Bab 36
Hari VI
(16 Maret 2020 . Jam 08:00 – 09:00)
Suhu udara di dalam ruangan gudang bagian belakang rumah ini semakin dingin.
Terdengar suara sesuatu yang berhembus dan berterbangan di bagian langit-langit ruangan gudang belakang ini.
Bulu kuduk di bagian tengkuk Arjuna dan tengkuk Anna, berdiri dengan tegak.
Situasi menjadi semakin mencekam.
Arjuna mengambil pisau berukuran besar dari dalam jaketnya yang berwarna hitam dengan perlahan-lahan.
Ia menggenggam pisau itu dengan erat-erat.
Tiba-tiba, Arjuna menghujamkan ujung bilah pisau yang Ia genggam ke bagian perut Anna.
"Sudah cukup sesi berceritanya...sekarang, saatnya kamu untuk kubunuh", bisik Arjuna ke bagian telinga kanan Anna.
Darah segar mengalir dari dalam bagian perut Anna.
Anna menjerit kesakitan dan berkata,
"Jangan...Arya...Jangan membunuhku..."
"NAMAKU ARJUNA!!!! BUKAN ARYA!!!", teriak Arjuna sambil menarik ujung bilah pisau yang digenggamnya tersebut dari dalam perut Anna dan menghujamkannya kembali ke bagian perut Anna yang lainnya.
Anna menjerit kesakitan.
Tubuhnya tersentak ke belakang dan kursi dimana tubuhnya sedang terikat dengan erat, terjatuh ke belakang.
Bagian belakang kepala Anna terbentur dengan keras ke permukaan lantai gudang belakang itu.
Pandangan mata Anna mulai berkunang-kunang.
Kursi kayu itu patah dan rusak.
Kedua tangan dan kaki Anna terbebas dari ikatan di kursi kayu itu.
Perutnya yang benar-benar lapar menyebabkan tubuhnya menjadi terlalu lemah untuk berusaha bangkit berdiri dari lantai.
Anna menendang bagian alat kelamin Arjuna dengan keras.
Terdengar teriakan kesakitan Arjuna.
Ia terdorong ke belakang beberapa langkah dan pisau di genggamannya terjatuh ke atas lantai.
Arjuna segera berjalan maju dan menindih tubuh Anna sambil terbatuk-batuk.
Ia berusaha mencekik leher Anna.
Anna memberontak dan menendang-nendang bagian samping kaki kanan Arjuna.
Arjuna mengerang kesakitan sambil terbatuk-batuk.
Ia melepaskan cekikan tangannya dari bagian leher Anna, dan mengambil pisau yang tergeletak di atas lantai.
Arjuna segera menghujamkan bagian ujung pisau itu ke bagian dada Anna.
Namun, Anna berhasil mengelak dengan memiringkan tubuhnya.
Arjuna berusaha menusuk bagian samping leher Anna.
Anna menepis tusukan mata pisau itu menggunakan telapak tangan kanannya.
Ujung mata pisau itu menembus telapak tangan kanan Anna.
Arjuna mencabut ujung pisau itu dari dalam telapak tangan kanan Anna.
Anna menjerit kesakitan.
Arjuna menggoreskan mata pisau itu ke bagian lengan kanan Anna.
Darah segar menyembur dari bagian dalam lengan Anna.
Anna menjerit kesakitan dan berusaha mendorong tubuh Arjuna
Tangan kiri Anna menutupi bagian lengan kanannya yang sedang terluka.
Arjuna memukul bagian wajah dan kepala Anna menggunakan gagang pisau yang sedang digenggamnya , sebanyak 6 kali.
Anna terlihat mulai kehilangan kesadarannya.
Arjuna bersiap-siap menghujamkan ujung pisau nya ke bagian dada Anna.
Tiba-tiba, ada yang menarik tubuh Arjuna ke belakang.
Tubuh Arjuna terbang dengan cepat ke arah belakang dan tubuhnya menempel di salah satu dinding gudang belakang rumah itu.
Arjuna tidak bisa menggerakkan kedua tangan, kedua kaki, dan seluruh bagian tubuhnya.
Arjuna terbatuk-batuk.
Wajahnya terlihat bingung dan ketakutan.
Ada sesuatu yang kuat, yang menahan dan menempelkan tubuh Arjuna di permukaan dinding gudang belakang rumah itu.
Anna memandangi tubuh Arjuna yang melayang dan menempel di permukaan dinding itu, dengan pandangan mata yang terlihat sayu dan lemah.
Tiba-tiba, ada sesuatu yang merobek pakaian bagian atas Arjuna.
Ada sesuatu yang menorehkan kata "DENDAM" di bagian dada Arjuna.
Darah segar berwarna merah tua, terlihat meleleh dari torehan luka berbentuk kata "DENDAM" di bagian dada Arjuna.
Anna terus memandangi tubuh Arjuna yang menempel di dinding tersebut, dengan pandangan mata yang sayu dan tidak berkedip.
Arjuna menjerit dan mengumpat dengan suara yang keras.
Tiba-tiba, bagian perut Arjuna terlihat ada yang merobek dengan cepat, sehingga isi perutnya terburai keluar dari dalam perutnya dan terjatuh ke atas lantai.
Arjuna menjerit kesakitan dengan suara yang terdengar serak dan memekakkan telinga.
Pisau yang tergeletak di lantai, tiba-tiba terbang ke atas dan menghujam bagian dahi Arjuna dengan sangat dalam.
Darah segar berwarna merah tua, meleleh dari bagian dalam dahinya.
Arjuna berkata dengan suara yang lemah,
"Kenapa...Kenapa...Ke..na...pa..."
Arjuna tewas sekitar 6 detik kemudian.
Tubuhnya jatuh ke atas lantai dengan keras.
Isi perutnya terlihat terburai di atas lantai.
Darah dari dalam dahinya menggenangi sekitar wajah dan kepalanya, di atas lantai.
Anna terus memnerus memandangi mayat Arjuna yang terlihat mengenaskan itu, dengan pandangan mata yang sayu, tanpa ekspresi, dan tidak berkedip sedikit pun.
Tiba-tiba, ada banyak sosok menyeramkan yang muncul di dekatnya.
Ada sosok perempuan, sosok laki-laki, sosok kakek-kakek, sosok nenek-nenek, dan sosok anak-anak ; yang sedang berdiri mengelilingi tubuhnya.
Wajah mereka semua terlihat pucat, hancur, dipenuhi dengan noda-noda darah, dan kotor.
Anna hanya memandangi sosok-sosok mengerikan itu dengan pandangan mata yang lemah.
Tubuhnya tidak bisa Ia gerakkan.
Tidak mampu Ia gerakkan.
Detak jantungnya semakin lama semakin melambat.
Pandangan kedua bola matanya menjadi kabur dan gelap.
Tidak terdengar suara apa pun di dalam ruangan gudang bagian belakang rumah ini, selain suara nafas Anna yang pendek , lambat, dan kecil.
Suara nafas Anna itu mendadak terhenti.
Sunyi.
Tidak terdengar suara apa pun lagi di dalam ruangan gudang bagian belakang rumah ini.
Benar-benar sunyi dan sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" Story
TerrorKisah lanjutan dari "Rumah 9 Hujan" (Kali ini, kisahnya merupakan fiksi/bukan berdasarkan cerita nyata)