Tiara menuruni motor besar Anrez lalu memberikan helm yang baru saja dilepaskannya pada sang empunya. "Nih, makasih udah mau nganterin."
"Gak usah geer! Gue kesini karena gue masih inget hukuman. Bukan karena gue care sama lo."
Tiara memutar bola matanya mendengar ocehan lelaki itu. "Bawel banget lo kek emak-emak di perumahan sebelah!"
"Yaudah, gue masuk duluan,"
Anrez dengan cepat mencekal pergelangan tangan gadis itu. "Tunggu dulu,"
Deg.. deg.. deg..
Jantung Tiara kembali bereaksi. Kenapa ini? Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?
"A-apaan?" Tanya Tiara sedikit gugup.
Anrez melepaskan cekalan tangannya pada Tiara kemudian turun dari motornya. Lelaki itu berdiri tepat dihadapan Tiara. Perlahan, lelaki itu mendekatkan wajahnya pada wajah Tiara. Membuat gadis itu menutup matanya rapat-rapat.
"Lo masih inget kan, sama taruhan yang kita bikin waktu itu?" Bisik Anrez tepat di dekat telinga Tiara dengan suara yang terdengar begitu mengintimidasi. Membuat bulu kuduk Tiara merinding.
Deg.. deg.. deg..
"Suara jantung lo bahkan bisa gue denger, dan gue yakin, itu artinya, lo udah mulai suka sama gue,"
Jederr!
Bagaikan ada sebuah bom yang meledak dan bergejolak di dalam hatinya, wajah Tiara seketika berubah menjadi merah padam sekaligus pucat pasi.
Bisikan Anrez itu terdengar sangat lembut ditelinganya, dan juga menyeramkan dalam waktu yang bersamaan. Ya Allah, bantulah Tiara.
Anrez pun menjauhkan kembali wajahnya dari telinga Tiara, memberikan jarak normal dengan senyum licik yang tercetak jelas di wajah tampannya. Ia semakin yakin kalau gadis itu memang benar benar sudah menyukainya, disaat ia melihat gadis itu terdiam mematung mendengar ucapannya barusan. Ini sangat menguntungkan sekali baginya!
"Omongan gue bener kan?" Ucap Anrez sambil menyugar rambut ala-ala bad boy-nya itu kebelakang. Membuat kadar ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Tiara sampai kicep dibuatnya.
'Nikmat mana lagi yang mau lo dustakan, Tiara. Dia ganteng banget dan lo beneran suka sama ni cowok?!'
'Ya gimana gue bisa gak tertarik, coba? Orang dianya tebar pesona mulu kek gitu! Jangan salahin gue lah!'
'Kenapa harus kamu sih, Anrez?'
"Fiks, lo kalah taruhan dari gue. Dan sesuai perjanjian kita, lo harus jadi babu gue selama-lamanya, atau, sampai gue juga suka sama lo."
"Tapi gue rasa hari itu gak bakalan terjadi sih. Itu artinya, lo harus siap-siap jadi babu gue seumur hidup lo,"
"Kata siapa lo gak bakalan suka sama gue?!"
Anrez membulatkan matanya. Jadi ini teh beneran?
"Oh, lo beneran suka sama gue?"
◎◎◎
"Ayok semuanya ikutin gerakan ibu!"
"Wan, tu, tri, for, faif, siks, sefen, eit!"
Semua siswi yang mengikuti eskul cheers itu mengikuti gerakan yang baru saja di peragakan oleh pembina atau pelatih mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Bu Ayu yang cetar membahana seantero SMA RANGGARA.
"Ca, kamu lebih energic lagi dong! Jangan lesu gitu!" Bu Ayu memberikan teguran pada Caca karena gerakan gadis itu benar-benar terlihat tidak bersemangat. Gerakannya sangat sedikit sekali, namun anehnya, keringat yang dikeluarkan sangat peluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Kamu?
Teen FictionAnrez Ardhaniel Geonard itu, selain tampan dan jago dalam olahraga basket juga bermusik, adalah seorang lelaki yang ego-nya sangat tinggi. Selalu memaksakan apapun yang ia mau. Rela melakukan apapun dan menyingkirkan siapapun demi ambisinya. Keterpu...