Chapter 25

489 39 22
                                    

Jangan lupa klik bintang dan berikan tanggapan kalian pada bab kali ini;;;

⚠⁉️️⚠️


Maya menghembuskan nafasnya perlahan di depan sebuah cermin besar yang tergantung di kamar mandi. Dengan kimono berwarna merah yang mencolok, melekat sempurna di tubuhnya. Rambut pendek yang selama ini ia tunjukkan di tempat umum, hanyalah sebuah Wig. Rambut aslinya sangat panjang dan berwarna hitam legam, namun di rambut bagian belakang terdapat beberapa kumpulan rambut berwarna putih.

Cklek!

"Kau di sini rupanya," sahut Albert sembari memeluk tubuh Maya dari belakang. Albert yang sudah hampir sebulan tinggal bersama Maya, kini mendapat pelatihan khusus darinya bersama dengan Halley. Ini baru sebulan, jadi wajar saja belum ada perubahan yang berarti. Tubuhnya juga masih terbilang kurus dan tidak berisi. Namun, jika dilatih lebih keras lagi pasti akan ada perubahan yang sangat besar pada diri Albert.

"Keluar lah! Aku mau mandi," ketus Maya dan melempar Wig nya ke pojok kamar mandi.

"Ayo mandi bareng."

"Nope! Aku lagi malas, jadi lebih baik kau keluar atau di pelajaran selanjutnya, kau akan aku giling." Maya melirik tajam.

Glek! Albert seketika merinding dan menurut saja. Ia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang ditekuk lesu. "Berjanjilah, nanti sore kita mandi bareng!!" teriak Albert dan secepat itu pulq ia mengeluarkan jurus seribu bayangan.

Maya mendengus sembari memijit pelipisnya kasar. "Apakah yang kulakukan ini sudah benar?"

****

"Rayyyy!!" Halley tersenyum cerah saat melihat kekasih hatinya datang. Ia berlari kegirangan dan segera memeluk tubuh kecil Ray.

"Sesak!!" Ray mencetus.

"Sorry!" Halley segera melepaskan pelukannya. "Eum.. Ray, mumpung ini akhir pekan, ayo kita pergi berlibur. Aku juga sudah menyelesaikan tugas dari Maya, jadi sekarang aku sangat senggang."

"Kau yang senggang. Aku tidak!" Ray berjalan menuju ke kamar Halley dan merebahkan tubuhnya di kasur, diikuti oleh Halley yang meletakkan kepalanya pada dada Ray. "Hari ini aku mau pergi ke suatu tempat. Aku tak tau tepatnya di mana tetapi, aku akan pergi bersama Maya."

"Lalu aku kau tinggal sendiri, Ray?" Halley menarik tajam alis matanya sembari bangun dari posisinya tadi.

"Tidak. Ada Albert yang akan menemanimu," jawab Ray datar.

"Yang benar saja!" Halley memutar bola matanya malas. "Kau tega meninggalkan aku sendiri tanpa pengawasan, Ray? Yakin?"

"Ya," angguk Ray.

Halley tersentak dengan mata yang nyaris berlinang. Ia sangat tidak menyangka dengan jawaban Ray. Otaknya berpikir kalau Ray pasti akan merasa sedih dan akhirnya bersedia mengajaknya pergi, tetapi ternyata salah. Ray sangat sulit ditebak bahkan meski mereka sudah kenal sangat lama.

"Aku tidak mau! Aku mau ikut kau, Ray." pinta Halley dengan sangat. "Tolong ajak akuuu!"

"Tak bisa. Aku bukan pergi berlibur, Hall. Dan sepertinya juga aku akan lama perginya. Jadi..."

"Jadi apa?" timpal Maya yang baru saja selesai mandi, dengan masih memakai kimono saja. Wanita satu ini sangat tidak tau sopan santun. Masuk ke kamar orang tanpa permisi, ditambah langsung ngegas pada pernyataan seseorang.

"Halley, bisakah kau membiarkan aku bicara berdua dengan Maya?" tanya Ray dengan suara yang lembut dan hangat.

"...oke." Halley menunduk dan berjalan lunglai keluar dari kamarnya. Sementara Albert yang mengintip di balik tembok, merasa pembicaraan yang akan mereka bicarakan sangatlah penting dan tak boleh didengar. Alhasil ia juga memilih pergi saja. Mencari aman agar nyawa tetap terjaga.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang