5. I Choose You - Still Him

992 75 2
                                    

==========
Don't Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

Halo Buddy! Vote please.

Halo Buddy! Vote please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca!

Yogyakarta jauh lebih menyenangkan bagi Arissya, meski ingatan tentang Rayhan masih kerap berkeliaran di kepalanya, setidaknya Arissya tidak disuguhkan langsung kemesraan pria itu dengan istrinya yang kemungkinan akan menyakiti Arissya jauh lebih dalam.

Sebulan pertama Arissya di kota ini, dirinya berubah menjadi si gila kerja, ia hanya akan berada di butiknya menghabiskan setiap waktunya untuk bekerja dan akan kembali ke apartemennya ketika ia sudah benar-benar lelah, Arissya berusaha untuk membuat dirinya tidak mengingat alasan apa yang membuat dirinya memutuskan meninggalkan Jakarta, meski semuanya hanya bertahan sebulan dan Arissya akhirnya kalah, ia jatuh sakit.

Seminggu lebih Arissya tidak bekerja, ia hanya menghabiskan waktu dengan istirahat. Hari ini setelah merasa jauh lebih baik Arissya memutuskan untuk kembali ke butiknya, meski ia tahu di tinggalkan selama apapun butiknya juga sudah ada yang bertanggung jawab.

"Mbak Rissya udah sehat?" suara Lila salah satu pegawainya menyambut Arissya.

Arissya tersenyum menyadari betapa para karyawannya begitu khawatir. "Udah kok Li, kalo belum sehat ngapain aku ke butik" sahut Arissya lembut sambil berlalu menuju ruangannya.

Sayup-sayup Arissya mendengar suara lega Lila, Arissya bersyukur orang-orang yang ditemuinya disini tak ada yang tahu persoalan alasan dirinya pindah ke Yogya, sehingga tak akan ada yang membahas soal pria itu disini. Hal itulah yang mendasari kenapa dirinya memilih pergi, tinggal dan tetap bekerja seperti biasanya di Jakarta tidak akan mudah bagi Arissya, semua pegawainya di Jakarta tahu bagaimana kisah tentang dirinya dan Rayhan. Memilih pergi memang sudah tepat bagi Arissya.

Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa sadar ternyata sudah masuk waktu makan siang, selama disini Arissya lebih sering menghabiskan waktu makan siang bersama para pegawainya. Mengambil ponsel dan dompet miliknya Arissya bergegas keluar ruangan, dilihatnya Lila dan beberapa pegawainya menunggunya membuat Arissya melangkah cepat menuju mereka.

"Maaf yah, jadi buat kalian nunggu" suara Arissya membuat Lila menoleh dan tersenyum pada bosnya.

"Mbak Rissya mah gitu, bosnya kan mbak Rissya" Sahut salah satu pegawai yang Arissya tahu bernama Dina sambil terkekeh.

Arissya hanya terkekeh mendengar ucapan Dina, mereka bergegas melangkah menuju salah satu warung makan yang cukup ramai yang berada di seberang butik. Warung yang memang cukup ramai di jam makan siang seperti ini membuat mereka mengedarkan mata mencari meja yang masih lapang, dan satu-satunya adalah meja yang saat ini diduduki seorang pria, rombongan Arissya yang berjumlah 4 orang itu sepertinya cukup jika duduk disana.

Arissya yang menyadari 3 orang pegawainya itu memandangnya membuatnya menghela nafas, ia melangkah menuju bangku yang diduduki oleh pria itu.

"Ekhmm" Arissya berdehem untuk mendapatkan perhatian pria yang sepertinya sedang menunggu pesanan juga.

Mungkin mendengar suara deheman yang cukup dekat membuat pria itu menoleh dan menatap Arissya dengan pandangan bertanya "Mas, boleh numpang duduk disini gak? Meja yang lain udah penuh" Arissya melihat pria itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru warung mungkin untuk memastikan.
Tak lama kemudian pria itu mengangguk dan menggeser dirinya yang tadi memang duduk di tengah

"Oh boleh-boleh silahkan" ucapnya sopan.

Arissya hanya tersenyum lalu mulai menuliskan pesanannya ketika penjaga warung datang menanyakan pesanan mereka.

"Mbak-mbak ini kerja dimana?" itu suara pria yang saat ini duduk berhadapan dengan Arissya sedang Lila duduk di sampingnya serta Dina dan Ani duduk di samping pria itu.

"Dibutik depan itu Mas..." ucapan Lila sengaja ia gantung.

"Lintang"

"Iya mas Lintang " lanjut Lila.

"Oh, itu butik milik desainer ternama itu kan?" pertanyaan pria yang bernama Lintang itu membuat Arissya sedikit tersenyum, sepertinya pria ini tidak mengenali wajahnya.

Dina sedikit tertawa ketika mendengar pertanyaan Lintang "Maksud Mas Lintang, Arissya Haditama yah?" koreksi Dina yang di angguki oleh Lintang.

"Tuh orangnya yang di depan Mas, yang dari tadi diam aja" dan Arissya menyadari semua orang dimeja itu memandangnya, Arissya hanya berdehem.

"Ternyata bener kata orang" suara Lintang terdengar antusias.

"Bener kenapa mas?" Dina menyahuti pertanyaan Lintang.

"Kata temen-temen kantor aku, pemilik butik itu desainer terkenal dan cantik, dan ternyata emang cantik...banget" Arissya hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika ketiga pegawainya malah menggodanya setelah Lintang mengatakan pujian itu.

Setelah itu pesanan Arissya akhirnya datang, dengan segera ia melahap tak ingin lama-lama berada di tempat itu. Arissya hanya diam saat ketiga pegawainya mulai mempertanyakan pekerjaan Lintang yang ternyata bekerja di salah satu hotel terkenal yang memang berada tidak jauh dari tempat butik Arissya berada.

Sejak saat itu, Lintang lebih sering ikut makan siang bersama dengan rombongan Arissya. Arissya yang awalnya merasa sedikit aneh sekarang mulai terbiasa, toh Lintang juga termasuk orang yang seru dan asyik.

Arissya yang hari itu suntuk dan tak tahu harus melakukan apa akhirnya memilih untuk membuang penat dengan menerima ajakan Lintang untuk mengunjungi salah satu café yang katanya yang baru buka.

Menempuh waktu mereka akhirnya sampai di tempat tujuan, café dengan nama Art Café itu cukup keren dengan banyaknya spot-spot foto keren yang sangat cocok dengan gaya milenial serta suasana café yang cozy membuat café ini cukup pantas untuk ramai di hari pertamanya dibuka.

Setelah mendapatkan meja dan memesan makanan, suara Lintang tiba-tiba berubah serius.

"Arissya, mungkin kita belum lama kenal. Tapi aku perlu jujur kalau aku nyaman sama kamu. aku ingin serius sama kamu" Arissya terkesiap, jelas dirinya tidak memprediksi jika Lintang akan mengucapkan kalimat itu.

"Maaf Tang, aku gak bisa dan gak mungkin" Arissya jelas tidak dalam rencana untuk memulai kisah dengan orang baru ketika pria bernama Rayhan itu masih setia menetap di hatinya.

Arissya memilih menceritakan semuanya pada Lintang, dan pria itu mengerti dan paham. Lintang tidak akan memaksa perasaanya, bisa ia lihat bagaimana luar biasa cinta yang dimiliki Arissya ketika bercerita mengenai pria bernama Rayhan. Arissya merasa bersyukur Lintang bisa menerima dan masih mau tetap berteman dengannya.

It's still him.

-WH- (Saturnus, 21 Juni 2020 dan revisi 8 Mei 2021)

Maaf kali ini pendek aja, tapi tentang part selanjutnya akan aku update soon.
Jangan lupa masukin library kalian, vote dan commentnya. 😉😉😉😉

Salam sayang, WH.

I Choose You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang