24 | Lauren dan Tiffany
Matahari mulai tenggelam. Sinar oranye menembus tirai. Kamar rumah sakit tempat Bella menginap remang-remang. Bangkit menyalakan lampu, Ara melirik Bella sekilas.
Adik kembarnya mengernyit. Rasa pusing kembali muncul begitu mata menerima cahaya. Masih bisa ditahan, ia menarik selimut sembari mengatupkan kelopak mata.
Tinggal dua gadis yang tertinggal di ruangan itu. Sisanya telah melangkah pergi beberapa saat yang lalu, hendak memberi waktu Bella beristirahat.
Pandangan Ara tertuju pada keranjang kecil berisi buah-buahan. Bingkisan tersebut dibawa wanita berkacamata hitam一ibu Ervin sekaligus teman baik Lauren.
"Gue nggak nyangka ceritanya ribet gini."
Masih dalam keadaan mata tertutup, Bella menjawab, "Tapi emang masuk akal, sih. Alasan Tiffany tahu tentang warisan dari Nenek, kenapa dia benci mata lo, dan kenapa perabotan di ruang bawah tanah nggak dibuang."
Ara mangut-mangut. "Gue juga baru merhatiin kalo mata gue beda sama punya lo. Ternyata dapet dari gen Mama."
"Yang bener-bener nggak bisa gue tebak itu fakta bahwa Tiffany anak kandung Nenek, sedangkan Mama adalah anak angkat."
🌫🌫🌫
Memutar kembali waktu ke enam belas tahun yang lalu. Penampakan rumah tak berubah drastis dari keadaan saat ini. Jalanan dihiasi percakapan. Rumah-rumah di jalan itu masih ditinggali. Suasana hidup.
Seorang wanita menutup gerbang rumah, berjalan menyusuri jalan yang dilalui berbagai gerobak keliling. Hanya berjarak dinding, wanita itu menggoyangkan lonceng tetangganya. Rumah yang persis di sebelah tempat keluarganya tinggal.
Tak butuh waktu lama hingga gerbang itu terbuka.
"Nisa!" seru orang yang membuka pintu.
"Lauren!"
Keduanya berpelukan. Seorang lelaki seumuran Lauren berdiri di pekarangan rumah.
"Hai, Mario," sapa Nisa一yang kelak akan menjadi ibu dari seorang anak bernama Ervin. "Maaf, kemarin nggak bisa ke pesta pernikahan kalian."
Wanita berusia 23 tahun itu menggerakkan kedua tangan di depan dada dengan cepat, "Gapapa, Nis. Lagian itu urusan kerja, kan? Gue maklum, kok. Lo kan sibuk banget."
"Tetep aja ... gue ngerasa nggak enak. Suami gue udah nyaranin gue pulang lebih awal buat ikut acara lo. Tapi ternyata nggak bisa. Jadwal gue terlalu penuh."
Lauren menyenggol lengan Nisa. "Udah gue bilangin gapapa."
Senyum terbit di wajah wanita itu. "Tante ada di rumah? Gue ada bawain barang dari luar negeri."
"Buat gue nggak ada?"
"Ada, kok. Tapi gue mau ngasih Tante dulu." Nisa berjalan melalui jalan setapak dan melepas sepatu.
Sebuah tangan menahannya pergi lebih jauh. "Jangan sekarang. Lagi ada Tiffany."
"Siapa?"
"Anak kandung Mama."
Nisa berusaha mengintip melalui pintu. Ia teringat cerita Lauren tentang dirinya yang diadopsi pada umur empat tahun. Setelah lewat setahun, Tiffany lahir. "Yang dulu pernah jadi anak kesayangan Tante?"
Lauren mengangguk. "Tapi karena terlalu dimanja, sifatnya jadi buruk banget. Mama nyesel dan menyuruh dia bersikap kayak gue. Mungkin gara-gara sejak kecil sering dibandingin, dia jadi benci banget sama gue. Sampai sekarang mereka selalu berantem mulut."
KAMU SEDANG MEMBACA
AraBella [END]
Teen FictionAra dan Bella, kembar identik yang diperlakuan berbeda oleh kedua orangtuanya. Seorang menjadi kambing hitam dalam keluarga, seorang lagi menjadi anak emas. Apa alasannya? Sampai sekarang pun kedua gadis itu masih bertanya-tanya. Cerita ini diikutse...