Chapter 21

593 57 22
                                    

Klik vote dulu baru baca. Terimakasih 😇😇

⚠️😈⚠️

"Halley. Awasss!!!" 

Brugh!

Ray menghentikan langkahnya dan mengusap wajah dengan kasar. Sudah diteriaki tetapi tak mau berhenti, alhasil Halley jadi menabrak seseorang yang bertubuh tinggi, besar, dan raut wajah menyeramkan. Orang itu hanya menunduk dengan ekspresi datar tetapi alis matanya mengerut.

Halley tersungkur hingga sikunya terluka, sementara orang yang ia tabrak itu sama sekali tak bergeming. "M-maaf. Saya minta maaf," ujar Halley setelah bangun kemudian langsung menundukkan kepalanya. Ia berusaha meminta maaf, tetapi tak ada respon sehingga suasana menjadi sedikit canggung.

Melihat hal itu, Ray berjalan mendekat dan memegang tangan Halley. "Ayo, pergi!"

"Tapi Ray, orang itu belum menjawab permintaan maaf ku." Halley mengerutkan dahinya dengan ekspresi sedih, ia merasa bersalah. "Aku harus minta maaf padanya." Halley memang keras kepala.

"Kau sudah melakukannya! Ayo kita pergi." Ray berujar dengan nada berat dan menarik paksa tangan Halley pergi dari sana. Dia saat ini tengah menahan amarah yang terbendung di lubuk hatinya. Melihat Halley terjatuh hingga tangannya luka, membuat dirinya marah. Walau Ray tau kalau Halley lah yang salah, tetap saja ia lebih kesal pada seseorang yang Halley tabrak.

"Tunggu!"

Halley dan Ray spontan berhenti. Mereka berdua menoleh ke arah suara yang rupanya berasal dari seseorang bertubuh besar itu. "I-iya...?" Halley tampak gemetar dengan pandangan yang persis seperti seekor anak kucing. Sementara Ray hanya mendelik, memperhatikan wajah orang itu dengan seksama.

"Siapa yang menyuruh kalian pergi?" tanya orang itu dengan nada berat dan aneh. "Kau? atau kau?" unjuknya pada Halley dan Ray secara bergantian.

Halley seketika terdiam kaku bagai patung. Ia sangat takut bahkan hanya sekedar menatap mata orang itu. Berbeda dengan Ray yang justru merasa tertantang dan tertarik pada orang besar itu. Ray tersenyum miring dengan tatapan yang seram. Jantungnya seperti memompa dahsyat dan sudah Ray putuskan kalau orang itu akan menjadi targetnya selanjutnya.

"Beraninya kalian pergi setelah menabrak diriku?!! Tentu saja kalian berdua harus bertanggungjawab. Terutama kau!" ujar orang itu dan berjalan mendekat pada Halley. "Karena kau, tubuhku yang paling aku jaga, yang selalu aku sayangi ini, terluka. Padahal aku sudah rajin berolahraga dan memakan makanan penuh nutrisi dan protein yang bukan kesukaanku demi memiliki tubuh bagus dan indah ini. Tubuh yang sangat aku jaga. Aku tak akan membiarkan seekor lalat pun menyentuh tubuh indahku. Tetapi.... Kau! Beraninya cecunguk macam kau menabrak tubuhku dan meninggalkan bekas luka yang begitu mendalam di perut sixpack-ku ini?! Kurang ajar!"

"A-apa....?" Halley mengernyitkan dahinya. Tak mengerti dengan apa yang orang itu katakan. Penjelasan yang panjang itu sama sekali tak masuk ke dalam akal Halley. Kenapa? Karena Halley berpikir kalau dirinya adalah tipe tubuh yang sudah maksimal bagi seorang lelaki. Makanya saat bertemu dengan orang itu, membuat Halley jadi berpikir lagi kalau dirinya hanyalah lelaki dengan tinggi yang standar, bukan tertinggi. "A-aku tak paham dengan yang kau ucap–"

Srett—

Klangg!! Jleb!!

"Beraninya!" Ray melotot tajam dan mengeluarkan aura mematikan andalannya. Seketika suasana menjadi hening dan senyap. Karena memang mereka masih berada di sekitar basemen parkir sehingga jauh dari keramaian. Suasana sepi ini semakin terasa menusuk kulit.

"Hebat juga kau," ujar orang itu sambil terkekeh saat melihat Ray dengan ketangkasannya, menciptakan adegan ngeri yang saat ini membuat Halley gemetar ketakutan. Dirinya hampir saja ditusuk pisau oleh orang tak dikenal itu kalau saja Ray tak cepat tanggap menghentikan hal itu. "Kau bisa membaca gerak tanganku rupanya. Padahal aku memakai serangan kejutan untuk melukai pria itu. Tetapi kau dengan ketangkasanmu, menghempas senjataku sampai terjatuh dan menusukku dengan belati murahanmu. Hebat! Kuakui kau sangat hebat!"

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang