Chapter 24

745 60 16
                                    

Jangan lupa klik bintang dan kasih komentar bila perlu;;)

⚠👨‍❤️‍💋‍👨️⚠️

"Pergi atau bunuh hewan liar di hadapanku! Berikan keputusanmu dalam waktu satu menit."

"???!"

Halley kembali terperanjat karena tak sengaja teringat dengan kejadian semalam. Setelah Maya memerintahkan dirinya untuk mencari hewan liar seperti anjing atau kucing di jalanan dan membunuhnya tepat di depan Maya. Tetapi Halley tak melakukan itu. Dia memilih pergi ke kamarnya dan tidur saja.

"Sialan! Aku bingung." Halley mengacak rambutnya kasar. "Semua jadi serba salah."

Suasana dapur pagi ini sangat berbeda dari biasanya. Halley yang terbiasa sarapan dengan semangat pakai roti selai dan susu hangat, kali ini merasa lesu sekali seakan di hadapannya terdapat makanan basi. Perutnya terasa penuh.

"Apa yang membuatmu bingung?" tanya Maya dengan alis mata bertaut dengan kedua tangan sibuk mengoleskan selai strawberry ke atas lembaran roti tawar. Di sampingnya ada Albert yang masih dengan kalung rantai di lehernya, memakai celana bokser pendek.

"Menjadi seorang pembunuh ternyata sangat sulit ya. Banyak yang harus dipikirkan." Halley menunduk dengan tangan menyangga dagu.

"Biasa saja." Maya menghela.

"Apa yang biasa? Aku yang memikirkan bagaimana kalian membunuh saja membuatku pusing sendiri." Halley mengernyit.

"Itu terjadi saat kau pertama kali membunuh, Halley. Kalau sudah terbiasa, itu tak akan terjadi. Seperti aku dan Ray pastinya. Saat pertama kali membunuh, memang semuanya terasa berat dan abstrak. Semua kau pikirkan. Tentang hukuman dan konsekuensi. Dosa. Kerabat yang ditinggalkan oleh korban yang kita bunuh, ataupun kerabat kita yang mengetahui kenyataan kalau kita telah menghilangkan nyawa seseorang. Juga pandangan orang-orang terhadap kita. Banyak yang terpikirkan oleh otak." Maya menjelaskan panjang lebar. Albert setia mendengarkan. Bahkan meski sudah diperlakukan seperti hewan peliharaan dibanding mainan, justru Albert merasa perhatian dari Maya adalah perhatian yang ia butuhkan.

"Nah! Itu yang aku maksud barusan, May. Aku jadi kasihan pada Ray. Pasti banyak masa-masa sulit yang sudah ia alami selama menjalani kehidupan sebagai seorang pembunuh. Aku merasa tak pantas berada di dekat Ray. Tapi aku tak mau jauh darinya."

"Kalau begitu, kau harus belajar hidup seperti dirinya. Membunuh. Biasakan dirimu karena Ray tak akan segan membunuh orang-orang yang mengganggu rencananya. Dan kau tidak mungkin dikecualikan." Maya terkekeh.

"Kau salah! Aku sudah dikecualikan olehnya sejak lama." Halley memberikan tatapan remeh dan bangga.

"Huh! Dasar besar kepala. Bersyukurlah kau karena Ray menyukaimu. Jangan menjadi beban untuknya dengan hanya bergantung padanya jika kau berada dalam bahaya. Sesekali kau harus berjuang sendiri dengan kemampuanmu. Jangan jadikan Ray sebagai ajudanmu. Mengerti?" tanya Maya dengan nada mengancam.

"Tentu saja aku mengerti. Hanya saja tidak mudah untuk menjalani kehidupan seperti Ray. Membunuh... Itu terasa sulit sekali! Jangankan manusia. Membunuh hewan seperti yang kau perintahkan tadi malam pun, aku tak sanggup." Halley menghela panjang sambil menyandarkan punggungnya pada kursi. Roti di hadapannya sangat memuakkan sekali pagi ini. Ia ingin makan yang pedas-pedas rasanya.

"Halley, dengarkan aku!" Maya mulai memberikan tatapan serius. Dia meletakkan pisau selai ke meja dan juga melepaskan pegangan rantai dari tangan kirinya. Albert bisa bebas sekarang. Tetapi manusia satu itu malah memilih duduk di samping Maya sambil memandangi Maya dengan tatapan yang hangat dan... buas(?).

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang