Gemini : Chapter IV

93 13 17
                                    

"Terima kasih banyak, Nona Kiena. Makan dibawah pohon seperti ini rasanya sangat menyenangkan."

Kiena tersenyum melihat Aspros nampak menyukai beberapa makanan yang dia bawa. Ia sama sekali tidak menyangka bisa bertemu kakak kembar Defteros di tempat ini. Rasanya agak canggung melepas topeng perak yang biasa Kiena kenakan didepan orang selain Defteros. Karena Aspros tidak keberatan, Kiena berusaha mengabaikan perasaan itu.

"Aku belum pernah makan makanan ini selama di Sanctuary." Aspros kembali bicara. "Darimana kau belajar membuatnya? Dari keluargamu, ya?"

Kiena menggeleng pelan. "Bukan. Aku hanya memperhatikan bagaimana para asisten Sanctuary membuatnya untuk para Gold Saint. Tidak semua bagus. Masih ada beberapa yang harus dipelajari lagi."

"Oh, begitu. Pantas saja." Aspros nampak tertarik mendengar penuturan Kiena. "Kau cepat belajar, ya."

"Tidak juga." Defteros ikut bicara. "Kau tidak tahu seberapa anehnya makanan yang dia buat sebelum ini."

Kiena melirik Defteros sebal. "Yang penting 'kan sekarang sudah berhasil. Padahal kau yang selalu makan paling banyak. Kenapa bilang begitu sih?"

Defteros hanya tersenyum tipis melihat respon Kiena. Setelah selesai makan, ia kembali mengenakan topeng logam untuk menutupi sebagian wajahnya.

Kiena sangat senang. Kini Defteros tidak keberatan melepas topeng logam itu didepannya. Sejak Kiena mengobati luka-luka Defteros beberapa waktu lalu, ia merasa anak laki-laki itu jadi lebih terbuka padanya. Kiena mendapati kini Defteros lebih sering bicara dan mengutarakan apa yang dia pikirkan tiap kali mereka berbincang.

"Benar, Defteros. Tidak apa-apa. Semua usaha yang baik, pasti hasilnya juga baik." Aspros tertawa pelan.

"Jika tidak menjadi saint, aku ingin menjual makanan. Sejak dulu aku senang memasak! Karena itu aku masih ingin terus mencoba membuat berbagai jenis makanan lain meskipun sering gagal," ucap Kiena bersemangat. Ia tersenyum. "Membuat makanan yang disukai banyak orang rasanya menyenangkan."

Defteros mengamati Kiena, nampak mendengarkan tiap-tiap perkataan gadis itu dengan seksama. Membuat Kiena balik menoleh pada Defteros dan tersenyum lebih lebar.

"Aku tidak tahu kau dan Nona Kiena ternyata cukup dekat." Aspros bicara pada Defteros. "Kenapa kau tidak pernah beritahu aku?"

"Aku pikir kau tidak tertarik tahu," jawab Defteros datar.

"Jadi, sejak kapan kalian mulai dekat?" Aspros bertanya lagi.

Defteros terdiam sesaat sembari mengingat-ingat. "Kami sudah seperti ini sejak dua tahun lalu."

"Dua tahun? Wah, lama juga. Bagaimana bisa aku tidak tahu?" Aspros nampak terkejut. Beberapa saat kemudian, ia menunduk lesu. "Maaf ya, Defteros. Sepertinya aku terlalu sibuk berlatih. Payah sekali."

"Tidak apa-apa, Aspros. Kau punya mimpi yang harus kau kejar," gumam Defteros pelan. "Aku baik-baik saja."

Aspros mengangguk pelan meski wajahnya terlihat sedikit sedih. Pandangan anak laki-laki itu kini teralih pada Kiena yang sedari tadi diam mendengar percakapan mereka.

"Kau tahu? Aku sering bertanya-tanya. Aku jarang memperhatikan Defteros karena terlalu lelah berlatih siang dan malam. Tapi tiap kali kami bertemu, Defteros selalu dalam keadaan baik." Aspros menatap Kiena. "Ternyata yang menjaga Defteros selama aku tidak ada adalah Nona Kiena, ya?"

"Itu tidak ada apa-apanya." Kiena tersenyum dan menggeleng. "Defteros yang lebih banyak membantu."

"Aku sangat senang menemukan seseorang yang baik pada Defteros di tempat ini," balas Aspros. Sorot matanya kembali terlihat sedih. "Kau pasti tahu. Defteros tidak diterima dengan baik ..."

The Lost Canvas Story [Saint Seiya TLC Gold Saint x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang