Bab 5
Jenny
(8 Maret 2020)
"Ma! Mama jangan pergi besok! Arlene nggak mau mama pergi!", teriak Arlene sambil menangis tersedu-sedu.
"Arlene, mama perginya baru besok lusa. Mama hanya pergi selama 1 minggu saja kok. Kalau mama tidak pergi, mama tidak bisa mendapatkan uang untuk membelikan mainan-mainan yang Arlene minta", jawab Jenny sambil memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam koper berukuran kecilnya.
"Tapi...satu minggu itu lamaaaaaaa...sekali,ma!", jawab Arlene sambil tetap menangis tersedu-sedu.
"Satu minggu itu hanya sebentar saja, Arlene. Ya sudah. Ayo, sekarang Arlene ingin bermain apa? Mama temani Arlene bermain", kata Jenny sambil tersenyum dan memeluk tubuh anak perempuan satu-satunya itu.
"Arlene ingin bermain petak umpet di dalam selimut! Mama nanti sinari pakai senter ya!", teriak Arlene sambil mengusap air mata di pipinya.
Ia tiba-tiba terlihat riang gembira.
Arlene segera menaiki ranjang tempat tidur mamanya dan bersembunyi di dalam selimut yang terhampar di atas ranjang tempat tidur tersebut.
Jenny mengambil senter dari laci lemari di dalam kamar tidurnya dan segera menaiki ranjang tempat tidurnya.
Ia membuka selimut yang menutupi tubuh Arlene dan menyinari bagian dalam selimut itu dengan cahaya senternya.
"Cilukkk....ba!!!", teriak Jenny.
Arlene tertawa terbahak-bahak melihat cahaya senter tersebut dan wajah mamanya.
"Lagi, ma! Lagi!!!", teriak Arlene.
Jenny menutup selimut tersebut kembali.
Beberapa detik kemudian, Jenny membuka selimut itu dan menyinari bagian dalamnya kembali dengan cahaya senternya.
"Cilukkk....baaa!!!", teriak Jenny.
Arlene tertawa terbahak-bahak.
"Lagi, ma!!! Sekali lagiiiii!!!, teriak Arlene sambil bersembunyi lebih jauh di dalam selimut itu.
Jenny menutup selimut itu kembali.
Beberapa detik kemudian, Jenny membuka selimut itu dan menyinari bagian dalamnya kembali dengan cahaya senternya.
"Ciluukkk.....hiiiiiiiiii!!!!!!!", Jenny berteriak ketakutan dan melemparkan senternya ke dalam selimut itu.
Ia melihat ada sosok anak perempuan berambut pendek , berwajah sangat kotor , berpakaian warna putih kekuningan , dan berbola mata besar sekali ; sedang memeluk tubuh Arlene di dalam selimut.
Bagian ujung senter itu mengenai bagian dahi Arlene.
Sosok anak perempuan yang berwajah mengerikan itu tiba-tiba menghilang.
Arlene menjerit kesakitan.
"Mama jahat!!! Arlene dilempar senter!", teriak Arlene sambil menangis tersedu-sedu.
Jenny segera mengeluarkan tubuh Arlene dari dalam selimut itu dan menggendongnya.
Ia meminta maaf berkali-kali kepada Arlene.
"Maaf, Arlene. Mama minta maaf. Tadi mama melihat...tadi mama...salah lihat. Mama pikir...tadi ada....ada kecoak. Mama minta maaf ya, Arlene", kata Jenny sambil memeluk tubuh Arlene erat-erat.
"Ada apa, Jen? Apa Arlene terjatuh?", tanya suami Jenny sambil berjalan masuk ke kamar tidurnya itu.
"Oh...enggak kok", jawab Jenny sambil mengusap-usap dahi Arlene yang benjol.
Suami Jenny terlihat bingung, namun Ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut kepada Jenny.
Jenny merasa ketakutan sepanjang malam itu.
Tubuhnya terasa kedinginan dan merinding.
Bulu kuduknya berdiri terus menerus.
Jenny membiarkan lampur kamar tidurnya dan kamar tidur Arlene tetap menyala sepanjang malam itu.
Ia akhirnya baru bisa tertidur sekitar jam 3 pagi.
Jenny tertidur tanpa memakai selimut malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" Story
HorrorKisah lanjutan dari "Rumah 9 Hujan" (Kali ini, kisahnya merupakan fiksi/bukan berdasarkan cerita nyata)