6🌹

50 9 0
                                    

Mohon maaf jika terdapat typo yang bertebaran. Happy reading...

2 hari setelah kejadian itu, Lia tak hadir disekolah. Orang tua Lia tak mengizinkan Lia untuk sekolah dalam beberapa hari ini, dikarenakan kondisi Lia yang masih lebam pada luka tersebut. Namun dihari berikutnya Lia meminta izin kepada orang tuanya untuk membolehkan Lia masuk sekolah
" Mah, pliss.. Lia mohon " ujar Lia memohon kepada mamahnya

" Gak bisa Lia, mama gak izinin "

" Mah, Lia dikit lagi ada ujian masa Lia gak masuk - masuk. Nanti ketinggalan materi mah " ujar Lia

" Mamah khawatir sama kamu, kenapa susah banget sih kamu dibilangin " kesal Mamahnya Lia terhadap permintaan Lia untuk masuk sekolah, " kamu perempuan Lia, kamu berhijab, kamu juga ngerti kan batasan kamu "

" Iya mah Lia ngerti, hanya ke salah paham an aja mah. Lia juga gak mau kayak gini mah " ujar Lia menangis dihadapan mamanya " Tasya mungkin cemburu aja mah, Lia juga sama Fino cuma dianterin aja sampai rumah. Mama juga lihat itu kan, Fino anterin Lia pulang. Lia gak minta dianterin Fino pulang mah, Lia ketemu Fino dijalan. Fino nawarin tumpangan ke Lia, dia liat Lia jalan sendiri dari sekolah ke rumah. Mamah tau kan sepeda Lia rusak dan lagi di perbaiki, Lia jalan jauh dan Fino mungkin liat Lia gak tega maka nya Fino anterin Lia pulang. Lia sempet tolak, tapi Fino bujuk Lia sampai Lia mau. Dan pada saat itu juga Lia enggak berpegang ke Fino mah, Lia tau Lia berhijab dan ngerti batasannya " tangis Lia dengan berusaha tegar menjelaskan ke mamahnya

" Lia mohon mah hiks... hiks.. " ucap Lia memohon

" Lia nanti disekol... "

" Mah, Lia bisa kok. Mohon mah izinin Lia ke sekolah " sela Lia

" Ya sudah " akhirnya mamanya Lia pun pasrah pada bujukan Lia, Lia tak pernah sampai menangis hanya permasalahan ini. Lia jarang menumpahkan air matanya didepan mamahnya sendiri, Lia yang cukup aktif dan cerita serta Lia yang penuh ke romantisan membuat air mata kesedihan tak pernah hadir di hidupnya.


Keesokan harinya...

Di pagi hari Lia menampilkan senyum ceria serta bahagianya ketika berjalan disepanjang lorong melewati berbagai kelas dan siswa yang berdiri maupun lalu lalang. Sepanjang ia jalan, banyak kasat mata yang memandang jijik terhadap Lia dan beberapa bersikap biasa, diantara orang yang memandang jijik ke Lia ia selalu melontarkan perkataan yang tidak baik ke Lia

" Liat tuh PHO Dateng "

" Masih berani Li sekolah disini "

" Mental batu mah susah "

" Ditampar Arzon pas dikantin aja besoknya kayak orang gak punya masalah lagi sama Arzon "

" Dasar muka tembok "

Ya seperti itu lah diantar banyak orang mencemooh Lia, namun Lia tetap santai tak ingin mendengarkan ucapan orang terlalu banyak.

" Pagi Perusak Hubungan Orang (PHO) " ujar Arzon yang tiba - tiba saja muncul dihadapan Lia

" Masih berani masuk lu ? " Tanya Dika meremehkan

" Masih, masih punya kaki, punya tangan, jantung masih berdetak, apa yang perlu ditakuti " ujar balik Lia

Arzon menarik Lia dan memojokkan ke dinding " gua demen nih lu mulai berkobar ", Arzon menatap dari atas sampai bawah dan terakhir apa luka yang masih berbekas pada daerah wajahnya " lu gak pernah takut ya sama penekanan gua ? "

" Ngapain gua harus takut sama lu, minggir " ujar Lia berusaha mendorong Arzon, namun Arzon tetap menahannya

" Oh, gua bingung sama lu ya. Lu itu beda dari yang lain, di beri penekanan gak ada rasa kagetnya sama sekali. Apa perlu gua gesek lu dulu biar lu tak.. "

LIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang