Bab 31
Hari V
(15 Maret 2020 . Jam 22:55 – 23:55)
Keringat dingin membasahi seluruh tubuh Jenny.
Ia terbangun dari tidurnya.
Tubuhnya terasa lemas sekali.
Kepalanya terasa sakit.
Kedua bola matanya terasa perih.
Kerongkongannya benar-benar terasa kering.
Perutnya terasa sangat lapar.
Jenny perlahan-lahan menggerakkan tangannya mengambil satu kaleng berisi air di bagian bawah ranjangnya.
"Gelap sekali ruang tamu ini. Apakah listrik di dalam rumah ini sedang padam?", tanyanya di dalam hati.
Telapak tangan kanannya meraba-raba bagian bawah ranjangnya, mencari satu kaleng berisi air tersebut.
Tiba-tiba, ada yang mencakar dan menarik telapak tangan kanannya.
Jenny menjerit kecil dan cepat-cepat menarik tangannya dari bagian bawah ranjang.
Anna terbangun dari tidurnya dan bertanya dengan suara yang lemah,
"Ada apa...Jen? Kenapa kamu...berteriak...teriak?"
"Ehm...tidak apa-apa, An. Tidurlah kembali", jawab Jenny.
Anna tidak menjawab kata-kata Jenny.
Rupanya, Ia segera tertidur kembali.
Jenny menyadari bahwa sofa di ruang tamu itu kosong.
Tidak ada Yudi yang berbaring di atas sofa.
"Mungkin Yudi berada di dalam ruangan WC, seperti kemarin malam. Mungkin saja...Ia terkunci lagi di dalam ruangan WC itu. Aku akan menolongnya...", kata Jenny di dalam hatinya.
Jenny berjalan menuju ke ruangan WC, sambil berteriak memanggil-manggil Yudi dengan suara teriakan yang terdengar lemah dan serak,
"Yud...Yudiii....Yud....Dimanaaa....kamu???"
Tidak ada jawaban.
Jenny berjalan dengan perlahan-lahan dalam kegelapan, menuju ke ruangan WC.
Tiba-tiba, Ia mendengar namanya dipanggil-panggil oleh "Yudi", dari arah kamar tidur nomor 1,
"Jen....Jen...Tolong aku, Jen..."
Jenny segera membalikkan tubuhnya dan berjalan tergesa-gesa menuju ke kamar tidur nomor 1.
Ia tersandung sesuatu yang menyembul dari lantai ruang tamu.
Jenny melihat ada sesosok tangan berwarna pucat yang terlihat muncul dari dalam lantai.
Ia menjerit kecil dan segera beranjak berdiri dari lantai.
Jenny berjalan cepat-cepat menuju ke kamar tidur nomor 1.
Suara "Yudi" tersebut, terus menerus memanggil nama Jenny.
"Jen...Tolonglah aku, Jen...Jenny..."
Jenny cepat-cepat membuka pintu kamar tidur nomor 1.
Ada sesuatu di bagian belakang tubuhnya, yang mendorongnya tubuhnya masuk ke dalam kamar tidur nomor 1.
Jenny terjerembab di atas lantai kamar tidur nomor 1 itu.
"Gelap sekali kamar tidur nomor 1 ini", katanya di dalam hati.
"Yud...Yudiii...Dimana kamu?", teriak Jenny dengan suara yang lemah dan serak.
Jenny meraba-raba lantai kamar tidur itu dan menemukan korek api gas milik Yudi tergeletak di sana.
Dan...ada genangan air yang mengalir di lantai, di dekat korek api gas milik Yudi tersebut.
Jenny segera memungut korek api gas milik Yudi itu dan menyalakannya.
Api yang menyala dari dalam korek api gas itu menyinari bagian depan tubuh Jenny.
Ia melihat bahwa genangan air di lantai tersebut adalah berwarna merah tua.
Genangan air tersebut adalah genangan darah segar.
Jantung Jenny tiba-tiba berdegup kencang.
Ia mengarahkan cahaya api dari dalam korek api gas milik Yudi tersebut ke bagian tengah kamar tidur itu.
Jenny tersentak kaget.
Ia berteriak dengan keras.
Mayat Yudi terlihat terbaring kaku di bagian tengah kamar tidur nomor 1 itu.
Salah satu bola matanya hilang.
Bibirnya sobek sampai ke kedua sisi pipinya.
Banyak sekali darah yang mengalir dari bagian dalam lehernya.
Jenny menangis terisak-isak ketakutan, melihat mayat Yudi yang dalam kondisi sangat mengenaskan tersebut.
Ada sesuatu yang menggelinding dari sudut kamar tidur ini menuju ke tempat dimana Jenny sedang terduduk menangis.
Sesuatu tersebut berhenti menggelinding tepat di depan lutut Jenny.
Ia mengamati sesuatu itu dan memungutnya dari atas lantai.
Ternyata sesuatu itu...adalah salah satu bola mata Yudi yang terlepas dari rongga matanya.
Jenny berteriak histeris dan melemparkan bola mata Yudi tersebut ke dinding kamar tidur tersebut.
Bola mata itu menempel di dinding.
Ada beberapa bagian dari bola mata itu yang terlepas, karena benturan yang keras dengan permukaan dinding kamar tidur itu.
Jenny segera merangkak menuju ke pintu kamar tidur nomor 1 itu.
Tiba-tiba, pintu kamar tidur nomor 1 itu tertutup dengan keras.
Jenny segera beranjak berdiri dan mencoba membuka pintu kamar tersebut.
Tidak bisa.
Ia terkunci di dalam kamar tidur ini.
Listrik di dalam rumah ini juga sedang padam.
Jenny tidak bisa mengetikkan kode khusus di alat pengunci pintu kamar tidur, untuk membuka pintu kamar tersebut.
Ia berteriak-teriak memanggil nama Anna,
"Annaaa....Annaaaa....tolooooongggg....Annaaaa...."
Tiba-tiba, ada sepasang tangan yang berwarna pucat, yang menarik tubuh Jenny ke belakang.
Ia terjatuh dengan keras di atas lantai.
Bagian belakang kepalanya terbentur lantai dengan sangat keras.
Sepasang tangan yang berwarna pucat itu memegangi wajah Jenny dengan erat.
Pandangan kedua bola mata Jenny terasa berkunang-kunang.
Ia melihat ada sesosok wajah anak-anak yang terlihat mengerikan, sedang mendekati wajahnya.
Jenny tidak bisa berteriak.
Suaranya terasa tercekat di dalam kerongkongannya.
Wajah sosok anak-anak itu semakin lama semakin mendekati wajah Jenny.
Ketika wajah sosok anak-anak itu sudah berada sangat dekat dengan wajah Jenny, tingkat kesadaran Jenny tiba-tiba menurun dengan cepat.
Jenny kehilangan seluruh kesadarannya dalam hitungan detik.
Kamar tidur itu menjadi sunyi kembali.
Tidak terdengar suara apapun.
Selain suara decitan tubuh Jenny yang bangkit berdiri dengan cepat dari permukaan lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
66 iblis , A "Rumah 9 Hujan" Story
HorrorKisah lanjutan dari "Rumah 9 Hujan" (Kali ini, kisahnya merupakan fiksi/bukan berdasarkan cerita nyata)