#DewanggaSeries
Arissya kehilangan harapan untuk memiliki Rayhan. Setelah menyia-nyiakan usaha pria itu mendekatinya, Arissya perlahan membuka hatinya tapi harap tak sesuai kenyataan. Arissya menemui Rayhan saat pria itu sudah menjatuhkan pilihannya...
========== Don’t Plagiarism!!!! Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai! ==========
Halo Buddy, Vote please!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rayhan bisa bernafas lega Arissya mengurungkan niatnya untuk bercerai tapi satu hal yang membuat Rayhan kalang kabut adalah Arissya memilih untuk tinggal di rumah orangtua istrinya itu. Arissya tak ingin kembali ke rumah mereka, menurut Arissya ia tak mau tinggal di rumah itu sebelum mereka menyadari perasaan mereka satu sama lain sebenarnya. Padahal tanpa hal itu Rayhan jelas sudah memahami perasaannya, ia mencintai Arissya, amat sangat.
Sendirian di rumah mereka membuat Rayhan menyadari jika ia tanpa sadar sudah menyakiti Arissya. Rayhan pikir sikapnya bukan masalah sebab dalam sudut pandang Rayhan ia melakukan semua itu atas dasar kepeduliannya pada Niana sebagai seorang sahabat, tapi jelas Arissya tak melihat dengan sudut pandang yang sama. Rayhan memahami perasaan istrinya itu sekarang, dan ia menyesal sudah mengatakan hal-hal buruk yang menambah kesalahpahaman Arissya.
Kehamilan Arissya semakin menambah kekhawatiran Rayhan, bahkan setelah hampir dua Minggu Rayhan bolak-balik rumah mertuanya untuk mengunjungi Arissya, istrinya itu masih bersikap antipati padanya. Arissya memilih memainkan ponsel saat Rayhan datang menemaninya, hanya menanggapi ucapan Rayhan dengan singkat. Hal itu Rayhan maklumi, istrinya sedang hamil dan emosi ibu hamil memang kadang tak stabil.
Rayhan tak lantas menyerah, seperti hari ini sepulang bekerja ia kembali datang ke rumah orangtua Arissya. Arinda, adik iparnya memberi tahu Rayhan jika Arissya sejak pagi mual-mual. Morning sickness yang dialami Arissya membuat Arinda khawatir karena setiap makanan yang dikonsumsi sang kakak nyaris dimuntahkan semua. Disinilah Rayhan berada, di depan rumah mertuanya dengan pesanan Arissya. Rayhan sempat menghubungi sang istri, bertanya apa Arissya sedang menginginkan sesuatu. Jadi Rayhan menyempatkan membeli pesanan Arissya sebelum akhirnya tiba di rumah mertuanya.
"Eh Kak Rayhan, masuk kak jangan bengong depan pintu" suara Arinda menghentikan lamunan Rayhan.
Rayhan tersenyum ramah "Kepikiran kakak kamu Nda, gimana Rissya udah bisa makan?"
"Dikit, itupun cuman buah. Mungkin kangen di perhatiin sama kak Rayhan tapi gengsi buat ngomong"
Rayhan hanya terkekeh menanggapi Arinda. Rayhan bergegas masuk dan menemukan Arissya sedang duduk di ruang TV dengan sepiring buah di tangannya.
"Sya, kamu baik-baik aja?"
Arissya hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.
Rayhan memandangi sang istri sebelum menarik nafas berat. Di raihnya kantongan makanan yang di minta Arissya untuk ia bawakan "Nih, pesanan kamu aku bawain. Aku ke dapur dulu untuk ambil piring"
"Gak perlu, aku udah kenyang" sahut Arissya sebelum Rayhan beranjak ke dapur.
"Sya, kamu harus makan. Kata Arinda kamu cuman makan buah, setidaknya makan sedikit yah"
Arissya menyimpan piring buah yang dipegangnya ke meja sebelum meraih kantongan yang di pegang Rayhan "Biar aku siapin sendiri, kamu bisa pulang"
Lagi-lagi Rayhan hanya menghela nafas, ia paham Arissya masih marah. Tapi meski Arissya memintanya pergi, Rayhan akan tetap di sisi sang istri, sebab sejak awal hanya Arissya yang ia inginkan membersamai nya.
Rayhan mengamati Arissya yang terlihat lahap, mungkin benar kata Arinda sang istri merindukan perhatiannya tapi terlalu gengsi untuk mengaku. Rayhan tersenyum pelan menyadari apa yang dipikirkannya.
"Ngapain senyum-senyum?"
Rayhan kaget kedapatan senyum sendiri oleh sang istri "Nggak sayang, lihat kamu makan lucu aja"
Arissya tak menanggapi lagi, ia sibuk menghabiskan sate taichan yang entah mengapa begitu menambah nafsu makannya yang hilang sejak pagi.
*****
Rayhan terbangun, tenggorokannya kering yang membuatnya tersadar di pukul 02.00. Rayhan mengedarkan pandangan dan tersadar saat ini ia berada di kamar tamu rumah mertuanya, memang setiap kali datang menemui Arissya ia kan menginap berharap sang istri akhirnya luluh.
Ia beranjak dari ranjang, melangkah keluar menuju dapur untuk mengambil air. Rayhan di buat kaget saat mendapati Arissya yang muntah di wastafel dapur.
"Astaga Sya, kamu gak apa-apa? Kenapa bisa muntah disini sayang?"
Arissya mengelap pelan bekas muntahan di bibirnya "Aku lapar, tapi baru cium bau makanan udah muntah"
Dengan pelan Rayhan menuntun istrinya untuk duduk "Mau aku masakin mi instan?"
Arissya berdehem pelan sebelum mengangguk, Rayhan tahu istrinya itu sedang malu.
"Oke, tunggu sebentar Mas buatin yah"
Tak sampai sepuluh menit mie instan buatan Rayhan tersaji, uap yang mengepul membuat Arissya semakin kelaparan. Arissya meniup pelan sebelum memasukkan ke mulutnya, Arissya selalu menyukai mi instan buatan Rayhan.
"Pelan-pelan makannya Sya, gak ada yang bakal ambil mi instan kamu"
Ucapan Rayhan membuat Arissya kembali mengubah ekspresi menjadi datar, ia masih belum memutuskan apapun. Dalam sekejap mi instan itu tandas, Arissya mengelap bibirnya dengan tisu sebelum beranjak hendak mencuci mangkok bekas makannya.
"Biar aku yang cuci piringnya" Rayhan sudah lebih dulu mengambil mangkok Arissya dan mencucinya.
Arissya hanya mengedikkan bahu lalu melangkah keluar dari dapur hendak kembali ke kamarnya "Sya mau kemana?" Rayhan bergegas menyamai langkah Arissya yang lebih dulu meninggalkannya di dapur.
"Aku takut kamu kenapa-napa di kamar kalau tidur sendirian sayang"
Arissya mendengus "Kamu lupa, aku bahkan lebih sering tidur sendirian waktu sama kamu"
Ucapan Arissya menahan langkah Rayhan, ia tahu diri dan hanya memandangi tubuh Arissya yang masuk ke dalam kamar. Rayhan berharap Arissya bisa segera memaafkan dirinya.
Arissya jatuh terduduk di ranjangnya, jika sejak awal Rayhan setuju untuk bercerai ia tak akan sampai sejauh ini mengucapkan hal buruk pada Rayhan. Setiap kali melihat suaminya, Arissya teringat pada tatapan Rayhan pada Arissya di hari kematian Niana. Meski berkali-kali Rayhan meminta maaf, hatinya tak kunjung berdamai. Arissya tahu, seringkali ia merindukan suaminya, tapi harga diri yang tinggi membuat Arissya enggan memberi jalan mudah bagi Rayhan. Jika Rayhan benar-benar mencintainya, pria itu akan mencoba lebih keras bukan. Dan Arissya ingin Rayhan memperjuangkannya lebih keras, ia ingin melihat bagaimana arti Arissya di mata Rayhan.
"Try Hard sayang" bisik Arissya pelan pada dirinya sendiri.
08 Juli 2021, Saturnus.
Hei, Mas Ray comeback!! Dan ini adalah chapter baru, versi sebelum revisi chapter ini gak ada sebab aku memang berencana mengubah ending cerita supaya lebih greget.
Gak usah panjang-panjang kan yah, kalian ingat vote sama comment plus follow aku 😭 .