PROLOG

154 24 9
                                    

Bagi yang belum follow, follow dulu yuk!
aniday_  udah? Tengkiu!
Jangan lupa votenya ya! Makasih!


Jangan menunggu kepastian agar lebih cepat, tapi cepatlah agar ada kepastian.

[]

Cerai?!” tanya Alvian dengan sedikit berteriak karena terkejut akan ucapan Diana yang tiba-tiba.

Diana mengeratkan jaketnya bukan karena suasana yang sangat dingin pada bulan Januari, tapi karena suara Alvian yang berat membuatnya mematung.

Ia lalu berdehem agar merasa lebih santai. “Aku mau fokus sama DnD, Al. Aku rasa aku salah selama ini.”

Alvian mencampakkan surat perceraian yang sudah ditandatangani wanita itu dan menunggu tanda tangannya ke atas meja. “Jadi kamu salah nikah sama aku? Jadi, selama ini aku membebani kerjaan kamu?!” tanyanya dengan marah.

Diana mengigit bibir bawahnya pelan karena sedikit bergetar. Sial!

“Aku ....” Sebelum sempat ia menyelesaikan ucapannya, laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya untuk beberapa bulan ini segera menangkup wajahnya. Ia menatap wajah Diana yang terlihat kelelahan.

“Aku capek, Al. You know lah sekarang DnD lagi naik pesat. Kalau aku sibuk ngurusin keluarga, gimana sama karir aku? Gimana aku bisa—”

“Aku!” potong Alvian. Ia menghela napas panjang lalu melanjutkan ucapannya, “Aku gak pernah minta apa-apa sama kamu. Aku gak pernah minta kamu untuk ngurusin aku sebagai istri. Aku cuma minta waktu kamu, that's enough.”

“....”

“Aku selalu berusaha agar karir kamu gak terganggu. Well, kita selalu sibuk sama karir kita, but why, Na? Kenapa kamu—”

Diana melepaskan tangan kekar Alvian dari wajahnya dan meraih surat perceraian itu. Ia menunjukkannya kembali kepada Alvian, “You know me as well, Al. DnD is my life! Kesalahan besar ketika aku menerima lamaran kamu dulu.”

Dengan cepat Diana beranjak menjauh dari pria itu. Ruang kerja Alvian yang cukup lebar membuatnya tidak bisa cepat untuk beralih dari pandangan pria itu.

“Jadi, maksud kamu pernikahan kita itu kesalahan?”

Langkah Diana terhenti.

“Jadi, aku adalah kesalahan? Semuanya kesalahan?”

Diana berbalik dan menatap Alvian. Meski pun dari jauh, ia bisa mendengar suara pria itu sedikit bergetar.

Well, yes. Maaf, Al. Tapi selama ini aku salah. Aku salah karna terlalu naif kalau pernikahan bisa membuat aku cinta sama kamu. How cliche. Selama ini cuma kamu yang berjuang demi pernikahan kita. Selama ini cuma aku yang berjuang demi karir. Kita gak sejalan, Al. Sejak dulu, kita gak pernah sejalan. Sorry to say, tapi kamu adalah kesalahan, Al. Penghambat karir aku.”

“....”

“Let's call all off.”

[]

Sepertinya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang