17. I Choose You - Nobody

711 54 1
                                    

==========
Don't Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

Halo Buddy! Vote please.

Halo Buddy! Vote please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca!

Arissya yang marah-marah jauh lebih baik dibanding Arissya yang sama sekali tak bicara, itu menurut Indri ketika sejak datang ke butik dirinya hanya mengangguk untuk mengiyakan dan menggeleng ketika harus mengatakan tidak. Jangan salahkan dirinya, setelah puas menangis semalaman Arissya tidak berniat lagi untuk bicara, suaranya nyaris habis karena terisak sepanjang malam dan semakin dipengaruhi dengan ketidakpekaan suaminya yang sampai siang sepertinya tidak punya inisiatif untuk membujuknya.

Memang Rayhan sudah meminta maaf semalam tapi bukankah itu tidak menunjukkan kesungguhan jika ia hanya sekali melakukannya, wanita itu perlu di bujuk dan Arissya yang sedang berada dalam mode melow seperti ini benar-benar butuh di yakinkan.

Setelah lelah berharap Rayhan langsung menemuinya setelah pria itu bangun, membuat Arissya memilih menghabiskan makan siang ini di ruangannya sendiri, ia terlalu malas melakukan apapun. Suara ketukan di pintu membuatnya mendongak dan melihat kepala Indri muncul di sana.

"Gue bisa masuk gak bos?" Arissya terkekeh singkat mendengar Indri.

Anggukan Arissya membuat Indri melangkah masuk dan duduk di sofa tepat di depan meja Arissya, setelah Indri masuk Arissya memilih mengikuti untuk duduk di sofa.

"Ini karena Rayhan lagi?" ditanya seperti itu membuat Arissya ingin menangis saja.

"Tuh loe udah nebak" jawab Arissya malas.

Indri menganggukkan kepala mengerti "Gue gak mau nanya lagi masalahnya apa, kalian berdua udah gede dan gue yakin masalahnya gak jauh dari permasalahan terakhir kan?" ucapan Indri hanya diangguki oleh Arissya.

"Actually, gue kesini mau nanya loe tahu gak kalau sahabat suami Loe tadi pagi kritis?" Arissya menoleh kaget.

"Beneran?!" Tanya Arissya khawatir, meski ia kerap cemburu akan kedekatan suaminya dengan Niana, ia tak sekejam itu membenci wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya itu.

Indri mengangguk "Iya, tadi gue ke rumah sakit jenguk maminya Lea terus ketemu Rano dan gue nanya dia ngapain dan di jawabnya gitu" jawaban Indri membuat Arissya gelisah ia juga khawatir akan keadaan wanita itu, Niana begitu dekat dengan keluarga Rayhan dan ia sebagai istri dan menantu juga punya rasa peduli pada Niana.

"Ri, temenin gue dong ke rumah sakit" Arissya memohon meminta Indri menemaninya.

"Sure darling, ayo pake mobil gue aja" Arissya mengangguk segera mengambil sling bag dan ponselnya lalu beranjak mengikuti Indri.

Setelah berkendara kurang lebih 30 menit karena harus singgah membeli buah tangan terlebih dahulu mereka akhirnya sampai di rumah sakit, Arissya melangkah bersama Indri setelah menanyakan kamar perawatan di bagian informasi. Sesampainya di kamar yang diberitahu, Arissya tidak langsung masuk membuat Indri mengernyit bingung.

"Kenapa Sya, yuk masuk!" Arissya memandang Indri, ia takut tidak cukup kuat untuk melihat betapa pedulinya Rayhan pada Niana.

Baru saja akan mengetuk, pintu lebih dulu terbuka dari dalam "Kak Rissya!, kenapa gak langsung masuk?" Tanya Raya yang senang melihat kakak iparnya datang menjenguk Niana.

"Ini baru mau masuk kok Ya, tapi kamu keburu buka pintunya hhehe" jawab Arissya

"Masuk yuk kak" Arissya dan Indri melangkah masuk mengikuti Raya, Arissya tertegun Rayhan disana. Memangnya apa yang Arissya harapkan diantara pilihan dirinya atau Niana bagi Rayhan akan selalu Niana bukan? Arissya mengalihkan tatapannya pada kedua mertuanya lalu menyalami mereka.

"Pa, Ma Arissya baru bisa jenguk maaf" ucap Arissya tulus yang dibalas pengertian oleh kedua mertuanya.

Dari sudut matanya ia melihat Rayhan berdiri melangkah kearahnya "Kamu datang? Padahal Mas baru mau jemput kamu" sahut Rayhan ketika mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Arissya.

Tak ingin membuat mertuanya curiga Arissya tersenyum tipis lalu menepis lembut lengan Rayhan "Iya Mas, aku khawatir sama keadaan Niana" dilihatnya Rayhan yang terlihat kecewa ketika ia menepis lengan suaminya.

Arissya melangkah mendekati ranjang Niana, wanita itu tersenyum padanya dan ini pertama kalinya Arissya bicara dengan mantan istri Rayhan itu "Hai, maaf baru bisa jenguk kamu. kamu yang semangat Niana, Mas Rayhan butuh kamu" apa yang di ucapkan Arissya membuat semua orang diruangan itu menatap bingung, ia tahu Rayhan menatapnya tajam setelah mengatakan kalimat itu.

Niana tersenyum lembut "Aku berharap kita bisa berteman baik Rissya" Arissya hanya mengangguk singkat.

Setelah mengobrol singkat dengan mertuanya, Arissya pamit pulang bersama Indri yang sudah pasti dilarang oleh Rayhan, suaminya itu menginginkan Arissya pulang bersamanya.

"Mas disini aja, Niana lebih butuh kamu. aku duluan Mas" ucap Arissya setelahnya langsung keluar dari kamar perawatan.

Arissya memilih diam selama perjalanan pulang, Indri yang berkendara di sampingnya terlihat mengerti karena sejak tadi Indri tidak mengatakan apapun. Arissya ingin menangis, menyadari jika Rayhan sama sekali tidak mengejarnya untuk kembali meyakinkan Arissya agar pulang bersama membuat Arissya makin paham jika dirinya tidak akan pernah jadi pilihan bagi Rayhan karena selamanya hanya Niana.

Setelah Indri memarkirkan mobil Arissya bergegas memasuki rumahnya tanpa berkata apapun.
"Sya, gue temenin ya?" suara Indri menghentikan langkah Arissya yang baru saja akan membuka pintu rumah.

Arissya menggeleng, dia butuh waktu sendiri "Loe pulang aja Ri, gue gak apa-apa. Gue juga mau istirahat kok" sahut Arissya berbohong, sungguh dia sedang tidak baik-baik saja.

Indri terlihat ingin menolak tapi Arissya menatap memohon membuat Indri mengalah "Yaudah, gue tinggal. Loe jangan mikirin yang bukan-bukan oke, percaya sama Rayhan" Arissya hanya tersenyum singkat.

Selepas Indri pergi Arissya memilih segera masuk ke kamar, melihat foto pernikahannya di dinding kamar membuat Arissya tak kuat untuk menahan tangisnya lagi. Entah kenapa sejak kemarin ia menjadi lebih sering menangis, Arissya berubah menjadi cengeng. Lelah menangis membuat perutnya bergejolak, Arissya berlari tergesa menuju kamar mandi, memang sejak pagi ia mual-mual mungkin karena semalam ia hanya menangis tanpa tidur sedikitpun.

Arissya memilih tidur setelah merasa perutnya sedikit lebih baik, mungkin malam ini ia akan sendiri tidak ada suami yang memeluknya. Arissya terisak pelan dalam kesendiriannya sampai akhirnya ia terlelap.

*****

Rayhan melangkah pelan memasuki kamarnya dan Arissya, dilihatnya istrinya tertidur di sudut ranjang. Rayhan mendekat memandangi wajah Arissya yang sembab, ia lagi-lagi membuat Arissya menangis meski ia sama sekali tidak bermaksud untuk itu. dikecupnya perlahan kening istrinya membisikkan kata maaf ditelinga Arissya.

Setelah membersihkan diri Rayhan beranjak untuk berbaring disamping Arissya, ia menatap langit-langit kamar memikirkan segala hal yang terjadi akhir-akhir ini. Rayhan menghela nafas lelah, pernikahannya yang sedang tidak baik-baik saja dan kondisi Niana yang semakin buruk menambah beban pikirannya. Membalik diri menghadap Arissya, Rayhan pelan-pelan memeluk istrinya ia rindu hangat tubuh Arissya.

"Aku mencintaimu, selalu" bisik Rayhan lalu jatuh tertidur.

-WH- (Saturnus 11 Agustus 2020 dan revisi 22 Mei 2021)

Duh gak ngerti lagi deh sama mereka.

Salam sayang, WH.

I Choose You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang