KHK 30 : Ada Apa Dengan Gino?

368 92 48
                                    

Anrez dan Tiara berjalan beriringan di sebuah mall ternama di Jakarta. Sepanjang perjalanan, ada banyak sekali pasang mata yang memperhatikan mereka berdua.

Kalau kalian kira, orang-orang itu memperhatikan Anrez dan Tiara karena menganggap mereka uwwu atau semacamnya, maka kalian salah besar.

Orang-orang itu lebih tepatnya menatap Tiara kasihan. Kenapa? Karena Tiara membawa banyak sekali kantung belanjaan, sendirian.

Sedangkan Anrez berjalan dengan santai di depan cewek itu dengan gaya sok cool-nya. Membiarkan Tiara membawa seluruh belanjaan pesanan Maminya untuk keperluan rumah bulanan. Kalian bisa bayangkan segimana banyaknya belanjaan untuk sebulan itu kan? Apalagi untuk keluarga sultan yang memiliki kediaman bak mansion seperti Anrez.

Seperti biasa, dengan gaya tengilnya, Anrez mengedipi setiap cewek yang ia lewati. Memberi kiss bye dari jauh, memberi saranghe dan macam-macam isyarat buaya yang lainnya. Sedari tadi seperti itu. Dia tidak tau saja, bagaimana sengsaranya Tiara di belakang sana. Cowok itu sama sekali tidak memperdulikan.

"Cowok stress emang! Bukannya bantuin gue malah tebar pesone ke cewek-cewek! Ntar kalo ada yang suka gimanaaaaa?!!" Dumel Tiara dalam hati menatap Anrez kesal. Mentang-mentang sekarang dirinya babu, jadi disuruh seenaknya seperti ini. Setidaknya, bantulah sedikit. Tiara kan perempuan.

"Aduh! ---ish, apaan sih lo berhenti gak bilang-bilang!" Ucap Tiara sambil mengusap dahinya yang malang membentur punggung tegap Anrez yang berhenti secara tiba-tiba.

Anrez berbalik. "Ti, gue laper. Makan dulu di McD bentaran ya?" Ucapnya dengan wajah memelas.

"Laper? Bukannya lo udah ngabisin stok keripik kentang dirumah gue ya? Kok bisa-bisanya bilang laper?" Balas Tiara, menyindir tentunya.

"Heh, gue itu orang indonesia. Kalau makan gak pake nasi, bukan makan namanya." Ujar Anrez menatap Tiara tajam. "Bodoamat, pokoknya gue mau makan. Dan lo harus temenin gue. Gak ada penolakan!" Lelaki itu menggenggam tangan Tiara secara tiba-tiba lalu mengambil seluruh belanjaannya, dan kini semua belanjaan itu berada di tangan kiri Anrez. Sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan Tiara, kemudian menariknya pelan.

Tiara tersentak kaget tentu saja. Bagaimana tidak? Cowok itu tiba-tiba mengambil semua belanjaannya dan membiarkan Tiara bertangan kosong. Kemudian, ia menggenggam tangannya.

Dan Tiara tidak bisa untuk tidak tersenyum. Hingga, sebuah ide jahil tiba-tiba muncul di kepalanya. Gadis itu pun mengambil ponselnya dari tas, kemudian dengan sengaja memotret tangannya dan tangan Anrez yang saling menaut satu sama lain itu secara diam-diam. Tanpa sepengerahuan cowok itu. Aaaa, berasa pacaran bangett ><

"Bakal gue jadiin senjata. Hahaha!" Tiara tertawa jahat di dalam hatinya.

Sesampainya di McD, Anrez memilih untuk menyewa ruang VVIP. Demi kenyamanan dan ketenangannya saat makan. Karena pada saat makan, Anrez sangat tidak suka di ganggu.

"Lo ribet banget sih, pake ruang VVIP segala?" Tanya Tiara dengan pandangan yang ia sapu ke seluk beluk ruangan ini. Nyaman juga sih. Dan tenang, adem gitu.

Anrez duduk di bangku empuk yang sudah disediakan. "Gue emang selalu pesen VVIP kalo makan di restoran. Males juga kalo harus makan barengan sama orang-orang gak jelas. Mending gini, privat."

Tiara mengangguk mengerti, kemudian ikut duduk di sebelah cowok itu. "Ini kan mahal, Kak. Emang kamu punya uang? Setau aku, semua card kamu disita sama Mami kamu, kan?"

Anrez menggeleng, "lo pikir semua uang yang gue pakai dan gue punya itu dari nyokap bokap gue semua? Ya nggak lah."

"Asal lo tau, gue punya bengkel sendiri. Dan semua uang yang setiap kali gue pake itu, hasil dari kerja keras gue. Ya ... meskipun modal awal bengkel gue itu dari nyokap bokap, tapi gue udah ngeganti itu semua, kok. Dan lo tenang aja, ini halal. Bukan uang hasil nyolong atau apapun itu. Jadi lo makan aja yang tenang. Gue yang bayar,"

Kenapa Harus Kamu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang