Menunggu, dan Butuh Waktu.

135 20 2
                                    

"Jangan terlalu berharap jika belum siap sakit hati."
.
.
.

Lanjutan...

Kathayla mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Melihat perubahan wajah Kathayla yang terlihat sedih, Arsen pun segera menggenggam tangan Kathayla yang sedang bertautan di pangkuan Kathayla.

"Tapi kalau gue lebih pilih sifat yang sama, kan jadi lebih susah nerima dia sebagai dirinya sendiri? Karena setiap yang dia lakuin pasti ngebuat gue inget Celine lagi. Itu lah kenapa gue lebih pilih yang beda sifat." Sambung Arsen sembari mengusap tangan Kathayla yang ia genggam.

Mendengar penuturan Arsen, membuat Kathayla menatap Arsen dalam-dalam. Ia tidak menemukan kebohongan di sana.

"Gue pilih lo bukan karena kalian punya wajah sama. Tapi, gue pilih lo karena kepribadian lo yang berbeda dari dia, itu membuat lo lebih menarik Ay. Lo juga udah tau tentang masa lalu gue, lo juga bisa nerima itu dan ya, gue nyaman sama lo." Sambungnya lagi, dengan sesekali melihat ke arah Kathayla.

"Tunggu ya Ay, tunggu sampai gue bisa cinta sama lo." Ujar Arsen terdengar sedikit memohon. Kathayla mengusap kembali tangan Arsen.

"Selama gue bisa, gue pasti tunggu kok Kak." Jawab Kathayla, sembari tersenyum tulus.
.
.
.
.
#Kamar Verralya /20.03/

Setelah makan malam dan sempat berbincang sebentar bersama keluarga, Verralya menarik tangan Kathayla dan mengajak ke dalam kamarnya.

"Ay, maksudnya Kak Arsen soal 'sama-sama belajar' tuh apa? Emang lo belum cinta ke Kak Arsen? Atau lo belum yakin kalau lo cinta sama dia? Astaga Ayla.. kan gue udah bilang, kalau lo itu emang suka sama Kak Arsen dari tanda-tanda yang lo bilang ke gue.. masa lo gak yakin sih sama omongan gue?", Verralya memberi banyak pertanyaan sekaligus ocehan saat mereka sudah duduk di sofa dalam kamar Verralya.

"Al, gue yakin kalau gue emang suka sama Kak Arsen.. dan sekarang gue belajar buat nerima masa lalu dia." Jawab Kathayla.

"Hah? Masa lalu? Maksud lo?", tanya Verralya sedikit berteriak.

"Sssttt.. jangan keras-keras, kalau dia lewat terus denger omongan kita gimana? Gue gak enak sendiri tau." Tergur Kathayla.

"Eh, eh, Iya maap-maap.." ujar Verralya.

"Gue pernah cerita kan, kalau Kak Arsen ngira gue Celine di bandara.. " Ujar Kathayla.

"Jangan bilang, kalau dia belum move on?" Tebak Verrayla dengan wajah seriusnya.

"Emang. Tapi, tadi pas di perpus tiba-tiba dia bilang mau buka hati, dan dia maunya gue. Padahal sebelumnya dia belum siap buka hati lagi." Jawab Kathayla terlihat sedikit sendu.

"Kok bisa tiba-tiba?!", tanya Verralya.

"Kemarin malem gue bilang ke dia, gimana pun dia harus bisa buka hatinya buat masa depan dia, karena Celine cuma masa lalunya." Jawab Kathayla lagi.

"Sumpah lo ngomong gitu?", tanya Verralya heran.

"Iya anjir! Gue cuma kasihan aja sama jodoh dia nanti, masa iya entar Kak Arsen udah nikah masih kebayang sama Celine? Kan kasihan jodohnya.. eh, dia pilih gue." Jawab Kathayla.

The Untold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang