Chapter 6

2.2K 199 61
                                    

Terimakasih yang sudah mengikuti sampai sini, kalau suka sama cerita ini boleh donk di share^^

⚠🗡🗡⚠

Seorang pria jangkung dengan raut wajah yang sedikit mendominasi di bagian seramnya, tapi tetap ada tampannya sedikit. Duduk di kursi khusus Ray sambil memandangi Ray seksama. Jelas saja hal itu membuat Ray tidak nyaman, apalagi Bryan yang merasa jadi memiliki saingan. Bryan jadi berpikir, kenapa dulu Ray harus mengalami kecelakaan? Kalau Ray tidak mengalami hal itu pasti Ray tidak akan bertemu dengan orang menyebalkan yang duduk di depannya itu. "Sudahlah, mau apa kau ke sini?"

Justin menyeringai dan berdiri, ia berjalan pelan ke arah Ray berada dan berdiri tepat didepannya. Ray mendongak dan mengerutkan keningnya, kontan saja Ray mendengus saat melihat wajah Justin yang tiba-tiba berubah sangar dan bengis.

"Ada apa?" tanya Ray menangkupkan tangannya di depan dada.

"Tidak, aku hanya merindukan adikku tersayang, Raaay!" cengir Justin memeluk erat tubuh Ray. Kontan hal itu membuat Bryan semakin murka, dengan reflek yang bagus Bryan menarik paksa Ray dari pelukan Justin. "Kau tidak lihat apa, kalau Ray tidak nyaman?" ujarnya tegas.

Ray mendengus dan pergi keluar dari tempat itu, berlama-lama di sana hanya membuat dada sesak saja.

Bryan menghela nafas gusar dan melirik Justin curiga. "siapa kau sebenarnya?" Bryan menatap tajam Justin. Justin hanya tertawa kecil dan berjalan menutup pintu, kini di dalam kamar Ray hanya ada Bryan dan Justin. Lantas Bryan berjaga-jaga, menghindari hal yang tidak di inginkan. "Tidak usah takut," Justin menarik kursi itu dan mendudukinya.

"Kau mau tau aku ini siapa?" ucap Justin menyilang kakinya.

"Iya."

"Baiklah, akan aku katakan. Em, kau mau cerita yang panjang atau pendek?"

"Kalau panjang seberapa lama?"

"Berjam-jam, mungkin?"

"Persingkat!"

"Oke!"

"Mulai darimana, ya? em ... Dulu aku tinggal berdua dengan istriku, namanya Scarlett, dan anjing kecil kami, namanya John. Kami hidup bahagia bersama tanpa ada masalah sedikitpun. Saat kami sedang jalan-jalan, tidak sengaja kami melihat sebuah mobil yang sudah ringsek di jurang yang untungnya tidak begitu dalam. Asap sudah mengepul hebat seperti ingin meledak, tadinya aku mau tak perduli dan pergi, tapi samar-samar aku mendengar suara tangisan, ya sudah, aku periksa mobil itu. Ada empat orang, dua orang tua dan dua anak kecil, sepertinya kembar. Tapi yang tiga mati, sisa satu masih hidup dan menangis. Yang membuat aku kagum dengan anak ini adalah, dia menangis histeris, tapi bukan karena sedih melihat orangtua atau saudara kembarnya mati, melainkan sedih karena kepalanya berdarah sangat banyak. Aku sempat bertanya, kenapa dia menangis? Dia bilang karena kepalanya sakit. Kutanya lagi, apa dia juga sedih melihat keadaan keluarganya, dia menggeleng, dia menjawab, 'aku malah bersyukur mereka mati!' terus dia langsung tak sadarkan diri. Aku bawa ke rumah sakit." jelas Justin dan pergi mengambil susu kotak di dalam kulkas mini Ray.

"Kau bercerita panjang sekali!"

"Shh! Masih ada sedikit, dengarkan saja dulu."

"Ck! Baiklah!"

"Nah, saat dia siuman, aku tanya siapa namanya, dia bilang tidak ingat. Dokter juga mengatakan kalau anak itu gegar otak, jadi ingatannya sedikit kabur. Tapi tidak begitu parah. Aku dan Scarlett memutuskan untuk merawatnya, dan kubawa dia ke rumahku. Awalnya dia berontak, tapi setelah aku ajak dia sedikit operasi bedah, dia langsung tersenyum sumringah dan mengatakan ingin tinggal saja di sini selamanya. Aku senang mendengar itu. Tapi Scarlett tampak tidak nyaman, Scarlett terus melakukan hal yang di benci anak itu, hingga suatu saat ... Ray membunuh istriku, dengan keji, begitu pula anjingku, John. Seharusnya aku marah, tapi aku malah diam saja dan mengubur istriku di belakang rumah. Aku mengurung diri di kamar."

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang