Pisces : Chapter VI

108 10 232
                                    

Setelah memasukkan adonan kue soes ke dalam pemanggang, Agatha segera berjalan untuk duduk diatas kursi terdekat. Setelah memastikan bahwa ia sudah mengingat waktu yang tepat untuk memanggang kue tersebut, wanita itu kembali terlarut pada pikiran dalam kepalanya.

Sudah beberapa hari belakangan ini, Agatha tidak bisa berhenti memikirkan sosok sang Gold Saint Pisces, Albafica. Pria itu hampir selalu ada dalam pikirannya, saat ia melakukan apapun. Setiap kali mempunyai waktu untuk diam seperti ini, Agatha merasa amat senang hanya dengan memikirkan Saint Pisces tersebut dalam kepalanya.

Sejak pertama kali melihat Albafica, Agatha memang sangat terpana pada keseluruhan sosoknya. Rasa kagum yang memenuhi pikirannya ketika itu terasa berbeda dengan apa yang pernah dirasakan Agatha seumur hidupnya hingga membuatnya sangat tertarik untuk mengajak pria itu berbicara. Namun ia tidak pernah menyangka bahwa ketertarikannya tersebut akan membawanya pada perasaan seperti ini.

Setelah beberapa kali bisa mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan Gold Saint Pisces tersebut, Agatha semakin menyadari bahwa keseluruhan sosok Albafica semakin sering hadir dalam pikirannya seiring berjalannya hari demi hari. Wanita itu tidak bisa berhenti memikirkannya, wajah Albafica yang sangat tampan dan kedua bola mata biru Saint itu yang indah setiap kali Agatha memandangnya lurus saat mereka berbicara. Cloth emas Pisces sangat cocok dikenakan olehnya, membuat keseluruhan penampilannya semakin menawan. Cara ia berjalan pun terlihat elegan, membuat sosok pria rupawan tersebut semakin sempurna bagi Agatha.

Beberapa hari belakangan ini, entah mengapa Agatha juga sering memikirkan suara Albafica. Sejak pertama kali mendengarnya, Agatha memang sudah menyukai suara pria itu. Tapi, menyukainya hingga merasa bisa sering membayangkan suara indah sang Gold Saint dalam telinganya.. Itu bukanlah hal yang biasa terjadi pada Agatha. Walaupun Albafica seringkali berbicara padanya dengan nada suara yang dingin, tapi.. Agatha tetap sangat menyukai suara Saint itu yang menurutnya terdengar unik dan indah. Hanya dengan memikirkan semua hal tersebut dalam kepalanya, entah mengapa membuat Agatha sangat senang hingga seringkali dadanya terasa berdebar-debar.

Sang wanita menghela nafas pelan.
'Bagaimana bisa ada sosok pria di dunia ini yang sangat indah dan sempurna seperti itu?'

Kini dalam kesehariannya, Agatha selalu amat menanti-nantikan saat dimana ia bisa bertemu dan berbicara dengan Albafica lagi. Belakangan ini, Agatha tidak bisa lagi pergi ke kuil Pisces sesering dulu karena ia tengah menggantikan posisi kepala juru masak dapur utama Sanctuary. Selain menjadi lebih sibuk, ia juga tidak diperbolehkan meninggalkan dapur terlalu lama karena harus mengawasi setiap proses pembuatan makanan.

Karena kuil Pisces adalah kuil zodiak terakhir sebelum ruangan Pope, Agatha hanya bisa pergi kesana jika ada keperluan dengan Albafica langsung atau hendak pergi ke ruangan Pope. Jika tidak, wanita itu tidak bisa pergi kesana karena perjalanan menuju kuil Pisces akan menghabiskan banyak waktunya. Hingga hari ini, sudah dua minggu ia tidak mendapat tugas untuk pergi ke wilayah kuil zodiak maupun ruangan Pope.

Agatha mengerutkan dahi sejenak ketika kembali teringat akan sesuatu. Dibalik semua hal indah yang selalu ada dalam pikirannya tentang Gold Saint Pisces tersebut, ada satu hal yang selalu membuat wanita itu sangat penasaran. Setiap kali memandang wajahnya yang sangat tampan, Agatha selalu menemukan ada suatu perasaan dibalik tatapan kedua mata Albafica. Sang wanita seringkali berusaha menebak, perasaan apakah itu?

Hingga saat ini, Agatha masih tetap pada dugaan awalnya, bahwa kedua mata Albafica sepertinya menyimpan suatu perasaan sedih dan melankolis. Namun itu belum pasti benar, 'kan? Dan jika memang benar, hal apa sesungguhnya yang telah membuat sosok sang Gold Saint Pisces yang sangat besar dan kuat merasakan hal seperti itu?

Agatha sudah pernah mendengar cerita bahwa sebagai seorang Gold Saint Pisces, Albafica mempunyai darah beracun yang digunakan sebagai salah satu senjata utama selain demon rose dalam pertarungannya. Hal tersebut membuat dirinya sangat membatasi interaksi sosial dengan orang lain. Pria itu memilih untuk menutup dirinya, tidak banyak bicara dengan siapapun dan hidup menyendiri. Sang Gold Saint tidak ingin menyakiti orang lain dengan darahnya tersebut, itulah yang selama ini Agatha ketahui tentangnya.

The Lost Canvas Story [Saint Seiya TLC Gold Saint x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang