🥥18

498 120 25
                                        

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Tiba di rumah, rasanya lemas dan tak berdaya bagi seorang Sehun Ranendra Wicaksono. Ia baru saja mendapatkan penolakan dari mamanya Yoona. Sehun menjatuhkan dirinya di sofa, bersandar dan menatap langit-langit. Mengingat kembali begitu sinis dan pedasnya kata-kata yang keluar dari mulut mamanya. Sehun tak habis pikir mengapa statusnya jadi alasan bagi mama tidak merestui hubungannya dengan Yoona.

"Mah... mamah kunaon sih, gitu amat sama si neng."

Sementara di kediaman keluarga Yoona, abah merasa istrinya terlalu kejam memperlakukan Sehun dan Yoona. "Kenapa, memang salah kalo neng maunya sama pak dokter? Pak dokter Sehun orangnya baik, kenapa mamah malah ngelarang si neng buat dinikahin dia?" Abah duduk di samping mama, di sofa ruang televisi.

"Bah, atuh lebar kalo si neng malah milih duda. Sayang, bah. Si neng masih gadis, masa belum apa-apa sudah ngurus anak orang." Begitu nyerocos mama di depan abah yang tenang-tenang saja.

Dari kamarnya, Yoona mendengar percakapan antara abah dan mama. Ini terasa menyayat hatinya. Yoona memberanikan diri keluar dari kamar dan muncul di hadapan abah dan mama. Yoona mengusap air matanya yang baru saja berderai mendengar ucapan mamanya yang menentang keras hubungannya dengan Sehun.

"Abah... mamah..." Lirihnya muncul bertekuk lutut di hadapan kedua orang tuanya. "Bah... mah, dulu mamah sama abah bilang pengen cepet neng nikah. Pengen cepet lihat neng punya suami dan pengen dapet cucu dari neng."

"Tapi kenapa, kenapa sekarang setelah neng punya laki-laki yang baik seperti mas Sehun, abah sama mamah malah gak setuju?"

"Neng... mamah enggak ngelarang kamu nikah, mamah cuma gak setuju kalo kamu pilih duda sedangkan kamu, kamu anak gadis mamah yang belum pernah nikah. Sayang neng kalo kamu dapetnya duda."

"Masih banyak bujangan di luar sana."

"Emang kenapa mah? Usia neng juga udah terlalu mateng mah, mas Sehun laki-laki yang baik — kenapa mamah gak suka?"

"Neng!" Mama menggebrak meja di depan sofa tempatnya duduk.

"Kamu sekarang berani sama mamah? Kamu teh jangan malah ngelunjak, sok mending kamu cari laki-laki lain yang lebih baik daripada dokter itu."

Tak bisa Yoona menentang mama jika sudah dibentak seperti itu. Ia memilih pergi ke kamarnya, memecahkan lagi air matanya di dalam ruangnya sendiri. "Kamu jangan terlalu keras sama si neng mah." Abah beranjak dari tempatnya duduk. Pria paruh baya itu mendekat pada pintu kamar anak sulungnya. Mengetuk pahatan kayu itu dan memanggil nama panggilan kesayangannya untuk sang putri sulung.

"Neng..."

"Neng Yoona..."

"Neng Yoona geulisnya abah..."

Tok... tok... tok...

"Buka pintunya neng!"

Yoona di dalam merasa ragu untuk membukakan pintu bagi abah yang memanggil-manggil namanya. "Abah pengen ngomong sama kamu!" Tapi, Yoona tak bisa membiarkan abahnya terus berdiri seperti itu di depan kamarnya. Gadis itu bergerak untuk membukakan pintu.

DUREN SAWIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang