ENAM BELAS

37 14 2
                                    

Bagi yang belum follow, follow dulu yuk!
aniday_ udah? Tengkiu!
Jangan lupa votenya ya! Makasih!

[Sepertinya, Rindu]

Bagaimana jika akhirnya adalah kebahagiaan semu?

.

Diana tidak bisa tidak memikirkannya semalaman. Matanya tak kunjung ingin tidur meskipun memaksakan diri. Ia melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul satu subuh.

Hening dan cahaya lampu tidur tidak membuatnya ingin tidur sedikit pun. Berapa kali ia mencoba tapi tidak bisa.

Pikirannya melalang-buana kemana-mana. Tentang keluarga.

Diana tahu kalau dirinya adalah wanita yang masih sering overthinking bahkan untuk hal seperti ini. Bagaimana jika Alvian ternyata infertil atau kemungkinan terburuknya ... adalah dirinya.

Kepalanya berdenyut seketika mengingat hal itu.

"Gue nyesel, Je!"

Lagi, suara wanita berambut pirang itu terngiang-ngiang di telinganya.

Diana melirik Alvian yang tertidur pulas di sampingnya. Tangan pria itu memeluknya dan memberikannya kenyamanan. Wajah Alvian terlihat sangat lelah setiap harinya bahkan ketika tidur pun, Diana tahu kalau pria itu sangat lelah.

Alvian tidak pernah sekali pun menunjukkan kelelahannya secara langsung kepada Diana. Terbesit perasaan bersalah kepada pria itu karena hampir setiap hari, dirinyalah yang selalu mengeluh karena pekerjaannya yang tak kunjung ada habisnya.

"Lima tahun pernikahan ... sia-sia ...."

Diana memaksakan dirinya lagi untuk menutup matanya agar bisa tidur tapi tetap tidak bisa. Ia menggeser tangan Alvian yang melilit tubuhnya secara perlahan agar pria itu tidak terbangun.

Ia beranjak ke meja riasnya yang tak jauh dari ranjangnya dan menatap dirinya sendiri. Terbesit perasaan takut dalam hatinya. Bagaimana jika.... Jika dirinya.... Ia tidak bisa tidak memikirkannya.

Ia menatap ke belakangnya dan Alvian masih tertidur dengan lelap. Sebuah keputusan yang ia putuskan malam itu. Ia harus ke dokter. Bagaimana pun, dirinya harus tahu kebenaran dirinya. Entah apa pun itu, ia harus siap menerimanya.

[Sepertinya, Rindu]

"Mata kamu kayak kurang tidur. Kamu begadang lagi, ya?" tanya Alvian yang sedari tadi menatapnya dengan bingung.

Diana meraih kunci mobilnya dan menatap suaminya, "Em, ya. Aku terjaga semalam."

Alvian mengerutkan dahinya, "Kamu terbangun? Kamu jarang terjaga, Na. Kamu kecapean, ya?" Diana menggeleng lalu menyelesaikan sarapannya.

"Enggak. By the way, gimana rencana proyek kamu? Yang kamu rancang sama Fadhil kemarin. Kapan rencananya bakal di-launching?"

"Belum tahu, masih perancangan, sih. Kira-kira dua bulan lagi atau lebih bakal di-launching kalau udah selesai. Sekaligus nyari investor lagi. Soalnya ini juga terobosan baru yang beda banget sama yang dulu-dulu."

Sepertinya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang