LIMA

51 14 0
                                    

Bagi yang belum follow, follow dulu yuk! aniday_ Jangan lupa votenya ya! Makasih!






Crazy little thing in love is your thoughts.

.
.

“See? Lo cinta pertamanya, Al! Pantesan aja hubungan kalian tragis. Gak ada cinta pertama yang berhasil. That's the fact!” celoteh Gisel sambil memasak ikan sambal pedas —lagi.

Sementara Alvian tidak bisa fokus terhadap perusahaannya yang mengalami krisis dan membutuhkan investor secepat mungkin. Ia juga tidak tidak bisa fokus dengan pekerjaannya setelah kata-kata mantan istrinya tadi.

The man who ever get marriage with me. He is my first love.

Sialan! Belum lagi Gisel yang tidak pernah bosan-bosannya menganggunya.

Sementara itu Bian sudah tertidur sebelum makan malam. Alvian tidak terlalu khawatir karena tadi sore anak SD itu sudah memakan banyak bolu dari Shelia. Wanita itu ternyata pandai memasak bolu ---tidak seperti Diana yang tidak bisa apa-apa.

Sial! Lagi-lagi ia memikirkan wanita itu.

“Gila! Nam Joon! Outfit lo keren banget, sih? Gak sia-sia gue nge-biasin lo dari awal debut!” teriak Callista lagi yang amat-amat mengganggu Alvian.

“Kya! BTS masuk nominasi dong! You deserve it with your best, honey!” teriak gadis itu lagi.

“Al! Lo denger gue gak?” teriak Gisel lagi dari arah dapur yang suaranya kedengaran sampai ruang depan.

Alvian ingin mengumpat sekeras-kerasnya karena rumahnya sangat berisik ketika ia butuh ketenangan.

Ia menutup MacBook-nya dan beranjak ke luar.

“Al! Dinner-nya baru selesai! Hei! Jangan makan di luar!” teriak Gisel lagi dengan suara yang lebih keras daripada sebelumnya.

Alvian tidak mendengarkan lagi keributan di rumahnya karena ia mencari ketenangan. Ia menghidupkan mobilnya dan pergi ke suatu tempat.

Ia lelah dengan semuanya. Ya, ia benci menjadi dewasa karena keadaan benar-benar menuntutnya untuk menjadi seperti ini.

Belum lagi orang tuanya yang belum bisa menerima semua keputusannya untuk bercerai dengan Diana. Terlebih lagi Raya, kakaknya. Ia adalah salah satu orang yang benar-benar terpukul dengan perceraiannya.

Raya sangat membenci perceraian lebih dari apapun dalam hubungan suami-isteri. Raya memilih untuk bertengkar setiap hari atau pisah ranjang atau apalah selain bercerai.

Terlebih lagi rekan kerjanya yang memandang dirinya sepele semenjak perceraiannya. Kenapa dunia ini tidak adil? Diana justru terlihat baik-baik saja dengan perceraian mereka, sementara dirinya ditimpa banyak masalah.

[Sepertinya, Rindu]

“Butuh teman minum?” ucap seorang wanita dengan pakaian ketat padanya. Alvian tidak terlalu memerhatikan banyak hal tentang wanita itu karena kesadarannya mulai menghilang.

Suara musik dengan beat yang teratur dengan amat cepat terngiang-ngiang di telinganya sejak tadi.

Belum lagi alkohol yang ada di depannya ---astaga ia bahkan tidak sadar ini sudah botol keberapa.

Wanita itu menuangkan alkohol lagi di gelasnya yang sudah kosong dan berkata, “Semua ---maksudku hampir semua orang yang datang ke tempat ini punya masalah. Sama kayak kamu,” ucapnya yang tidak terlalu di acuhkan Alvian.

“Dunia emang kejam. Apalagi untuk orang-orang yang gak punya uang. Tapi ada yang lebih kejam. Hinaan, cacian dan makian dari orang yang kita sayangi.”

Alvian tidak membalas ataupun menatap wanita itu. Ia meminum alkoholnya dan merasa lebih baik setiap detiknya.

“Dari pakaian kamu, kamu keliatannya bukan orang yang gak punya uang. Baju harian kamu aja ... Zara, right? Biasanya masalah orang kaya jauh lebih rumit daripada orang miskin.”

“....”

Everything will be okay. Kedengarannya terlalu positif. But it's true.”

Sebenarnya ia masih memiliki sedikit sisa kesadaran akan dirinya sehingga ia bisa mendengarkan wanita itu bercerita. Namun ia hanya memilih untuk diam.

Wanita itu lalu merogoh saku kemejanya dan memberikannya kepada Alvian.

“Aku sebenarnya ga mau ngasi ini sama kamu karena ini ... punyaku. Tapi aku rasa kamu lebih butuh ini daripada aku ... untuk hari ini,” ucap wanita itu lalu memberikan sebungkus tablet dengan beragam jenis yang dibungkus dengan kemasan plastik kecil.

Alvian dengan sisa kesadarannya menerima bungkusan itu sambil menatap wanita itu. Bibirnya sangat merah dengan lipstik merah menyala dan pakaiannya ... Alvian yakin kalau wanita itu tidak bisa bernafas dengan lega dengan pakaian seketat itu.

“Terkadang ini bisa bantu kita untuk nyelesaikan masalah. Meskipun gak dalam arti yang sebenarnya. Kamu bakal tenang untuk waktu yang ... sebentar.”

“Ini ...,” ucap Alvian dengan sedikit kesadaran yang ia punya.

“Drugs. You have to try it.”

“....”

“I think you really need this. You fall into a big trouble and this is the right time to trying.”

To be continued

Hai! Terimakasih udah sampai ke part ini! Jangan lupa follow aku ya!
Wattpad: aniday_

Terimakasih!

Sepertinya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang