dia sudah pergi

5 1 0
                                    

Di rumah sakit Aigham berjalan mondar-mandir di depan ruang yang pernah dulu ia tempati disaat dia tak sadarkan diri akibat Albhar. Sempat ada lintasan ingatan disaat Aigham dirawat oleh Chaira.

'Ra! Lo inget ga, disini Lo ngerawat gue dengan baiknya Sampek gue sembuh. Lo yang selalu ada buat gue. Gue mohon bertahan! Gue ga mau kehilangan Lo. Gue sayang sama Lo ra.' batin Aigham memohon.

"Maafin gue Ra,  Maafin gue Bar, udah bawa kalian ke jalan setan ini." Sesal Aigham.

"Kamu  harus kuat!  Mereka berdua pasti selamat." Ucap Reyko merangkul anaknya itu untuk menguatkan.

"Ada Mas Aigham?" Tanya seorang perawat.

"Kenapa sus?" Tanya Aigham.

"Anda di panggil oleh pasien."

"Baik sus." Aigham langsung masuk  ke dalam ruangan Khaibar.

Kondisi Khaibar sangat parah, komputer pendeteksi detak nadinya menunjukkan, bahwa detak jantung Khaibar sangat lemah.

'Tit, tit, tit,tit.'

"Bar?" Panggil Aigham lemah.

"Lo gapapa Gham?" Tanya Khaibar serak.

"Gue baik-baik aja, hiks." Aigham tak bisa menahan tangisnya. Melihat pahlawan yang sudah menyelamatkan nyawanya.

"Kenapa lo nangis?" Tanya Khaibar lembut dan tersenyum.

"Kenapa lo nyelametin gue Bar-hiks?!"

"Setidaknya fisik gue bermanfaat untuk orang lain." Ujar Khaibar masih serak.

"Hiks, hiks, hiks." Tangis Aigham pecah, melihat keadaan Khaibar yang semakin lemah. Detak jantungnya semakin lemah.

"Gue boleh minta sesuatu?" Pinta Khaibar.

"Apapun buat lo Bhar!" Ujar Aigham.

"T-to-long, heh, jangan kasih tau Inara. K-kalau, gue udah g-ga ada." 'Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing' suara pendeteksi itu sangat nyaring, menunjukkan gambar garis datar, yang berarti  sudah tidak ada tanda detak nadi lagi.

"BHAR! KHAIBAAAAAR, HIKS, BANGUN BAR, HIKS, HIKS. LO HARUS KUAT!" Jerit Aigham  terisak-isak.

"DOKTER, TOLONG DOK!" Panggil Aigham tergesa-gesa keluar dari ruangan Khaibar.

Dokter pun langsung masuk ke dalam ruangan Khaibar.

"Hiks, hiks, Arrrrrrgh, ini semua salah gue." Jerit.

Dokter memeriksa detak nadi Khaibar, namun naasnya tidak di temukan.

"Innalillahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun." Ucap dokter sendu.

"Dokter kenapa bilang gitu, Dok?" Tanya Aigham kaget.

"Mas Khaibar udah meninggal, Mas!" Jelasnya.

Aigham terbelalak dan terkejut atas pernyataan dokter.

"Hiks, Ga mungkin Dok! Ga mungkin, Bar! BANGUN BAR! HIKS" jerit Aigham memanggil nama Khaibar dan mencoba membangunkan Khaibar dengan mengguncang jenazah Khaibar yang sudah dingin.

Dokter menutupi wajah Khaibar dengan kain putih, lalu pergi meninggalkan Aigham yang terisak tangis tak terima.

"KHAIBAAAAAAAAAAAR!" Teriaknya.

***
Zefanya sedang menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya nampak sendu, buliran air mata jatuh dari pelupuk matanya.

"Zefanya." Panggil Mamahnya lembut di ambang pintu.

Minimum (AiRa) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang