Bab 34

27 2 9
                                    


Bab 34

Tahun 1985 – 2020

Tahun 1985 - 1996

Aku hidup bersama dengan kedua orang tuaku di satu rumah berukuran kecil, di daerah utara kota Surabaya.

Kami bertiga hidup berkecukupan.

Tidak kaya dan tidak miskin.

Biasa-biasa saja.

Ayahku bekerja sebagai salah satu kepala cabang bank terbesar di Indonesia, yang logo Perusahaannya berwarna biru dan putih.

Cabang bank yang ayahku kepalai pada waktu itu hanyalah suatu cabang bank pembantu saja.

Ibuku tidak bekerja.

Ia hanyalah seorang ibu rumah tangga.

Ayahku bertubuh cukup tinggi dan berwajah tampan.

Wataknya easy going dan terlihat berkharisma.

Ibuku bertubuh agak pendek, agak gemuk, dan wajahnya biasa-biasa saja.

Wataknya cenderung tertutup, namun hatinya sangat lembut.

Hubunganku lebih dekat dengan ibuku daripada dengan ayahku.

Tahun 1996 - 2019

Ketika aku berumur 11 tahun, ayahku dipromosikan oleh pihak manajemen bank pusat di Jakarta, menjadi kepala cabang bank utama , yang ukuran bangunan dan skala bisnisnya jauh lebih besar daripada cabang bank sebelumnya.

Penghasilannya pun menjadi jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Kami bertiga berpindah tempat tinggal ke salah satu rumah yang berukuran besar, di kawasan elit, di daerah Surabaya Timur.

Ayahku yang semula mengendarai mobil tua , sekarang mengendarai mobil yang cukup mewah, dan menggunakan jasa sopir pribadi.

Nasabah-nasabahnya juga merupakan orang-orang terkaya di kota Surabaya.

Beberapa bulan kemudian, ada seorang gadis cantik jelita yang melamar kerja sebagai teller di cabang bank yang dikepalai oleh ayahku.

Gadis tersebut berperawakan tinggi.

Berwajah cantik.

Kulitnya putih dan mulus.

Rambutnya panjang dan berwarna hitam kecoklatan.

Tutur bahasanya benar-benar halus.

Kata-katanya terdengar manis.

Dan gadis tersebut masih berumur sekitar 23 tahun.

Ayahku langsung jatuh hati dengan gadis tersebut.

Namun, Ia tidak berani mendekati gadis tersebut.

Nyalinya terlalu ciut untuk mendekati gadis tersebut.

Ayahku berusaha tetap menjaga jarak terhadap gadis tersebut, walaupun gadis tersebut terlihat tertarik kepadanya.

Suatu hari, ada salah satu teman baik ayahku yang sedang bertamu di rumah kami.

Teman baik ayahku itu membawa beberapa kerat bir dan mengajak ayahku untuk minum-minum.

Mereka berdua bersenda gurau dan minum-minum sampai dini hari.

Ayahku yang dalam keadaan mabuk, menceritakan mengenai perasaan hatinya terhadap gadis cantik yang bekerja sebagai teller di cabang bank yang Ia kepalai.

Teman baik ayahku tersebut, menyarankannya untuk mendekati gadis tersebut, memacarinya, dan menikahinya.

Ia juga menyarankannya untuk meninggalkan ibuku yang sekarang sudah terlihat tua, agak gendut, dan tidak menarik.

66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang