Mendengar suara pria yang mendayu-dayu seperti itu dari dalam telepon, membuat Nuca membulatkan matanya terkejut. Apa yang di khawatirkannya beberapa detik yang lalu kini terjadi. Tiara diganggu oleh pria-pria brengsek nan gila disana!
"Astaga, gue harus telepon Anrez sekarang!" Dan Nuca pun dengan segera menekan nama kontak Anrez lalu menghubunginya.
Fyi, saat ini Nuca sedang berada di rumahnya. Dalam kamar tidur dan sedang duduk dibangku belajar lebih tepatnya.
"Anjir, nyambung tapi nggak di angkat! Apa jangan-jangan, Anrez mabok?!!"
"Aduh, Rez. Gak usah macem-macem!"
Tuuuttt.
"Akhirnya lo angkat juga teleponnya!"
Di sebrang telepon sana, Nuca mendengar suara musik jedag-jedug yang nadanya hampir sama seperti apa yang ia dengar waktu ia sedang bicara dengan Tiara. Itu artinya, Tiara dan Anrez memang sedang berada dalam satu tempat yang sama.
"Anrez, lo ngapain ke tempat yang begituan goblok?!"
Anrez menyeringai, lalu menengguk sisa alkohol yang sedari tadi dipegangnya dalam gelas hingga tandas. "Kenapa? Masih mau peduli, sama pembunuh kayak gue?"
"Istighfar Anrez! Lo ngapain minum miras!"
"Karena gue pembunuh!" Ujar Anrez penuh penekanan kemudian ia tertawa keras. "Mbak, minta airnya lagi! —Makasih, mbak,"
"Sama-sama, mas. Mau aku temenin gak?"
"Gak perlu."
Setelah wanita pelayan itu pergi, Anrez lantas menyeringai kembali. Meminum kembali minumannya yang terasa sangat membuatnya terbang. Beban-beban yang sedang dipikulnya serasa hilang ditelan bumi. Dan Anrez sangat menyukai sensasi ini. Sensasi disaat ia meminum minumannya.
"Istighfar, Anrez! Caranya gak harus gini!" Ujar Nuca geram. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran ketuanya itu. Bisa-bisanya meminum minuman yang haram itu!
"Kalo nggak gini, terus apa, Nuca. Gak ada yang percaya sama gue. Bahkan, nyokap dan bokap gue aja udah gak percaya sama gue. Jadi biarin gue ngelakuin apa yang gue mau! Lo gak usah ikut campur!"
Nuca semakin geram dibuatnya. Cowok itu bangkit dari duduknya kemudian menyambar jaket berlogo Xailent dan juga kunci motor. Ia segera melangkah keluar dan hendak pergi menyusul Anrez dan menyelamatkan Tiara. Tanpa mematikan sambungan teleponnya.
Cowok itu membiarkan Anrez yang sedang mabuk berat itu mengoceh tidak jelas. Dan ia mendengarkan semua ocehan itu. Yang ada dalam pikirannya kini ada dua. Yaitu Tiara, yang sedang dalam keadaan bahaya, dan juga Anrez. Ia harus terus mengawasi Anrez. Jangan sampai Anrez sampai melakukan hal yang tidak-tidak pada wanita-wanita tidak beradab yang berada di tempat bak neraka dunia itu. Yang jumlahnya pasti tidak sedikit.
"Woi, Nuca! Lo dengerin gua gak, anjing!" Ujar Anrez dengan suara lemas. Oh, efek alkohol itu memang sangat berbahaya.
"Gua denger lo," balas Nuca dengan nada serius. Sekarang, ia sudah menaiki motor besarnya dan memakai helm full face.
"Lo mau kemana anjing?" Tanya Anrez masih dengan suara lemas bak orang mabuk itu. Tolong maklumkanlah perkataan Anrez yang sedang dalam mode mabuk. Tidak terkontrol.
🐐 : sedikit notes dari kambing, tolong jangan tiru perkataan dan perbuatan yang jelek dari chapter/keseluruhan cerita ini. ambil yang baik dan buang jauh-jauh yang buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Kamu?
Teen FictionAnrez Ardhaniel Geonard itu, selain tampan dan jago dalam olahraga basket juga bermusik, adalah seorang lelaki yang ego-nya sangat tinggi. Selalu memaksakan apapun yang ia mau. Rela melakukan apapun dan menyingkirkan siapapun demi ambisinya. Keterpu...