Hilang.

189 25 4
                                    

"Bukan tidak adil, hanya saja Tuhan punya cara terindah agar kita lebih menghargai yang kita miliki saat ini."

Happy Reading✨
.
.
.
.

Dua hari berlalu, Kathayla akhirnya di izinkan masuk sekolah lagi oleh orang tuanya. Sebenarnya belum sih, tapi bukan Kathayla jika tidak memberikan seribu jurus rayuannya. Dan akhirnya sang Mama pun luluh, sehingga menuruti keinginan putri bungsunya ini.

"Morning Mama"
Cup! Kathayla mencium pipi kanan Mamanya.

"Morning sayang" jawab Mama tersenyum.

"Morning Papa"
Cup! Ia beralih mencium Papanya.

"Morning princess Papa." Jawab Papa.

"Morning Bang Jo, Alya!" Serunya dengan gembira kemudian duduk di bangku samping Verralya.

"Morning kembarankuhhh" jawab Verralya alay.

"Gue gak di cium juga nih?" Tanya Jovano iri.

"Ogah, lo masih ileran." Jawab Kathayla spontan itu membuat semua orang tertawa.

"Enak aja! Gue udah mandi pakai kembang tujuh rupa kalau Lo mau tau!" Jawab Jovano ngegas.

"Widih, acara siraman sebelum nikah lu? Atau habis sawanan Bang?" Ujar Kathayla lagi.

"Nih anak otaknya geser deh kayaknya. Dulu yang tiap hari nyebelin dan bawel pasti Alya, sekarang malah lo juga. Mau gue timpuk lagi gak pala lo biar balik seperti semula?" Tawar Jovano membuat Kathayla mengerucutkan bibirnya kesal.

"Gue udah diem ya Bang!" Sahut Verralya memberi peringatan

"Lo aja sini gue timpuk pakai galon!" Semprot Kathayla.

"Ck. Udah.. udah. Buruan sarapan nanti kalian telat." Ujar Mama melerai.

Mereka pun memulai sarapan dengan tenang.

Jika kalian berfikir bahwa Kathayla baik-baik saja setelah mengetahui fakta yang ada, maka kalian salah. Kathayla masih sering merenungi nasibnya yang menyedihkan ini diam-diam. Ia mempunyai rasa sungkan. Dan sempat berubah menjadi lebih pendiam dan menjaga sikapnya, itu terlihat jelas di mata keluarga Bernardo. Afenia, sang Mama pun mencoba memberi pengertian agar Kathayla tidak merasa berbeda dan tidak nyaman. Dan ya, inilah caranya menutup semua rasa sungkan dan rasa berbeda itu. Menjadi sedikit keras dan lebih banyak bicara. Mereka tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting Kathayla merasa nyaman.

•-•

#Sekolah

Kathayla duduk di taman bersama Arsen, ia sibuk membaca novel. Dan sedangkan Arsen menggunakan paha Kathayla sebagai bantal, dan ia bermain game bersama Jovano secara online. Taman ini memang sepi, sangat jarang siswa lain datang kesini karena jaraknya yang lumayan jauh dari lingkungan kelas.

"Jo! Kanan lo Jo!"

"Loh?! Kanan kampret! Ngapain lo ke kiri?!"

"Anjing! Itu gue yang lo tembak bangsat!"

Bugh!

Kathayla menimpuk dada Arsen menggunakan buku novelnya.
"Mulutnya!", Ujar Kathayla tajam.

"Aduh, hehehe.. maap Ay, kelepasan." Jawab Arsen masih fokus pada gamenya.

The Untold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang