Anrez dan Tiara melangkah masuk ke dalam markas Xailent. Kening Anrez berkerut begitu melihat kondisi markas. Markas terlihat sangat rapi sore ini. Ini sangat tidak lazim untuknya. Karena, markas tidak pernah serapih ini sebelumnya. Pasti ada saja, bangku atau sofa yang terbalik, meja tak beraturan, bungkus camilan dan kaleng soda dimana-mana. Tapi lihatlah sekarang. Sangat tertata dan beraturan.
"Oh, bawa gebetan baru ya? It's okay. Gue rasa itu lebih baik. Gebetan lo bisa langsung cabut dari lo tanpa gue harus turun tangan," Gino berucap sambil memposisikan dirinya berdiri tepat di hadapan Anrez. Dibelakang cowok itu, ada Nuca, Farhan, dan Ken. Mereka bertiga terlihat menatap Anrez dengan,
Tatapan benci dan penuh permusuhan.
Ada apa ini?
"Ngomong apaan sih lo, No?"
Gino maju beberapa langkah lebih dekat ke Anrez. Laki-laki bermata sipit itu menatap sang leader nyalang. Seakan hendak membunuhnya sekarang juga.
"Lo sadar, apa yang udah lo lakuin, Rez?" Tanyanya dengan masih dengan tatapan nyalangnya.
Anrez menatapnya tidak mengerti. "Lo ngomong apaan sih, No? Sumpah lo gak jelas banget hari ini, gak ngerti gue,"
"Gak usah sok pura-pura bego gitu,"
"Karena mau lo tutupin sekuat apapun, yang namanya bangkai pasti akan tercium juga."
"Gino, gue rasa lo bar--"
"LO PEMBUNUH, ANJING!"
BUGH!
Gino mendaratkan bogeman kencangnya tepat di pipi Anrez. Sangat kuat, hingga wajah tampan sang leader itu sampai tertoleh ke samping. Sungguh, Anrez masih belum bisa mengerti situasi ini!
Melihat Anrez yang dipukul, dengan sigap Tiara menahan tubuh cowok itu yang hampir oleng. "Kak, kamu gak papa?"
"Gue gak papa, Tiara. Lo tetep diem di belakang gue. Jangan ikut campur. Paham?"
Tiara mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu menuruti perintah Anrez untuk tetap berada di belakang tubuh cowok itu, ia mundur beberapa langkah kebelakang.
"Maksud lo ngomong gitu apa? Siapa yang lo maksud pembunuh?" Ucap Anrez masih dengan nada tenang. Belum emosi, emosinya masih bisa ia kontrol. Dan sebisa mungkin, ia akan menahan emosinya itu.
BUGH!
Gino kembali memukul Anrez. Kali ini cowok itu mendaratkan pukulannya di perut Anrez.
"SEKUAT APAPUN LO NGELAK, KEBUSUKAN LO UDAH TERBONGKAR, ANREZ!"
"LO KAN YANG UDAH NGEBUNUH NYOKAP GUE?!!"
"MAKSUD LO APA?!"
"APA SALAH NYOKAP GUE!?"
"KENAPA LO TEGA LAKUIN ITU KE NYOKAP GUE, HAH?!!"
Gino melampiaskan seluruh kegundahan hatinya dengan berteriak tepat di depan wajah Anrez. Ia menarik kerah baju Anrez sekuat tenaga yang ia punya. Cowok itu berkeringat. Wajahnya tampak memerah, entah karena menangis atau karena amarah, entahlah. Dan cowok itu benar benar terlihat murka pada Anrez.
Sedangkan Anrez kini menatap sahabatnya itu dengan sangat tajam. Cowok itu menghempas kasar tangan Gino yang berada di kerah bajunya.
"Jangan asal nuduh. Gue gak pernah ngebunuh nyokap lo. Buat apa gue ngebunuh nyokap lo!? Punya otak gak sih?"
"Rez, mending lo ngaku aja. Gak ada gunanya lo berkelit. Dengan lo berkelit atas apa yang udah terbongkar, itu namanya lo pecundang. Penjilat."
Anrez menatap Ken yang baru saja membuka suaranya. Laki-laki misterius yang sangat jarang berbicara itu, jika sudah bicara panjang dan lugas, itu artinya dunia sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Kamu?
Teen FictionAnrez Ardhaniel Geonard itu, selain tampan dan jago dalam olahraga basket juga bermusik, adalah seorang lelaki yang ego-nya sangat tinggi. Selalu memaksakan apapun yang ia mau. Rela melakukan apapun dan menyingkirkan siapapun demi ambisinya. Keterpu...