Gemini : Chapter IX

93 7 4
                                    

"Latihan sesi siang cukup sampai disini."

Para calon saint yang tengah berlatih siang itu segera menoleh ketika melihat Kiena yang sedari tadi duduk mengamati mereka kini berjalan memasuki lapangan. Kiena mengamati beberapa helai kertas yang dipegangnya dengan seksama sebelum menatap para calon saint dihadapannya bergantian.

"Kerja bagus! Kalian sudah banyak belajar," ucap Kiena. "Beristirahatlah. Jangan terlambat datang ke latihan sesi sore nanti."

"Terima kasih banyak untuk bantuannya, Nona Kiena!" balas para calon saint itu serempak.

Kiena mengangguk. Selagi para calon saint meninggalkan lapangan latihan, Kiena memilih duduk di bawah pohon sembari menulis beberapa catatan penting dalam laporan yang nantinya akan diserahkan pada Pope untuk membuat evaluasi perkembangan calon saint di Sanctuary. Setelah beberapa saat sibuk menulis, perhatian Kiena teralih pada suasana sekitar yang terasa hening. Ia termenung mengamati lapangan latihan yang kini sepi. Wanita itu menghela napas panjang.

Akhir-akhir ini Kiena sering menghabiskan waktu dengan melamun seorang diri. Sudah satu bulan berlalu sejak pertemuan terakhirnya dengan Defteros yang tidak menyenangkan. Sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu. Meski akhir-akhir ini Kiena sering mengunjungi Kuil Gemini untuk membantu Aspros menyelesaikan beberapa proyek penelitian, tetap saja dia tidak bisa bertemu dengan Defteros. Pria itu kembali menghilang entah kemana.

Ingatan akan pertemuan terakhir mereka kembali terlintas dalam pikiran Kiena. Mengingat kejadian itu selalu membuatnya sedih dan merasa bersalah. Perasaan tidak menyenangkan itu terus membebaninya, membuat Kiena lebih mudah kehilangan konsentrasi dan kelelahan. Dia bahkan tidak mampu memberikan perlawanan berarti dalam latih tanding Silver Saint lusa lalu. Kiena menderita luka cukup berat saat melawan Ophiucus Kleio. Beruntung sang Silver Saint Ophiucus yang merupakan rekan sekaligus rival terberatnya mengakhiri pertarungan mereka sebelum menghajar Kiena lebih jauh. Setelah mendapat penanganan medis dari pihak Sanctuary, Kiena baru dapat kembali beraktivitas dua hari berselang meski belum sepenuhnya pulih.

Kiena begitu menyesali banyak hal yang terjadi malam itu. Andai saja dia mampu menolak tawaran Aspros untuk berdansa. Andai saja dia bisa menghindar ketika Aspros menciumnya. Andai saja dia datang ke acara Malam Berkat bukan sebagai asisten Sanctuary ...

Kesalahpahaman ini tidak akan pernah terjadi.

"Nona Kiena? Nona Kiena?"

"Ya?!"

Kiena yang terkejut segera menoleh ke arah seorang anak laki-laki yang entah sejak kapan berdiri disampingnya.

"Kau ... Pakia?" tanya Kiena sembari mengingat-ingat.

"I-iya, benar," sahut si calon saint bernama Pakia. Kini dia terlihat kikuk. "Maaf jika ... saya mengganggu Anda."

"Tentu saja tidak," balas Kiena ramah. Ia mengamati laki-laki itu dari balik topeng peraknya. "Ada yang bisa kubantu?"

Mendengar pertanyaan Kiena, Pakia kembali diam. Ia menunduk kebawah dengan kikuk, seakan kesulitan mencari kata-kata untuk bicara. Kiena tersenyum tipis. Dia ingat anak ini. Meski memiliki kemampuan diatas rata-rata calon saint pada umumnya, Pakia termasuk anak yang pemalu. Dia tidak terlalu nyaman bicara banyak selain dengan ketiga teman dekatnya. Kiena kembali mengamati Pakia. Barangkali ada hal penting yang ingin disampaikan anak itu padanya.

Setelah beberapa saat terdiam, tatapan Kiena teralih pada benda yang menyembul keluar dari balik badan Pakia. Kedua alis Kiena bertaut mendapati anak laki-laki itu tengah menggenggam beberapa tangkai tanaman yang disembunyikan dibelakang badannya.

"Apa Anda ... baik-baik saja?" tanya Pakia pada akhirnya.

Kiena memiringkan kepalanya heran. Selama sepuluh tahun bekerja sebagai instruktur pelatihan calon saint, baru kali ini ada seorang calon saint yang menanyakan kabarnya seperti ini.

The Lost Canvas Story [Saint Seiya TLC Gold Saint x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang