Happy Reading
[Note: Ceritanya di sini Naruto dan kawan-kawan udah berkarir atau udah lulus kuliah. Maaf karena author skipnya terlalu cepat]
Tiga tahun kemudian
Di sebuah lobby rumah sakit atau yang lebih dikenal sebagai Tokyo Hospital terdapat seorang pemuda berambut pirang yang terlihat gagah dalam balutan Toxedo.
Seluruh mata tertuju padanya, menatap kagum wajah tampannya yang penuh wibawa.
Selain itu, saat ini namanya juga cukup terkenal dimuka umum. Sebab Namikaze Minato selaku sang ayah sudah memperkenalkan dirinya ke hadapan publik sebagai calon CEO baru Namikaze Corp.
Namun untuk saat ini ia masih dalam masa pelatihan.
Lalu untuk apa ia berada di rumah sakit? Kenapa tidak berada di ruang kantor yang dipenuhi banyak berkas?
Jawabannya simpel, ia ingin mengunjungi sang kekasih yang kebetulan sudah bekerja di rumah sakit ini sejak satu tahun yang lalu.
Namun ia belum mengabari Sakura perihal tentang kunjungannya, katanya sih ingin memberi kejutan.
Hehh, ada-ada saja calon CEO tampan yang satu ini.
Saat sedang berjalan di sekitaran lobby, tiba-tiba
"Minggir! Tolong beri jalan!"
Spontan Naruto pun sedikit menepi kala mendengar suara tersebut, ia juga mengalihkan atensinya ke asal suara tersebut. Hingga nampaklah di penglihatannya segerombolan orang yang tengah mendorong brankar, lebih tepatnya tiga orang suster yang mendorong serta satu dokter yang bersimpuh diatas tubuh pasien yang diperkirakan korban kecelakaan, itu bisa dilihat dari pendarahan pada perut pasien tersebut.
"Tolong beri jalan!" ujar sang dokter memerintah. Sorot wajahnya terlihat serius, serta kedua tangannya menekan-nekan bagian perut si pasien. Bahkan dokter tersebut sampai tak peduli dengan keadaan tangannya yang kotor akibat dilumuri darah si pasien.
"Kurasa kita butuh lima kantong darah."
"Baiklah, saya akan mengambilnya." salah satu suster langsung berbelok untuk mengambil kantong darah atas perintah si dokter.
Namun hal tersebut malah membuat laju brankar semakin pelan, sebab yang mendorong brankar tersebut hanya tersisa dua orang suster.
"Lebih cepat lagi!" ujar sang dokter yang menyadari bahwa laju brankarnya semakin pelan.
Naruto tersenyum kecil melihat kesigapan dokter tersebut, selain itu dokter tersebut adalah seseorang yang ia cari.
Yap, Haruno Sakura. Dokter cantik yang saat ini tengah berpacu dengan waktu demi menyelamatkan nyawa pasien nya yang bisa dibilang kritis.
Tanpa sepatah kata, Naruto langsung berlari ke brankar tersebut. Ia mendorong bagian belakang brankar tersebut menggantikan posisi suster yang mengambil kantong darah.
Lalu ditatapnya punggung Sakura, membuat senyum simpul kembali terukir di bibirnya. Ada rasa bangga dalam hati kecilnya kala melihat sang kekasih berjuang keras menyelamatkan nyawa pasien tersebut.
Ia pun menambah kecepatan larinya sehingga kecepatan brankar yang di dorong nya melaju semakin cepat.
Tak lama berselang, brankar tersebut pun tiba di ruang operasi.
Bertepatan dengan itu Naruto pun menghentikan langkahnya, sepersekian detik berselang pintu ruang operasi tertutup.
Naruto menghela nafas sejenak, kemudian ia kembali tersenyum. Lalu ia menoleh ke sisi kanan pintu ruang operasi, tepatnya ia menatap sebuah papan jadwal yang memiliki tampilan digital.