Elena mengalihkan pandangan dari adonan kue kastengel yang tengah diaduknya dan kembali menoleh ke arah Agatha yang tengah mencuci piring setelah sesi makan siang berakhir. Kedua tangan wanita itu sedang bergerak menggosok piring-piring kotor, namun ia nampak melamun dengan wajah yang lesu. Pikiran Agatha nampak tidak tertuju pada pekerjaan yang dilakukannya, seolah sedang memikirkan suatu hal lain yang sangat rumit.
Sejak tidak ikut sesi memasak siang tadi, Agatha nampak sedikit aneh. Tidak hanya berbicara lebih jarang dibanding biasanya, jika sedang diam wanita berambut cokelat itu seringkali termenung dengan tatapan mata yang kosong. Agatha juga beberapa kali tidak menyahut ketika dipanggil jika sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri seperti itu.
Beberapa teman-teman asisten lain juga menyadari hal tidak biasa tersebut, namun Agatha hanya mengatakan bahwa ia sedang merasa kurang enak badan. Alasan yang sama dengan yang dikatakan wanita itu saat ditanyakan alasan mengapa ia tidak ikut sesi memasak siang ini.
Sesungguhnya, Elena tidak percaya itu. Ia tidak pernah melihat Agatha jadi seperti ini sejak pertama kali mengenal wanita berambut cokelat itu yang biasanya selalu ceria dan bersemangat. Perasaannya mengatakan pasti ada sesuatu yang tidak beres.
Wanita berambut pirang itu menghela nafas panjang dan kembali mengembalikan perhatian pada adonan di depan matanya. Ia bertekad untuk menyelesaikan pembuatan kastengel ini secepat mungkin dan setelah itu Elena akan berusaha membujuk Agatha lagi untuk mengatakan tentang apa yang membuatnya jadi aneh seperti ini.
'Prangg!'
Suara keras itu sontak membuat para asisten menoleh ke arah tempat pencucian piring, temasuk Elena. Kedua bola mata hijau wanita itu melebar terkejut mendapati Agatha yang tengah meringis sambil memegang tangan kirinya yang berdarah. Rupanya wanita berambut cokelat itu memecahkan sebuah piring beling dan pecahan tersebut sepertinya mengenai telapak tangannya.
"Agatha!" Elena segera berlari bersama beberapa asisten lain untuk menghampiri wanita itu.
"Agatha, kau baik-baik saja?" Tanya Alessa yang pertama kali tiba di sebelah Agatha karena posisinya sedang dekat dengan tempat pencucian piring.
Agatha membalas mengangguk pelan. "Iya, aku hanya kurang berhati-hati.." ucapnya sambil membilas luka di tangan kirinya dengan air mengalir dari sebuah kran tepat didepannya.
"Apa kau masih merasa tidak enak badan, Agatha?" Tanya Nora yang juga sudah ada di samping Agatha. Ia memperhatikan luka di tangan kiri Agatha dengan khawatir. "Kau bisa beristirahat sejenak setelah ini.."
Agatha kembali mengangguk pelan ke arah Nora sebelum meringis kesakitan ketika menyadari ada pecahan piring yang menancap di lukanya sehingga ia harus mengambilnya terlebih dulu. Wanita itu tengah berusaha untuk mengeluarkan pecahan tersebut dari lukanya tepat ketika Elena tiba di sebelahnya.
"Agatha, kau baik-baik saja? Ada yang bisa kubantu?" Tanya Elena segera begitu ia melihat Agatha yang nampak sedikit kesulitan.
"Ah, ini.. Ada satu pecahan piring yang sepertinya masuk ke dalam lukanya," balas Agatha sambil meringis pelan. "Aku akan coba mengeluarkannya terlebih dulu.."
Elena mengangguk pelan sambil menatap luka di tangan kiri Agatha yang mengeluarkan cukup banyak darah dengan khawatir. "Baiklah, kalau begitu aku akan menyiapkan obat dan perban kecil untuk lukamu. Sepertinya lukanya cukup dalam," ucapnya kemudian. "Jika pecahannya sudah keluar, kau bisa menemuiku di ruang sebelah. Aku akan menunggu disana."
Beberapa menit kemudian, Agatha pun berjalan ke sebuah ruangan tepat di sebelah dapur sesuai apa yang dikatakan Elena tadi. Sang wanita berambut pirang yang sedari tadi duduk sambil menunggu segera berdiri ketika melihat sosok Agatha yang telah melewati ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Canvas Story [Saint Seiya TLC Gold Saint x OC]
FanfictionKisah cinta para ksatria Dewi Athena berjubah emas yang terkenal sebagai pelindung cinta dan keadilan di abad ke-18. Daftar cerita : - Gemini Defteros x OC (on-going) - Leo Regulus x OC (on-going) - Pisces Albafica x OC (on-going)