DUA PULUH DUA

32 14 1
                                    

Bagi yang belum follow, follow dulu yuk!
aniday_ udah? Tengkiu!
Jangan lupa votenya ya! Makasih!







[Sepertinya, Rindu]


Alvian meremas ponselnya dengan amat kesal. Ingin sekali ia campakan saat ini juga jika ia tidak mengingat banyak memori di dalamnya. Ia menelepon mantan istrinya tapi tak satu pun panggilannya dijawab oleh wanita itu. Pesan-pesan yang ia kirim juga tidak dibacanya.

Ia ingin bicara lagi kepada wanita itu sebelum dia pergi. Ia mendengar dari Fadhil kalau Diana mempercepat kinerjanya agar wanita itu tidak lagi berhubungan dengan perusahaannya karena wanita itu ingin pergi.

Kenapa dirinya baru tahu hal itu sekarang? Ia memang memiliki jadwal yang sangat padat beberapa hari terakhir. Dengan cepat ia mengambil kunci mobilnya dan segera melaju ke gedung agensi wanita itu dan beberapa kali masih mencoba untuk menelepon wanita itu.

“Gue juga cewek, Al. Gak semua cewek mau dikejar kayak cara lo. After all, lo kayak cuma koar-koar seolah-olah lo yang paling menderita. Seolah-olah lo yang paling tersakiti. Seolah-olah lo yang paling mencintai Kak Diana.”

Alvian memukul stir mobilnya saat lampu merah dengan kesal yang amat.

“Gue kemarin ketemu sama Kak Diana. Dia bilang dia akan bahagia banget kalau liat lo nikah sama cewek lain.” Lalu Gisel melanjutkan ucapannya, “lo harusnya sadar, kalau itu titik terendahnya Kak Diana kalau di beneran sayang sama lo.”

Kata-kata Gisel terus terngiang-ngiang di telinganya. Itu membuat Alvian merasa menjadi manusia paling buruk.

“Gue tahu lo udah kenal Kak Diana dari kecil. Tapi itu gak berarti lo beneran ngerti sama perasaannya. It's rather sentimental, you know.”

Apa? Di bagian mana yang dirinya tidak mengerti? Wanita itu yang mengejar karir? Dirinya sangat paham akan hal itu. Wanita itu yang tidak bisa memberikan keturunan? Dirinya bisa menerima hal itu. Dirinya jelas sangat mengerti.

“....Mencintai kamu itu sulit, Al....”
“....kamu menerima aku apa adanya.... Itu sulit.... Aku tidak bisa....”

Alvian tidak mengerti di bagian mana dirinya yang bersalah. Apa menerima kekurangan dan menerima wanita itu apa adanya adalah kesalahan?

“Sorry udah berpikiran yang jelek sama lo, Al. Gue tahu lo cowok yang baik dan mencintai Kak Diana. Love is complicated, right?”

Alvian segera berjalan dengan cepat menuju ruangan wanita itu. Ah, tidak. Dia berlari. Beberapa mata menatapnya bingung. Belum lagi ia hampir menabrak idol yang baru saja akan tampil.

Untungnya ia segera bertemu dengan Keyra dan Andika—kalau tak salah, pikir Alvian. Ia beberapa kali bertemu dengan pria itu namun tidak pernah membahas apa pun selain perusahaan dengannya.

Sepertinya urusan Keyra dan Andika sudah selesai sehingga Keyra bisa dengan cepat membaca pandangan Alvian yang berada tidak jauh dari mereka.

“Aku gak tahu kalau kamu bakal datang secepat ini. Aku pikir kamu bakal nyuruh Bella atau Sophie untuk show—”

“Diana mana?” tanya Alvian tanpa mendengarkan ucapan Keyra yang tidak terlalu menarik perhatiannya. Tugas untuk show minggu depan jelas bukan urusannya, ia terlalu sibuk untuk itu.

Keyra menatapnya dengan bingung. “Kamu gak tahu? Dia udah resmi lepas jabatan beberapa hari yang lalu. Dia udah gak di sini.”

“Maksud kamu? Jadi dia di mana sekarang?” tanya Alvian tidak sabaran.

Sepertinya RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang