Happy Reading
Naruko menatap jengah Sakura yang mondar-mandir tak jelas semenjak memasuki kamar Hotelnya. Parahnya lagi, rentetan pertanyaan yang ia lontarkan sama sekali tak di gubris oleh gadis tersebut.
"Lu kenapa sih Ra? Berantem ama bang Naru?"
Sakura masih tak menjawab, gadis itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Ekspresi wajahnya terlihat gelisah.
Kesal karena diabaikan oleh Sakura, Naruko pun menghampiri gadis tersebut, ditepuknya bahu Sakura seraya berujar.
"Ra, lu kenapa sih. Please, kalo ada masalah cerita ke gue." ujar Naruko sembari memaksa Sakura untuk menghadap ke arahnya.
"Bisa gak lu gak usah ikut campur urusan gue? Berisik banget sih jadi orang." Sakura menatap tajam Naruko. Bahkan ia menepis tangan Naruko yang tengah memegang bahunya.
Sontak saja hal itu membuat Naruko terkejut, tidak biasanya temannya ini bersikap seperti itu pada dirinya.
"Apaan sih Ra, kok ngegas sih. Gue khawatir ama lu." sanggah Naruko sembari menatap mata Sakura.
"Cih, berisik lu. Lepas! Gue mau keluar." selepas mengatakan hal tersebut, Sakura benar-benar keluar dari kamar tersebut, parahnya ia sampai membanting pintu cukup kencang.
Naruko mematung, ia tak habis pikir dengan tingkah Sakura. Ia beranggapan mungkin Sakura sedang berantem dengan abangnya, sebab sebelum menjadi aneh seperti barusan, ia tau kalau Sakura pergi kencan dengan abangnya.
Jadi ia pikir, Sakura melampiaskan kemarahannya kepada dirinya yang notabenenya adik Naruto.
Sedangkan di luar kamar, Sakura baru tersadar akan kelakuannya. Ia menjambak rambutnya frustasi. Jujur saja, ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri.
Tidak seharusnya ia berlaku kasar seperti itu pada Naruko. Namun lagi-lagi bayangan Naruto memasuki kepalanya, sehingga membuat dirinya kembali dilanda rasa khawatir.
Tepat sekali, ia jadi seperti ini karena Naruto. Lebih tepatnya ia tengah khawatir dengan keadaan sang kekasih. Bagaimana tidak, sejak pulang kencan tadi atau bisa juga dibilang setelah tak sengaja bertemu Erza, pacarnya itu tidak bisa dihubungi.
Ratusan chat serta puluhan panggilan dari nya sama sekali tidak digubris oleh Naruto. Ia takut pacarnya kenapa-kenapa.
Ia pun menuju kamar sebelah, tepatnya kamar yang ditempati oleh Naruto bersama Menma beserta kakaknya Sasori.
Tanpa ba bi bu, ia menekan tombol kamar tersebut. Tak lama berselang, keluarlah Menma yang menatap dirinya penuh tanya.
"Ada apa Ra?"
"Naru mana?" tanya Sakura to the point.
"Hahh? Bukannya tadi kencan bareng lu? Gue pikir kalian belum pulang." balas Menma dengan alis mengernyit bingung.
Sakura tak menjawab, ia langsung membalikkan badan meninggalkan kamar tersebut setelah mendengar jawaban Menma.
'Lahh, berantem kah?' batin Menma tanpa melepas tatapannya yang terpaku pada punggung Sakura.
Namun ia harus kembali tersadar kala merasakan sebuah tepukan yang mendarat dibahunya.
"Anjir, bikin kaget aja lu bang." Menma berujar ketus terhadap sang pelaku yang ternyata adalah Sasori.
"Hehe, sorry. Siapa barusan?" Sasori terkekeh pelan sembari menepuk bahu Menma berulang-ulang.
"Adek lu bang." jawab Menma.