"Gue naiknya gimana?"
Anrez menepuk jidatnya sendiri. Setelah itu dia menarik nafasnya dalam dalam, mencoba sabar dan tidak emosi dalam situasi seperti ini. Perlahan, lelaki bermata elang itu mengedarkan pandangannya,
Dan, Cling!
Matanya menangkap sesuatu yang menurutnya berguna.
"Heh, punya otak dan mata itu di pake." Ucap lelaki itu pada Tiara. Tiara mengerucutkan dahinya bingung.
"Lo kalo ngomong yang jelas dong! Gak usah bertele tele!" Balas Tiara sedikit ngegas.
"Ooo, sekarang lo berani ngegas ke gue? Fine, Oke. Gue gak akan bantuin lo. Dasar annoying!" Setelah mengucapkan itu, Anrez kembali mengambil ancang-ancang untuk turun.
"Ish! Jadi cowok baperan banget sih, lo! Ngomong tuh yang jelas! Langsung ke intinya aja apa susahnya sih?!"
Anrez tidak menanggapi omongan dari gadis cerewet itu. Dia memilih untuk melanjutkan aktifitas mengambil ancang-ancangnya.
"Jangan turun dulu ih! Tungguin gue! Tega banget sih, lo jadi cowok! Masa lo ngebiarin gue manjat pager sendirian,"
Lelaki itu menoleh. Terbesit rasa tidak tega dalam benaknya. Mau bagaimana pun, cewek annoying ini tetaplah perempuan.
"Tuh, ada bangku." Anrez menunjuk sebuah bangku kotor di dekat tong sampah dengan dagunya.
Sebenarnya turun dari pagar ini adalah makanan sehari hari Anrez. Dia tidak perlu mengambil ancang-ancang super ribet seperti ini. Hanya saja, untuk kali ini ia sengaja melakukannya untuk memancing emosi cewek cerewet itu. Terkadang, mengganggu seseorang sangat menghibur untuknya.
Tiara mengikuti arah pandang Anrez. Terlihatlah bangku usang tersebut. "Itu?"
"Iya,"
"Lo ambil itu bangku, terus lo pake bangku itu buat naik ke atas sini. Tenang aja, gue bakal pegangin lo."
Tiara mengangguk saja. Gadis itu lalu menuruti perintah Anrez untuk mengambil bangku tersebut. Dia menaruhnya tepat di bawah pagar.
"Cepet naik. Waktunya keburu abis!"
"Iya-iya sabar,"
Tiara pun mulai menaiki bangku tersebut. Dengan sedikit berpegangan pada lengan kekar Anrez, Tiara akhirnya berhasil duduk diatas pagar -disamping Anrez- dengan nafas yang terengah-engah.
"Lama banget sih, lo!"
"Diem lo! Gue bukan titisan monyet, jadi gak bisa manjat dengan cepet." Celetuk Tiara tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Gadis itu sibuk mengatur nafasnya.
Menyadari maksud ucapan Tiara, mata Anrez melotot dengan sempurna. "Jadi maksud lo, gue titisan monyet gitu?" Ujar Anrez pelan namun penuh penekanan. Sebisa mungkin, ia tidak emosi. Meskipun kenyataannya dia sudah emosi, sih.
Tiara membuka mulutnya. Dia menoleh ke arah Anrez yang sekarang sedang menatapnya dengan sengit. Menyadari kesalahannya yang terlalu frontal itu, membuat dirinya memaki dirinya sendiri.
"Mati lo Tiara! Ngapain pake ngomong gitu segala sih? Udah bosen hidup lo! Sekarang, cuma cowok aneh ini yang bisa nolongin lo. Kalo dia sampe marah, gue gak tau lagi deh. Bisa-bisa hidup lo tamat. Tapi.. semoga aja dia gak marah deeh! Ya ampun, gue harus jawab apaan nih! Duh bego amat sih gue?!
"Eh, itu, anu, bu-bukan gitu maksud gue. Maksud gue tuh- iihh! Lo kok turun duluan sih?! Terus gue turunnya gimanaa!!" Teriak Tiara. Dia tidak menyangka kalau cowok aneh itu benar benar turun lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Kamu?
Teen FictionAnrez Ardhaniel Geonard itu, selain tampan dan jago dalam olahraga basket juga bermusik, adalah seorang lelaki yang ego-nya sangat tinggi. Selalu memaksakan apapun yang ia mau. Rela melakukan apapun dan menyingkirkan siapapun demi ambisinya. Keterpu...