KHK 9 : Tragedi Dalam Mobil

546 93 65
                                    

Ayo ramaikan tiap paragraf ehehe

●●●

Baru saja pintu mobil tertutup. Bahkan Tiara belum memasang sabuk pengaman sama sekali, tapi mobil ini sudah dilaju kan sekencang-kecangnya oleh si pengendara.

"Oy, pelan pelan! Gila! Gue gak mau mati mudaaa!" Teriak Tiara ketakutan.

"Diem lo!" Balas Anrez emosi tanpa menoleh barang sedikit saja pada lawan bicaranya. Mata elangnya sangat fokus menatap jalanan didepannya.

Tiara sendiri melihat Anrez lewat ekor matanya yang setengah terpejam. Kecepatan 120Km per jam sangat tidak etis digunakan dijalanan biasa seperti ini. Gadis itu tidak henti hentinya berdoa di dalam hatinya, semoga saja manusia di sampingnya ini segera sadar dan sedikit memperlambat kecepatan kendaraannya.

Untung saja jalanan Jakarta malam ini tidak terlalu ramai.

"Lo gila?! Berhentiin gak!" Titah Tiara keukeuh. Dia ketakutan.

"Gue bilang diem, diem! Ngerti bahasa indonesia gak sih lo?!"

Tiara berdecak dengan mata yang masih terpejam. Percuma saja bicara pada manusia gila di sampingnya ini. Tidak akan ada gunanya. Dia keras kepala. Bahkan melebihi batu bata sekalipun. Akhirnya gadis itu memilih diam.

Ciitt!

Suara mengecit yang menandakan terjadinya sebuah gesekan antara permukaan karet ban mobil yang di rem, dengan beberapa kerikil jalanan tertangkap dengan jelas oleh indra pendengaran kedua manusia itu.

Nafas keduanya memburu. Mereka sama sama sedang mencoba tenang.

Anrez berbalik. Menghadap Tiara sepenuhnya. "Lo cewek picek yang kemaren manjat pager bareng gue, kan?"

"Gue gak picek!" Balas Tiara kesal.

Anrez memutar bola matanya. "Lo gak jawab pertanyaan gue sama sekali," katanya.

Tiara menghela nafas, mencoba sabar. "Iya. Itu gue!" Jawab Tiara seadanya. Entah kenapa, berada di dekat cowok ini selalu membuat emosinya mudah sekali meledak.

"Kok lo bisa ada di tempat tadi?! Lo tau gak, Evan itu bukan orang sembarangan! Kalo lo kena apa-apa, nanti gue yang disalahin gimana coba?! Lo mikir gak sih?!" Ujar Anrez dengan emosi yang menggebu gebu. Bahkan wajahnya sudah memerah karena menahan emosi.

Mendengar penuturan Anrez yang seenak jidat, membuat Tiara turut emosi. "Heh, timun suri! Lo mikir juga dong! Kalo aja gue gak dateng tadi, lo pasti udah lewat tau gak?!"

Nafas keduanya masih saja memburu akibat rasa emosi yang masih meledak ledak.

"Terus, kenapa lo bisa ada di tempat tad— akh!"

"Stress lo!" Maki Anrez tidak habis pikir dengan perempuan yang berada di depannya. Baru saja, Tiara memegang luka yang berada di pelipis Anrez dengan sengaja. Tentu saja itu rasanya sangat perih. Secara, itu kan luka baru.

"Sakit ya?"

"Iya lah! Lo punya otak gak?!"

"Yaudah, udah tau sakit, gausah banyak ngomong. Udah mending lo balik sana. Obatin luka lo. Biar gue turun di sini. Males gue lama-lama sama lo!" Setelah mengatakan itu, Tiara langsung memegang handle pintu mobil —hendak keluar. Namun, dengan cepat, Anrez menekan tombol untuk mengunci mobil. Sehingga gadis itu tidak dapat keluar.

"Sialan lo! Buka pintunya!" Bentak Tiara kesal. Ia ingin mengambil martabaknya. Dan adiknya pasti sudah menunggunya untuk pulang.

"Gak. Lo harus tanggung jawab atas luka-luka gue! Lo harus obatin gue!" Ujar Anrez dengan nada tegas dan tidak ingin dibantah.

Kenapa Harus Kamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang