"Assalamu'alaikum, Om-Gham." Sapa Chaira kepada Ayah Aigham dan Aigham.
"Wa'alaikumussalam. Akhirnya kamu datang nak." Ujar Ayah Aigham lembut.
"Kenapa om? Apa Aigham ga bisa diatur?" Tanya Chaira melirik Aigham.
"Kok gue?"
"Kan elo emang ga bisa di atur." Ledek Chaira.
"Udah-udah, Aigham bisa Om atur kok. Om cuman lagi nunggu kamu aja. Soalnya Om mau nitip Aigham sebentar." Jelasnya.
"Ayah mau kemana?" Tanya Aigham menyela.
"Dokter tadi bilang, kalo kamu udah bisa di pulangkan dan di rawat jalan di rumah. Makanya Ayah mau selesaikan administrasi sama mau tebus obat kamu." Jelas Ayah Aigham lagi.
"Ooh, iya Om." Jawab Chaira mengerti.
"Yaudah, Om pergi dulu yah." Pamit Ayah Aigham, lalu pergi meninggalkan ruangan.
"Lo udah bawa cimol kan?" Tanya Aigham.
"Nih Cimol!" Ujar Chaira menampakkan kepalan tangannya.
"Padahal udah gue transfer uangnya. Kebanyakan or kurang?" Tanya Aigham meledek. Chaira memutar matanya malas.
"Berisik!"
"AIGHAM!" panggil Nichole di ambang pintu.
"Nichole." ujar Aigham dan Chaira kaget. Nichole mendekati mereka berdua.
"Kok lo bisa ada disini Nich?" Tanya Aigham panik.
"Gue ngikutin Chaira." Jawab Nichole. Chaira yang tidak tau jika Nichole mengkutinya langsung merasa bingung.
"Bukannya lo bareng sama Stevany?" Tanya Chaira.
"Ga. Gue ga suka sama sifat Stevany. Jadi, gue tinggalin dia."
"Hadeh." Desah Chaira pasrah.
"Kan gue udah bilang lu pura-pura ga kenal sama Nichole." Bisik Aigham pada Chaira. Nichole yang mendengar bisikan itu langsung tertawa.
"Ehehehe, sebenarnya Chaira emang ga kenal sama gue."
"TAU!" Potong Aigham.
"Gue duluan yang pengen kenalan sama dia, Gham."
"Tuuuuuuuh, dengerin. Su'udzon siii." Ujar Chaira setuju dengan ucapan Nichole.
"Emang kenapa kalo gue kenal sama Chaira, Gham?" Tanya Nichole.
"Gapapa kok." Jawab Aigham beralasan.
"Yaudah, btw, lo kenapa? Kok bisa gini?" Tanya Nichole khawatir.
"Gapapa kok, cuman kecelakaan doang." Ucap Aigham bohong.
"Albhar kan?!" Tukas Nichole. "Maafin gue Gham." Sambungnya menyesal.
"Udah-udah. 'Toh Aigham udah sembuh." Sela Chaira. "Nanti, kita pikirin buat tuntasin masalah lo." Ujarnya lagi.
"Jalan keluarnya adalah kakak gue, dan kakak gue mungkin harus mati demi kelarnya masalah ini." Jelas Nichole.
"Kakak lo kemana sekarang?" Tanya Chaira.
"Mungkin dia ada dirumah Omah gue, di Jepang."
"Jauh banget." Ujar Chaira kaget.
"Kita pikirin nanti, tunggu Aigham sembuh total. Dia ga boleh banyak pikiran soalnya." Ujar Chaira. Dia angguki oleh keduanya.
***
5 hari kemudian...
Chaira sedang fokus di Lab. Komputer. Mengerjakan tugas akhir sekolahnya. Tiba-tiba handphone-nya berdering.
"Halo, Assalamu'alaikum." Ucap Chaira membuka pembicaraan.
"Lo dimana? Gue cari di kelas lo, kok lo gaada." Tanya Aigham disebrang. Aigham sudah sembuh sejak kemarin sore. Dia sudah bisa terbebas dari perban yang ada di kepalanya. Kini, Aigham sudah bisa bersekolah.
"Gue sibuk." tukas Chaira, memutuskan sambungan telfon.
Aigham yang sekarang berada di depan kelas Chaira langsung panik. Dia mencari Zefanya berharap mendapatkan info. Tak lama, Zefanya muncul dengan temannya.
"Zef." Panggil Aigham.
"Aigham, lo ngapain manggil gue?" Tanya Zefanya.
"Chaira dimana?"
"Hah, gue ga salah denger lu nyariin Chaira?" Ujar Zefanya Memastikan.
"Tinggal jawab tempatnya dimana, Susah!" Cercah Aigham.
"Di Lab. Komputer." Ujar Zefanya. Aigham langsung meninggalkan Zefanya tanpa pamit menuju lab. Komputer.
"Dih aneh." Lirih Zefanya.
***
"Ra!" Panggil Zefanya disamping Chaira.
"Emmm." Deru Chaira fokus dengan laptopnya.
"Tadi, Aigham nyariin elo, Dia ada perlu apa?" Tanya Zefanya penasaran.
"Dia minjem flash disk ke gue." Ujar Chaira tenang.
"Buat apa?"
"Mana gue tau."
"Lo kok bisa deket sama Aigham?" lanjut Zefanya introgasi.
"Mmm, emang ga boleh yah?"
"Boleh. Tapi, aneh aja. Aigham kan anak judes and nakal." Ujar Zefanya.
"Ga semua orang nakal buruk hatinya. Terkadang yang menurut lo baik, dia yang bakalan nyakitin elo." Kelas Chaira tenang.
"Ish, kesudut. Oh iya, gue nanti mau main basket sama kak Danendra. Mau ikut?" Ajak Zefanya.
"Wiiiiiiih, kemajuan pesat. Tinggal nunggu hari jadi nih." Goda Chaira.
"Hmmmm, yang pasti gue ga mau terlalu berharap. Jadi nanti, gue pulang duluan gapapa kan?"
"Iyaaa, gapapa. Asalkan temen gue bahagia."
"Makasiiiiiii." Ucap Zefanya bahagia, lalu memeluk Chaira gemas.
'Sorry Zef, kalo gue boong.' Batin Chaira sedih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Minimum (AiRa) (End)
Random"Aighaaaaaaaam!" Teriak Chaira frustasi. Melihat Aigham tidur disaat belajar bersama di rumah Chaira. "Parah sih Aigham." Lirih Zefanya tersenyum miris. Chaira menggoyangkan tubuh Aigham yang tidur di atas buku. "Banguuuuuuuun." Aigham masih saja...