Chapter 16

804 73 6
                                    

Vote dulu baru baca! Jangan scroll doang yeee^^

⚠️☮️⚠️

Sekitar empat belas tahun yang lalu...

Kendaraan beroda empat itu melaju lumayan kencang. Karena jalanan yang licin akibat hujan turun dengan deras, roda mobil itu tergelincir dan nyaris terjerumus ke dalam jurang kalau saja tak ada pembatas jalan yang menghalangi.

Setelah berhenti selama beberapa menit—memastikan keadaan baik-baik saja, mobil itu kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah bangunan besar dan sangat luas, di daerah pegunungan yang jarang penduduk di atas puncak sana.

Kendaraan itu masuk ke halaman luas berhektar-hektar yang dipenuhi oleh tanaman dan pepohonan yang rindang. Meski begitu, semuanya terawat sempurna. Mobil itu sampai di basement dan diparkirkan berjejeran dengan barisan para mobil mewah lainnya.

Seorang pria dan wanita berusia tiga puluhan, turun dari situ. Dengan pakaian—dress dan jas, kacamata, dan aksesoris serba hitam membuat mereka berdua tampak seperti orang yang baru pulang melayat. Outfit yang elegan, tetapi wajah mereka tampak sedikit menyeramkan. Kaku dan angkuh.

"Kau tidak turun?" tanya pria itu.

Seorang anak kecil dengan boneka di tangannya menggeleng. "Aku di sini saja, Pa."

"Kau yakin?" tanya wanita cantik itu.

Bocah kecil itu mengangguk dengan tegas dengan senyuman paksa. Ia lebih memilih berada di dalam mobil saja, daripada harus ikutan masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang sangat menyesakkan baginya. Anak kecil itu sungguh benci walau hanya sekedar menatap bangunan besar itu.

"Baiklah. Tetapi jangan keluyuran jauh-jauh, tetap di dalam mobil!"

"Iya, Pa. Kalau ada yang tanya, bilang saja aku tidak ikut." Anak kecil itu membaringkan tubuhnya setelah kedua orangtuanya pergi.

"Merepotkan!" gumam bocah kecil, yang tidak lain adalah Ray Regan.

Ray benci keramaian dan tempat yang menyesakkan. Berada dalam kerumunan para keluarga besar, yang hanya mementingkan jabatan dan status. Ray ingin muntah setiap kali melihat wajah saudara dan kerabatnya itu. Apa bagusnya jabatan dan status kalau sifat mereka semua sama parahnya dengan kriminal. Ray mendengus sebal. "Kuharap mereka semua mati!"

Setiap beberapa bulan sekali, Ray dan orang tuanya berkunjung ke rumah ini. Kediaman kakeknya Ray yang bernama Jamesh. Ray selalu datang bersama orangtuanya walau alhasil hanya menetap di dalam mobil saat acara keluarga berlangsung. Tempat menunggu paling nyaman hanyalah di sana. Kesepian selalu Ray rasakan, tetapi itu juga adalah teman terbaik yang ia punya.

Dreeek! Ssshhh!

Ray mendadak bangkit saat mendengar sesuatu di luar. Ia melihat dua orang dengan pakaian, topi, serta masker serba hitam—sangat mencurigakan. Mereka berdua terlihat sibuk mengutak-atik ban mobil Ray. Mereka lakukan dengan hati-hati. Entah apa yang terjadi, tetapi Ray cuma berdiam diri saja sambil merekam kejadian itu dalam kamera miliknya.

"Jangan cuma satu. Sekalian saja empat-empatnya," ucap Ray walau tidak terdengar sampai ke luar. Bahkan kaca mobilnya juga gelap. Kalau dari luar, tidak akan terlihat apa-apa di dalam.

"Sudah beres?" ucap salah seorang di antara mereka berdua. Ray bisa mendengar, begitu pula kameranya.

Orang satunya mengangguk, mereka lekas pergi dengan gerakan cepat dan hati-hati.

Ray kembali duduk. Ia membalik kameranya menjadi merekam wajahnya sendiri. Ray menatap kameranya dengan tatapan datar setelah itu ia tersenyum miring. "Pffftt!" Ray terkekeh. Lama-kelamaan berubah menjadi tawa besar yang terdengar jahat. Bagaimana bisa seorang anak kecil mengeluarkan suara tawa seperti itu? Bahkan tawanya mampu membuat bulu kuduk berdiri.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang