story

4 3 0
                                    

Flash back on...
'Gue harus bisa hindarin dua orang gede ini.' Pikir Aigham dalam hati. Lalu mempercepat kelajuan motornya. Namun, sayang disaat Aigham berbelok di salah satu tikungan, tiba-tiba mobil Albhar sudah berada di depannya. Mau tidak mau Aigham harus menarik pedal rem secara mendadak, sampai ban belakang motor Aigham terangkat. Aigham berhenti tepat di depan mobil Albhar. Kedua orang suruhan yang dari tadi mengejar Aigham juga berhenti sejak tadi. Kini, Aigham terkepung. Albhar pun keluar dari mobilnya, seperti penjahat terbesar.
"Mau kemana lo? Keburu gitu." Ujar Albhar sok perhatian dengan senyum devilnya. Aigham hanya menatapnya benci. "Gausah kek gitu kali mukanya." Tukasnya, tak suka dengan tatapan Aigham.
"Dasar lo pengecut!" Jerit Aigham Geram.
"Gue, pengecut? Yang ada elo kali. Hahaha, Habisi Dia!" Perintah Albhar kepada dua orang berbadan besar yang telah siap untuk memukul.
"Siap Bos."
"WOY ANJING!" Teriak Aigham lagi di saat melihat Albhar ingin  masuk kedalam mobil. Albhar terkejut dengan teriakan Aigham yang menyebutnya anjing.
"HAHAHAHAHAHA, EMANG BENER KEK TIKUS LO.  MO MUKUL GUE AJA MASIH PAKEK TANGAN ORANG GEDE. TANGAN LO NYUSUT?" Ledek Aigham. Albhar mencoba menahan emosinya.
"BUNUH DIA!" Teriak Albhar penuh emosi kepada suruhannya. Langsung diangguki oleh keduanya. Aigham dengan sigap turun dari motor ninja nya, melepas helm, dan memandang kedua orang bertubuh besar itu. Salah satu dari mereka mencoba memukul Aigham, namun langsung di tepis olehnya. Perkelahian yang terjadi antara Aigham dengan kedua orang bertubuh besar itu seri, Aigham terlalu lincah dan pintar untuk menghidar dan membalas pukulan mereka. Tidak hanya menggunakan tangan, helm yang dia pakai pun menjadi alat bantu. Tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Semuanya terluka lebam pada tubuh masing-masing. Namun, Albhar mengisyaratkan kelicikannya kepada mereka  berdua. Albhar menunjukkan sebuah batu besar yang ada di salah satu trotoar. Keduanya paham dan saling melihat satu sama lain. Mereka maju kembali namun, salah satu dari mereka hanyalah umpan. Sedangkan yang lainnya sibuk mengambil batu berukuran sedang dan ujungnya lumayan tajam. Albhar yang memperhatikannya dari kejauhan, langsung mengisyaratkan kepada suruhannya yang sedang bersiap untuk memukulkan batu keras itu, kearah kepala Aigham.
'Bugh' batu itu terkena tepat di dahi bagian kiri Aigham.
Aigham langsung sepontan berhenti, dia merasa kepalanya berat. Penglihatan kabur dan perlahan menghitam. Aigham masih sempat melihat kedua orang itu tertawa licik, sampai akhirnya dia jatuh. Albhar melihat keadaan Aigham yang mulai sekarat dan mengeluarkan banyak darah.
"Bos, sepertinya dia akan mati." Ujar orang bertubuh besar itu.
"Tutupi wajahnya dengan kain ini, agar dia susah untuk bernafas. Heh, makanya jangan pernah berpikir buat ngerusak rencana gue. Mampus sendiri kan!" Maki Albhar.
"Tinggalin dia disini, ga bakalan ada yang nolongin dia. Jalanan sepi bentar lagi dia udah mati." Ujar Albhar masuk kedalam mobil, diikuti oleh kedua kedua suruhannya.
Flash back off....
****************
"Aish, kejam banget kak Albhar." Decak Khaira.
"Namanya juga dendam."
"Tapi berpikir sampek bunuh orang kan kejam. Masalah besar apa si, sampek  lo mau di bunuh gini?"
"Lo amnesia?"
"Ya enggak lah."
"Kan gue pernah cerita soal Nichole pas di Mall."
"Oh iya. Jadi, karena Nichole."
"Gue ga mau sahabat gue di tahan terus sama Albhar."
"Nichole, diculik?" Tebak Chaira.
"Nichole di tahan sama polisi, karena laporan palsu Albhar.  Tentang penyalah gunaan narkoba."
"Narkoba!" jerit Chaira sepontan.
"Iya, Albhar pemakai sekaligus pengedar narkoba secara ilegal. Gue berhasil nemu bukti kalo laporan itu palsu Dan Nichole udah gue bebasin dari penjara. Kenapa Nichole bisa ada sangkut pautnya sama si Albhar, karena Albhar punya dendam juga sama kakaknya Nichole. Saat itu, Nichole ga sengaja nemuin sisa ganja di tempat bangkunya, dan dengan liciknya Albhar ngambil gambar Nichole waktu megang tu ganja. Laporan palsu pun bisa di buat dengan mudahnya lewat bukti palsu juga. " Jelas Aigham.
"Ada masalah apa sama kakaknya Nichole." Tanya Chaira.
"Albhar punya kakak cewek, dan udah pacaran lama sama kakaknya Nichole. Tapi, mereka malah ngelakuin hal bodoh. So, kakaknya Albhar hamil, tapi kakaknya Nichole ga mau tanggung jawab. Malah dengan tega nyuruh kakaknya Albhar buat ngelakuin Aborsi."
"Aborsi." Ucap Chaira tak habis pikir.
"Iya, dan mungkin karena itu kakaknya Albhar frustasi plus stres, dan nekad bunuh diri di kamar mandi dengan nusuk  perutnya. Makanya, Albhar benci banget sama Nichole. Kejadian itu baru tahun kemaren terjadi, pas dia dilantik jadi kapten basket. Kakaknya Albhar adalah satu-satunya saudara yang dia punya. Makanya dia sayang banget dan ga terima, atas semua yang terjadi sama kakaknya."
"Kok lo bisa tau semuanya?"
"Ini semua Nichole yang cerita pas gue ke penjara kemaren. Kakaknya Nichole kabur entah kemana karena di teror sama Albhar. Nyokap sama bokapnya Nichole ada di Amerika. Keknya, besok Nichole udah bisa sekolah."
"Oh iya, gue kan sekolah juga."
"Hmmm. Trus lu ngapain masih disini? Pulang sono! Gue bisa jaga diri." Suruh Aigham.
"Gue ga bakalan tenang sebelum nyokap-bokap lu kesini."
"Meskipun kiamat udah berakhir, Ayah sama Mamah ga bakalan dateng. Jangan bilang lo udah ngasih tau mereka." Tebak Aigham curiga.
"Tebakan lo salah banget kalo  gue salahin."
"Maksud lo?"
"Gue salah kalo nyalahin tebakan lo."
"Berbelit-belit lah, langsung to the point." Geram Aigham.
"Iya gue udah nelfon mereka."
"HAH! Hahahahahahahahahahahaha, A-aduh."
"Kalo ketawa tuh yang wajar, Jadi sakit kan." Ujar Chaira.
"Ditawarin uang berapa sama Ayah?" Tanya Aigham penasaran.
"1M" ketus Chaira.
"Wah, udah kaya juga Ayah gue. Hahahaha, bisa-bisanya Ayah jual gue seharga 1M. Heh, kalo Mamah?"
"Dia bukan Mamah kandung lo kan?"
"Emang bukan, nawar berapa dia?" Tanya Aigham masih penasaran.
"Dia ga nawar.  Dia pengen gue jagain lo sampek sembuh."
"Oh, berarti lo kerja sama dia dong buat ngerawat gue. Siiiip, jadi mulai sekarang lo rawat gue yah. Urusan bayaran, gue bakalan minta ke Mamah." Ujar Aigham sok.
"Dih, siapa yang betah kerja sama lo."
"Lo mau ninggalin gua gitu aja?"
"Udah deh diem shuuut. Gue mau buka mukena dulu." Ujar Chaira, lalu membuka mukenanya dan merapikannya di kursi panjang.
"Lo tadi Sholat apa?" Tanya Chaira.
"Tahajud."
"Masih ada ya, orang Sholat jam segini."
"Eh, Bujank. Sholat jam segini tuh, adalah Ibadah terbaik yang Allah Rahmatin. Berdoa jam segini tuh bakalan langsung Allah kabulin." Jelas Chaira bangga.
"Yang bener? Nanti ga kekabul lagi."
"Gue yakin seratus persen kekabul." Kekeh Chaira.
"Gue boleh ga berdoa tanpa Sholat Tahajud?"
"Sok, Gada yang ngelarang. lain kali, kalo udah sembuh trus kebangun jam segini. Lo harus bisa Sholat."
"Iyaa, iya. Gue Doa sekarang yah."
"Sok!"
Aigham mengangkat kedua tangannya pelan. Lalu, menutup matanya dan berdoa dalam hati.
'Yaa Allah. Jika engkau memang benar-benar bisa mengabulkan semua Doa di waktu sepertiga malam. Maka kabulkanlah satu permintaanku. Maaf bila aku belum bisa melaksanakan Ibadah hebat itu, tapi aku, sangat memohon kepadamu atas nama keluargaku. Tolong pulangkanlah Ayahku. Buka-kanlah pintu hatinya untukku. Aku hanya butuhkan dirinya. Bisakah kau mengabulkan Doaku? Terimakasih. Aamiin.' Aigham mengusap wajahnya pelan dengan kedua tangannya.
'Yaa Allah. Kabulkanlah apapun Doanya  kali ini. Hamba tau, engkau akan mengabulkan Doa orang yang sedang sakit. Tuntunlah dia di jalan-Mu, berikan dia Hidayah Mu. Aamiin' Doa Chaira dalam hati.
"Bener yee seratus persen." Ucap Aigham tak yakin
"Bener."
"Oh iya, tolong rahasiain yang gue ceritain tadi, termasuk sama Nichole sendiri. Kalo lo ketemu dia pura-pura ga kenal aja." Ujar Aigham mengingatkan.
"Gue emang ga kenal sama Nichole."
"Pantes, lo kan jarang keluar kelas. Pasti kalo keluar cuman ke kantin atau enggak lapangan." Ujar Aigham.
"Nah itu bener. Oh iya, keknya masalahnya lo ini rumit. Ada jalan keluar?" Tanya Chaira.
"Gue juga bingung. Mending lo gausah ikut campur, biarin gue sama Nichole yang cari jalan keluar. Kalo lo mau bantu, ada tugas yang terbaik buat lo." Tawar Aigham.
"Apa?"
"Anterin gue pipis." Ujarnya tanpa dosa.
"APA!" Jerit Chaira kaget.
"Udah lah wei cepet. Tegang nih." Ucap Aigham menahan hajat.
"Haduh, lo bisa berdiri?" Tanya Chaira panik.
"Kaki gue keknya kram deh."
"Trus gimana dong? Yakali gue gendong." Ucap Chaira tambah panik. Aigham berusaha mencari sesuatu.
"Nah itu tuh ambil! Cepet gue dah kebelet." tunjuknya ke alat khusus penampung kencing. Chaira langsung mengambilkannya dan memberikannya kepada Aigham.
"Nih,nih." ucap Chaira memberikan alat itu.
"Lo ngapain masih ngadep sini?"  Tanya Aigham heran.
"Lah kenapa?" Chaira ikut bingung.
"Lo mau ngintipin punya gua? Balik badan sono!" Suruh Aigham membalikkan badan Chaira ke arah lain. Chaira yang sadar langsung  menutup matanya dan menjauhi Aigham karena malu. Aigham membuka celananya.
'DAMN! Ngapa lo berdiri? Untung Chaira ga liat.' Kejut setelah melihat kemaluannya yang mungkin memang ingin buangn hajat.
"Ahhh, lemes dah. Lega banget, woy lu?!" Panggil Aigham kepada Chaira yang berdiri di pojokan.
"Mmmm"
"Buangin hajat gua dund. Gua ga bisa berdiri masih." Pintanya.
"Alesan lo! Pasti, udah bisa jalan kan? Jangan boong deh, buang sendiri sono!" Tolak Chaira.
"Kok lo tega si. Nanti, kalo gue jatuh trus kencing gue kemana-mana, mau lu tanggung jawab?" Ujar Aigham kesal. "Lagian cuman buangin doang kok,  jangan lupa di bersihin." Sambungnya lagi.
"Iya, iya." Jawab Chaira pasrah.
Chaira mundur secara perlahan kearah Aigham.
"Gue udah nyampek belom?"  Tanya Chaira ragu meraba-raba kearah belakang.
"Lo dimana, gue dimana? Lo masih berjarak semeter dari gue bego. Aish, baru aja lo mundur dua langkah. Mana nyampek. Ni anak lama-lama bodoh ye." Decak Aigham kesal.
"Gosah ngamok kali. Gue kan takut."
"Takut? Takut apaan coba?" Tanya Aigham heran.
"Yaaaa, gue takut ngeliat itu." Ucap Chaira malu-malu.
"Gedek juga gue sama lo. Udah gue masukin kali, cepet woy nanti tumpah ini."
"Huffft. Iye, iy- ,ASTAGHFIRULLOH AIGHAM." Teriak Chaira kaget, melihat isi ruang di dalam alat itu sudah penuh.
"Namanya juga kebelet. Nih!" Aigham menyodorkan alat itu ke arah Chaira. Chaira yang melihat alat itu langsung bergidik ngeri.
"Bisa-bisanya lo pipis sebanyak ini. Heran gue, itu kemaluan apa kran air?" Oceh Chaira tak habis pikir, sambil membawa alat itu ke toilet.
"Bisa diem ga si! Gausah gibahin gue."
"Yang gibahin elo siapa?" Teriak Chaira dari toilet.
"Banyak omong." Ketus Aigham memutar mata malas.
Chaira sudah membuang hajat dan membersihkan alat itu dengan bersih. Lalu, Chaira ingat. 'Kalo si Aigham pipis pakek ini, berarti dia ga bersihin kemaluannya dong. Hadeh, nah untung ada tisu basah.' Pikir Chaira mengambil beberapa lembar tisu basah lalu keluar dari toilet.
"Nih." Chaira memberikan tisu basah itu kepada Aigham.
"Apaan nih?" Tanya Aigham  heran.
"Itu burung ga lo mandiin? Jorok banget si." Jawab Chaira heran.
"Mau elo yang bersihin?"
"Lama-lama gue tinggal juga lo gham." Ujar Chaira kesal.
"Canda neng. Sono balik badan, gue mo lepasin burung gua lagi. Kalo lo ngeliat nanti terbang nih burung." Ledek Aigham nakal.
"Ewhhhhhhhh. Jorok." Gidik Chaira jijik, lalu kembali ke pojokan. "Kalo udah selesai, taruh di plastik di meja. Nanti gue yang buang." Jerit Chaira mengingatkan.
'Dasar cewek aneh.' Aigham menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah lucu Chaira.
"Udah gue bersihin nih." Ucap Aigham mengikat plasti berisi tisue basah kotor.
"Itunya udah di masukin ga?" Tanya Inara ragu.
"Udah." Jawab Aigham.
"Oke." Chaira berbalik dan mengambil plastik yang sudah Aigham ikat tadi. Saat Chaira membuang plastik itu di tempat sampah, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 04:15 dini hari. "Duh waktunya Sholat nih. Kenapa suara Adzan ga kedengeranYa?" Ucapnya, bergegas untuk mengambil Wudhu'.
Chaira masuk ke dalam ruangan rawat Aigham.
"Lama banget buang sampah." ujar Aigham.
"Gue tadi ambil wudhu' bentar, mo Sholat." Jawab Chaira.
'Ni cewek ngejaga banget ibadahnya. Jadi inget Mamah.' Pikir Aigham melamun saat melihat Chaira sedang melakukan Sholat Subuh.
"Shhh. A-aww, kepala gue kok berat gini yah." Rintih Aigham kesakitan. Secara tiba-tiba kepala Aigham terasa berat seperti mengangkut besi 50 ton, pikiranya.
"Alhamdulillahirobbil 'alamiin"
"AWWWW, ARGHHHHHH. SAKIT, ADUH." Teriak Aigham kesakitan sambil memegang area kepalanya.
Chaira yang mendengar suara Aigham langsung berdiri dan menghampirinya.
"Kenapa Gham. Lo gapapa kan?" Tanya Chaira panik.
"Gatau ini kepala gue tiba-tiba berat sama sakit." Rintih Aigham kesakitan.
"Yang mana yang sakit?"
"Ini, disini!" Tunjuk Aigham.
Chaira mengelus lembut dan meniup bagian itu. Entah mengapa rasa sakit yang Aigham rasakan sedikit mengurang.
"Coba lo tidurin kepala lo pelan-pelan." Ucap Chaira memberi saran.
"Kalo bergerak kepala gua sakit." Rintih Aigham.
"Oke oke, gue bantuin. Pelan-pelan" Chaira berusaha menidurkan kepala Aigham dengan pelan. Aigham sudah dalam posisi terlentang, dan Chaira masih mengelus dan meniup bagian kepala Aigham yang sakit.
'Jantung gue kenapa?' Pikir Aigham tak karuan saat melihat wajah Chaira sedekat itu dengannya. Sakit kepalanya mulai sedikit mereda.
"Gimana udah ga sakit?" Tanya Chaira memastikan.
"U-udah mendingan." Jawabnya gugup.
"Ou, oke. Gue panggil suster dulu yah. Biar lo di periksa." Ujar Chaira, lalu pergi dari ruang rawat Aigham.
'Mah, apa Mamah ada di tubuh dia?' Aigham terharu atas apa yang Chaira lakukan tadi sama persis seperti apa yang Mamahnya lakukan.
Tak lama Chaira kembali dengan seorang perawat yang membawa alat medis.
"Ada yang bisa saya bantu mas Aigham?" Tanya lembut perawat itu.
"Kepala  saya sakit sus, kerasa berat gitu." Keluh Aigham.
"Ouuu, mungkin itu efek dari obat. Tolong jangan terlalu banyak bicara dan berpikir keras. Obat yang telah dokter  berikan sedang bekerja saat ini. Anda juga harus sarapan, nanti saya akan antarkan bubur untuk anda." Saran perawat itu.
"Sus, saya ga suka bubur sus." Tolak Aigham. Chaira yang melihat kelakuan Aigham langsung memutar mata malas.
"Lalu, anda ingin makan apa?" Tanya suster.
"Soto Ayam boleh ga sus?" Tanya Aigham nyengir. Chaira langsung membelalakan matanya kaget.
"Ada-ada aja deh mau nya lo. Udah kalo suster udah bilang bubur ya bubur, gada soto ayam." Ujar Chaira kesal.
"Eh, apaan sih lo. Gue kan nanya ke suster cantik. Boleh ya sus." Rayu Aigham sok ganteng. Chaira merasa  ingin muntah melihat wajah Aigham yang seperti itu.
"Gapapa kok mas. Tapi, disini ga tersedia soto ayam. Kalian harus beli di luar jika mau."
"Tuh.. denger! Mana kuping?" Ledek Chaira.
"Beliin dong Ra. Pleaseeeee, gue ngidam nih. Beliin yah." Bujuk Aigham tetap memakai mimik yang membuat Chaira ingin muntah. Perawat yang melihat tingkah laku mereka berdua hanya tersenyum malu.
"Yasudah, pertimbangkan saja dulu. Kalo ada yang perlu saya bantu, panggil saja ya mbak." Ucap Perawat itu, lalu pamit keluar ruangan.
"Ra, beliin gue soto ayam yah." Bujuk Aigham lagi.
"Hadeeeeeh,lu itu lagi sakit." Desah Chaira lesu.
"Makanya itu, kan gue  harus makan. Yaudah deh kalo ga soto ayam mending seblak gimana?"
"HEH,"
"Yaudah gausah seblak, gimana kalo cimol?" Pinta Aigham lagi menawar.
"HADEH, ngawur bego."
"Mmmm, yaudah kalo empek-empek?" Tawar Aigham lagi.
"Okeeee, okeeee, gue beliin elo soto ayam. Awas  kalo ga di habisin." Ancam Chaira.
"Seblak aja deh lebih enak." Ujar Aigham lagi.
"Mau gua kasih batu pakek aer hajat lo tadi mau?" Ancam Chaira.
"Eh,eh, sabar-sabar. Yaudah cimol."
"Dahlah gue pulang aja."
"Becanda Ra, hehehehe." Cengir Aigham.
"Hihihihi. Dah gue mau beli dulu. Kalo ada apa-apa telfon, atau panggil suster." Ucap Chaira mengingatkan.
"Iya." Jawab Aigham.
Chaira meninggalkan ruang rawat Aigham. Disaat dia berjalan di lorong rumah sakit, tak sengaja melihat seorang lelaki paruh baya yang masih sehat dan tampan. Memakai jas bak seorang Direktur besar melewatinya. Namun, Chaira tak terlalu perduli. Dia tetap berjalan kearah luar untuk membeli soto ayam yang Aigham pinta.

Minimum (AiRa) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang