"Agatha!"
Agatha sedang terfokus memilih-milih beberapa jenis sayur dari kulkas untuk memasak hidangan makan malam ketika wanita itu mendengar suara familiar yang memanggil namanya. Ia pun menoleh dan mendapati sosok Elena yang tengah berjalan mendekat dari belakang.
"Oh, selamat sore Elena!" sapa Agatha riang. Wanita berambut cokelat itu berbalik untuk menatap teman baiknya tersebut.
"Selamat sore, Agatha!" balas Elena. Ia segera menunjukkan tas kain yang ada dalam masing-masing genggamannya. "Ini, aku membawa buah-buahan dan beberapa kue kering yang dimintai oleh Pope. Kau saja yang mengantarnya kesana, ya!"
"Eh?" Seketika, kedua bola mata ungu Agatha melebar karena terkejut. "Sungguh... aku bisa kesana untuk mengantarnya?"
Elena segera mengangguk. "Tentu! Sebenarnya aku yang dimintai untuk membawakannya. Tapi, akan jauh lebih baik jika kau saja yang kesana, kan?" Wanita berambut pirang itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Agatha. "Sini, biar aku saja yang menyiapkan bahan makanan."
Agatha mengerjapkan matanya berulang kali. Wanita itu sungguh tidak percaya bahwa kesempatan untuk mengunjungi kuil Pisces tiba-tiba datang seperti ini melalui sosok teman baiknya tersebut.
Setelah mendapat tugas menyiapkan semua bahan makanan hingga memasak untuk makan malam, Agatha berpikir ia sudah tidak bisa lagi pergi ke wilayah kuil zodiak sore ini. Wanita itu sudah pasrah akan kenyataan tersebut dan bertekad untuk mengusahakannya kembali setelah sesi makan malam usai.
Namun di dalam hatinya, sang wanita masih sangat ingin mengunjungi kuil Pisces secepat mungkin untuk melihat keadaan Albafica hari ini. Agatha masih terdiam di tempatnya, rasanya sangat sulit dipercaya bahwa takdir bersikap sebaik ini padanya.
"Ayo, cepatlah! Apa lagi yang kau risaukan, Agatha?" Suara Elena membuyarkan lamunan Agatha. Ia menatap kedua bola mata ungu lawan bicaranya dengan bersemangat. "Kau tidak mungkin tidak dibolehkan lagi untuk mengunjungi beliau di luar urusanmu sebagai asisten, kan?"
Siang tadi, Agatha memang sudah menceritakan pada Elena tentang apa yang terjadi ketika ia mengunjungi kuil Pisces kemarin malam dan berakhir dengan menolong Albafica yang terluka cukup parah setelah pulang dari misinya. Setelah mendengar perkataan barusan dari Elena, Agatha jadi kembali teringat akan sorot mata tulus dan semua perkataan yang terucap dari Albafica padanya saat itu.
"Kau benar, Elena." Seulas senyum merekah di bibir Agatha. Wanita itu kembali tersadar bahwa dirinya yang sekarang mungkin memang bisa mengunjungi kuil zodiak kedua belas tersebut tanpa dibatasi hanya pada urusannya sebagai asisten Sanctuary. "Seharusnya... beliau tidak seperti itu lagi sekarang."
"Itu sudah pasti, karena para Gold Saint itu adalah sosok pria yang baik!" balas Elena segera. "Aku sangat yakin, pria seperti mereka akan memegang teguh semua perkataannya."
Agatha menganggukkan kepalanya. Ia sungguh memahami dan setuju pada perkataan Elena tersebut.
"Nah, ayo kau cepatlah kesana!" Elena menyerahkan dua buah tas yang dipegangnya pada Agatha. "Jika berdiam terlalu lama disini, nanti kepala asisten bisa tahu bahwa bukan aku yang mengantarkan ini dan kita bisa mendapat masalah."
Agatha segera mengambil dua buah tas kain itu dan menggenggamnya erat. "Elena, aku benar-benar berterima kasih padamu," ucapnya tulus. "Sungguh kebetulan tidak terduga yang sangat baik, bahwa kau yang mendapat tugas ini sehingga kita bisa bertukar pekerjaan seperti ini."
Elena membalas mengangguk. "Ini pasti adalah takdirmu, Agatha," ucapnya sambil tersenyum menatap sosok wanita berambut cokelat dihadapannya. Ia telah menyaksikannya sendiri, betapa Agatha tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan perasaannya betapapun sosok pria yang dicintainya itu sangat mustahil untuk didekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Canvas Story [Saint Seiya TLC Gold Saint x OC]
FanfictionKisah cinta para ksatria Dewi Athena berjubah emas yang terkenal sebagai pelindung cinta dan keadilan di abad ke-18. Daftar cerita : - Gemini Defteros x OC (on-going) - Leo Regulus x OC (on-going) - Pisces Albafica x OC (on-going)