[19] Meminta Bantuan

28 2 0
                                    

19 | Meminta Bantuan

Menggenggam ponsel yang dimatikan secara sepihak dengan tangan gemetar. Jantung Rum berdegup kencang, gelisah mulai mendatanginya. Wajah yang awalnya sumringah akibat penemuan Bella berubah menjadi pucat setelah mendengar percakapan gadis itu dengan orang yang sangat dihindari.

Bella memberitahu tentang gergaji dan pisau sashimi yang tersembunyi dengan baik di antara perabotan. "Pasti ada jejak darah," kata Bella tadi.

Suara Bella yang tiba-tiba menghilang membuat Rum mengira bahwa panggilan telah terputus. Lelaki itu menjauhkan ponsel dari telinga dan menatap layar.

Masih kesambung, kok, batin Rum.

Hendak mengucapkan halo untuk memastikan keberadaan Bella, suara percakapan membuatnya langsung mengatupkan mulut.

Siapa? Bella tiba-tiba terdiam dan ada suara lain di sana. Rum mencoba memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi. Jangan-jangan ....

Rum menahan napas gugup, sambil mendoakan Bella agar tak ketahuan. Tubuhnya ikut terkaku, bersembunyi di lorong dengan bulu kuduk berdiri.

"Hatchim!" Suara pertama yang muncul dari Bella setelah lama bergeming.

Habis sudah, rutuk Rum. Masih dengan ponsel di telinga tanpa lupa bersiaga pada setiap orang di sekitar, Rum berlari secepat mungkin ke tempat Bella berada.

🌫🌫🌫

Sampai di rumah Bella tanpa tertangkap mata siapapun, Rum memanjat pagar dengan mudah. Keahlian yang kian sempurna akibat bekerja di bawah Mirza membuat Rum sedikit bersyukur. Setidaknya, skill ini sangat menolongnya sekarang.

Matahari sudah terbenam sempurna, lebih cepat 30 menit dari waktu biasa. Tentu ada rasa bingung terhadap fenomena yang tengah terjadi. Namun Rum hanya bisa memanjatkan syukur. Dengan mudah ia menyelinap melewati halaman depan yang luas, berjalan mengendap di antara tanaman.

Suara mesin mobil, jabarnya dalam hati, memberitahu apa yang sedang didengar.

Mengintip di balik semak, mengabaikan gatal dari rumput tak terurus yang menyapa kakinya. Mata Rum terpaku pada mobil yang tiba-tiba menyala. Dua sosok yang terus dilihat Rum selama bertahun-tahun berada di kejauhan, tak ada batang hidung Bella di mana-mana.

Merangkak pelan mendekati mobil hitam mengkilap, mata Rum masih bergerak liar kian-kemari mencari keberadaan gadis berusia 15 tahun itu. Kalau matahari belum terbenam, Rum tak akan pernah menguji nyali, mendekati kedua sosok yang menjadikannya buronan.

Berada dalam jarak yang lebih dekat begitu membantu Rum mengamati sekitar. Jantung mulai kembali berdentam. Keringat dingin membanjiri tubuh.

Mirza menghilang, meninggalkan Tiffany di dekat mobil. Menyalakan rokok sebatang, wanita itu menjadikan sisi mobil sebagai sandaran. Wajah tertekuk, darahnya sedang menggelegak menurut asumsi Rum. Sebuah tinju menghantam kap mobil. Menggeram. Detik kemudian muncul suara tawa dari orang yang sama.

Seluruh tubuh Rum terasa kaku, berat, dan tak bisa digerakkan. Perubahan emosi Tiffany begitu tiba-tiba. Bertahun-tahun bekerja di bawahnya tak membuat Rum terbiasa dengan kepribadian wanita itu.

Gelak Tiffany tak berlangsung lama. Kedatangan Mirza mengembalikannya ke realita. Bos一atau kini bisa disebut sebagai mantan bos一mengelus bahu sang istri lembut. Lelaki itu membuka pintu belakang mobil, menyeret seseorang ke dalamnya.

Pupil mata melebar. Bella! teriaknya dalam hati. Ternyata ketahuan. Sekarang gimana? Kan, nggak mungkin gue keluarin dia dari sana. Ada Tiffany dan Mirza. Dan sekarang mereka lagi ada di mobil. Selalu ada senjata tajam atau pistol di mobilnya. Kalau gue ketangkep, gue bakal mati.

AraBella [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang