Bab 33
Hari VI
(16 Maret 2020 . Jam 06:00 – 06:30)
Jam 06:00
Anna mulai siuman dari pingsannya.
Bagian belakang kepalanya terasa sakit sekali.
Ia perlahan-lahan membuka kedua bola matanya.
Pikirannya baru benar-benar tersadar sekitar 15 menit kemudian.
Tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Ia sedang duduk di atas kursi kayu.
Kedua tangannya terikat di belakang sandaran kursi itu.
Kedua kakinya terikat berhimpitan, di bagian depan kaki kursi itu.
Anna mencoba melepaskan tubuhnya dari ikatan-ikatan ketat di kursi itu.
Tidak berhasil.
Anna tiba-tiba menyadari sesuatu.
Ia sedang berada di bagian tengah ruang gudang belakang rumah ini.
Penerangan lampu di dalam ruangan gudang belakang rumah ini sangat lah minim.
Hanya berasal dari cahaya api di beberapa batang lilin berwarna putih, yang terletak di sekitar kursi tempat Anna terikat.
Anna bisa mendengar bahwa di luar rumah ini, sedang turun hujan yang lebat.
Bau di dalam ruangan gudang bagian belakang rumah ini sangat busuk.
Benar-benar busuk dan memuakkan.
Seperti bau manyat manusia yang dibiarkan membusuk selama berhari-hari.
Anna tiba-tiba teringat akan sesuatu.
Ia dan Yudi memindahkan mayat Danny dan Kathy dari ruang tamu ke dalam ruangan gudang bagian belakang rumah ini, dua hari yang lalu.
Ia segera menoleh ke bagian kanannya.
Anna melihat mayat Danny dan Kathy yang sudah sangat membusuk , tergeletak di lantai gudang bagian belakang rumah ini, sekitar 3 meter dari posisi kursi dimana Anna sedang terikat dengan erat.
Mayat-mayat itu lah yang menyebabkan bau di dalam ruangan gudang bagian belakang rumah ini luar biasa busuk.
Ada suara langkah-langkah kaki yang mendekati kursi tempat Anna sedang terikat.
Ada sesosok misterius yang sedang bersamanya di dalam ruang gudang belakang rumah ini.
Bunyi nafasnya berat dan terdengar tersengal-sengal.
Sosok misterius tersebut sekarang sedang berdiri di depan kursi tempat Anna terikat.
Ia terbatuk-batuk.
"Ar...Arya? Bagaimana...mungkin...kamu...masih...hidup???", tanya Anna.
Arya tertawa terkekeh-kekeh sambil terbatuk-batuk.
Rupanya, berada di dalam kamar tidur nomor 6 yang sangat pengap itu selama beberapa hari terakhir ini, menyebabkan penyakit asma Arya kambuh.
Nafasnya terdengar sesak dan Ia terbatuk-batuk terus menerus.
Namun, Ia sengaja memilih kamar tidur nomor 6 tersebut karena letaknya yang sangat jauh dari kamar-kamar tidur yang lainnya, demi "keleluasaan" untuk dirinya melaksanakan rencana dan aksi kejamnya selama beberapa hari ini.
"Hehehe...Dengan sedikit make up berwarna pucat di wajah dan tubuhku...dan dengan trik murahan, kalian semua bisa saja aku tipu", jawab Arya dengan suara yang terdengar tersengal-sengal, sambil melemparkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Satu bilah pisau yang terlihat patah di bagian tengahnya.
"Aku menempelkan pisau yang sudah rusak ini....uhuk....uhuk...ke bagian dadaku...dengan menggunakan lem...yang transparan...uhuk...uhuk...dan melumuri bagian tubuhku dengan cairan darah palsu...sehingga...uhuk...uhuk...aku terlihat...benar-benar...uhuk...uhuk...terbunuh", kata Arya sambil terbatuk-batuk.
Wajah Anna terlihat kebingungan.
"Berarti...kamu...lah...yang membunuh...kita semua?", tanya Anna dengan suara yang terdengar gemetaran.
"Uhuk...uhuk...Danny...Yudi...Iya, memang aku yang membunuh mereka....uhuk...uhuk...Kathy? Well, Ia membunuh dirinya sendiri...namun dengan campur tanganku juga. Jenny? Bukan aku yang membunuh Jenny...Hahaha...uhuk...uhuk...kamu lah yang membunuhnya...", jawab Arya sambil terbatuk-batuk.
Anna tidak menjawab perkataan Arya.
Ia mulai menangis sesunggukan dan bertanya,
"Tapi...kenapa,Ar? Kenapa...kamu membunuh...kita semua?"
"Kita semua? Aku belum membunuhmu...uhuk-uhuk...Belum saatnya. Sebentar lagi. Aku tidak akan membunuh diriku sendiri. Jadi...uhuk...uhuk...yang lebih tepat adalah....uhuk...uhuk...Kenapa aku membunuh kalian semua", jawab Arya sambil terbatuk-batuk.
Anna tetap menangis sesunggukan.
"Okay...karena kamu lah orang yang paling ingin kubunuh...uhuk...uhukkk...dan sebentar lagi...aku akan membunuhmu...uhuk...uhuk...Aku akan membiarkanmu...mati dengan...tenang....Maka...uhuk...uhuk...Aku akan menceritakan kepadamu...alasanku...membunuh...kalian...semua", jawab Arya sambil terbatuk-batuk.
"Jadi...kamu...kamu...adalah...Pimpinan...Jun?", tanya Anna dengan suara yang terdengar bergemetaran.
"Ya...Akulah...Pimpinan Jun", jawab Arya, dengan ekspresi wajah yang terlihat jahat dan puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" Story
HorrorKisah lanjutan dari "Rumah 9 Hujan" (Kali ini, kisahnya merupakan fiksi/bukan berdasarkan cerita nyata)