DELAPAN BELAS

40 13 1
                                    

Bagi yang belum follow, follow dulu yuk!
aniday_ udah? Tengkiu!
Jangan lupa votenya ya! Makasih!

[Sepertinya, Rindu]

Hopeless.

.
.
.
.

"Kakak ... apa?" tanya Budiardo Warren Diastja, adik bungsu dari Diana. Warren adalah nama tengahnya di berikan kepada Budi ketika ia diangkat oleh paman mereka sewaktu di Singapura.

Ia yang menghabiskan waktunya di Singapura bersama paman mereka, Josh. Paman mereka tidak punya anak dan semenjak kematian istrinya, pria pebisnis itu berencana tidak menikah lagi dan memilih untuk menyekolahkan Warren keponakannya dan mengangkatnya menjadi anak asuh sementara.

“Kamu gak perlu mikir yang aneh-aneh, Budi,” ucap Diana yang memanggil Warren dengan nama kesayangannya—Budi.

“Aku gak ngerti, Kak.”

"Aku mau liburan. Tepatnya, liburan panjang. Kamu punya saran tempat?" ucap Diana sambil memainkan piano di rumah pamannya yang berada di Indonesia. Sejak Josh memberikan posisi tertinggi untuk Warren di perusahaan Josh, pamannya itu menghabiskan waktunya untuk ikut perkumpulan .... Entah apa namanya, tapi itu semacam olahraga golf rutinan untuk kalangan pebisnis.

Warren tidak mengeri kakaknya sejak dulu. Ya, kenapa kakaknya selalu ingin terlihat buruk di mata orang lain. Dulu kakaknya menolak menjadi cantik dan sekarang kakaknya lagi-lagi menolak untuk menjadi sempurna.

Diana masuk jajaran majalah Forbes Asia tahun ini karena DND Entertainment yang naik pesat selama beberapa tahun terakhir. Kakaknya adalah wanita cantik yang sangat berkharisma dan anggun. Kakaknya juga adalah wanita yang tahu tata krama dan masih waras.

Cantik, pintar dan waras, itulah Diana di matas Warren.

Satu hal yang tidak akan pernah diketahui Warren hingga saat ini. Kakaknya tidak pernah ingin menjadi benar-benar terlihat di mata orang lain.

"Lebih baik Kakak mengunjungi rumah grandma karena Mama dan grandma merindukan kakak."

Diana menghentikan alunan tangannya lalu menatap Warren. “That's why you givin me a hoddie. Pink? Really? You're just kiddin right?

Diana memainkan piano di depannya dengan lembut dengan nada-nada yang sudah ia hapal luar kepala dan dengan mata tertutup pun, tangannya masih bisa dengan mahir memainkannya.

Warren hanya terkekeh sambil menutup majalah terbitan DND yang setiap bulannya akan mengeluarkan informasi menarik mengenai Idol-idolnya.

“Kakak suka warna pink, ‘kan? Dan hoodie. Aku mau kakak kembali ke keluarga dan menyelesaikan masalah Kakak dengan Mama,” ucap Warren lalu berjalan menuju Diana.

“Kenapa Kakak selalu menghindar? Kenapa Kakak gak bisa menerima kenyataan kalau ternyata semuanya gak berjalan sesuai keinginan Kakak. Aku tahu Kakak orang yang berpikiran dewasa dan bertanggung jawab, tapi menghindar seperti ini sangat kekanak-kanakan.”

“....”

“Kamu gak ngerti—”

And the explain it.”

.... And then explain it, Na ....

.... Don't play pretend ....

.... Kamu yang membingungkan ....

Sepertinya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang