mencium aroma busuk di kamarnya. Ia mencoba mencari udara segar. Namun, tidak bisa.
"ARRRGHHHHHHHHH BAU BANGET! GA KUAAAAAAAAAAT, NYENGAT. KALO TETEP DISINI MATI GUE!" Teriak Zafa lagi, tak tahan dengan baunya. Zafa lupa jika Danendra sedang menunggunya di luar. Dengan terburu-buru Zafa membuka kunci pintu kamarnya. Jika dia masih di dalam mungkin dia akan pingsan karena tak tahan.
"UHUK,UHUK, UWLEEEEEEEEK. BUSUK BANGET." Ujarnya jijik, setelah berhasil membuka pintu dan keluar kamar. Danendra yang melihat handphone nya di tangan Zafa langsung merampasnya dengan mudah.
"ABAAAAAAANG, JADI INI PERBUATAN ABANG!?" Teriak
Zafa kesal."Rasain! Suruh sapa ngelawan Abang. Wleeeeeek, menuai buah busuk." Ledek Danendra, lalu pergi ke kamarnya.
"ABAAAAAAAAANG, UHUK,UHUK. MASIH BAU KAMARKU. BERAPA LAMA SIH GA BAB?!"
"2 MINGGU!" Ujar Danendra asal dari dalam kamarnya.
"WHAT! UWLEEEEEEK, BETAH BANGET TUH BERAK DI USUS ABANG. BUANG BANG! SONO BAB!" Zafa terlontar kaget saat mendengar ucapan Danendra.
"BESOK-"
"HAH!"
"LUSA, HAHAHAHAHAHAHA" ledek Danendra tertawa puas telah berhasil membalas Zafa.
"JOROK BANGET PUNYA ABANG. KAMAR ZAFA TETEP BAU BANG! POKOKNYA BESOK BELIIN PENGHARUM RUANGAN!"
"BODO!"
"AKU LAPORIN UMIK NIH!" Ancam Zafa.
"Laporin aja."
"IIIIHHHHHHH, GA TAHAN. HEH DASAR ABANG JAHAT!" Zafa sangat kesal.
"BODO AMAT!"
Danendra sibuk mencari kontak yang dia harap tak akan marah. "Zefanya, Zefanya. Nah ketemu!" kejutnya senang. Danendra langsung menghubungi nomor itu. Panggilan itu masuk, namun tak di jawab oleh pemilik nomor. Untuk kedua kalinya Danendra hubungi lagi, namun di tolak oleh Zefanya.
"Duh, parah. Zefanya ngamuk, gimana dong. Gue lupa tadi ngasih kabar. Argggggh, gue ga mau kehilangan kesempatan." Ujar Danendra frustasi.
Danendra mencoba menghubungi Zefanya lewat chat.
*Zefanya♡*
Anda: 'Zef, maaf tadi aku lupa kasih kabar.'
Anda: 'aku tau kamu marah. Tapi aku bisa jelasin kok.'
Anda: 'Zef angkat telfonnya. Kakak mohon🙏"
Anda: 'besok kita kakak jemput kamu pulang sekolah. Jangan marah plis🙏'
Anda: 'Zef'
Anda: 'Zef'
Anda: 'p'
Anda: 'p'
Anda: 'p'
Anda: 'p'
Anda: 'p'"Fix! Zefanya marah. Argggggh bodoh banget gue." Danendra makin frustasi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Minimum (AiRa) (End)
Random"Aighaaaaaaaam!" Teriak Chaira frustasi. Melihat Aigham tidur disaat belajar bersama di rumah Chaira. "Parah sih Aigham." Lirih Zefanya tersenyum miris. Chaira menggoyangkan tubuh Aigham yang tidur di atas buku. "Banguuuuuuuun." Aigham masih saja...