🥥2

1.1K 210 41
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Yoona Andriana Saraswati, guru muda yang mengajar ilmu pengetahuan alam untuk siswa-siswi tingkat menengah pertama. Selain wajahnya yang cantik dan kecerdasan ilmunya, Yoona juga terkenal sebagai sosok yang lembut dan penyayang. Namun, meski fisik dan sifanya nyaris sempurna — sampai saat ini ia masih sendiri alias belum punya gandengan atau suami.

Usianya yang hampir menginjak kepala tiga membuat kedua orang tuanya resah dengan putri cantiknya itu. Apalagi sang ibu yang terus mendengar gunjingan dari tetangga perihal Yoona yang belum kunjung mendapat pasangan hidup di usianya yang hampir matang. "Neng atuh kamu teh harus cepet cari jodoh, atuh geulis." Padahal Yoona baru pulang mengajar di sekolah, tetapi mamanya asal bicara ke sana saja.

"Aduh ma, bukan Yoona gak mau cari calon — belum nemu yang pas aja."

"Mama mah udah capek denger tatangga terus gunjingin kamu yang gak nikah-nikah padahal udah mau tiga puluh."

Yoona tersenyum kecut, ia memang bukan tidak ingin menikah tetapi sampai saat ini beum ada yang pas di hatinya. "Ma, Yoona kan fokus buat ngajar anak-anak di sekolah. Nikah itu bukan urusan cepet-cepetan ma, nikah buru-buru gak menjamin bahagia juga kan ma." Tangannya mengusap tangan sang mama yang terus resah dengannya.

"Tapi neng..."

Lebih kuat genggaman Yoona pada tangan mamanya, "Mama jangan khawatir, mungkin saat ini Yoona fokus ke karier dulu — tapi gak mungkin Yoona juga lupa kodrat ma, setiap perempuan pasti pengen jadi istri dan ibu yang baik. Siapa sih yang gak pengen nikah ma." Meski sedikit tersinggung, Yoona tetap bijaksana menanggapi keinginan mama yang berharap ia segera mendapat jodoh.

"Ya udah, sekarang Yoona mau masak yang dipesen mama sama abah kemarin."

"Memang masak apa atuh neng?"

"Lho, bukannya mama sama abah pengen dibuatin steak salmon ya?" Baru saja beberapa hari lalu kedua orang tuanya meminta dibuatkan olahan ikan salmon panggang, "Kalau neng capek mah gak usah neng, udah mama sama abah mah makan yang udah dimasak tadi pagi aja atuh."

"Enggak ma, mama tenang aja ya..."

Meski lelah baru tiba di rumah, Yoona menyanggupkan diri untuk membuatkan menu yang diinginkan mama dan abahnya. Dari lemari es di dapur ia keluarkan potongan salmon yang dibelinya di supermarket saat malam hari. Soal potongan salmon yang cuma setengah, Yoona jadi teringat akan pria yang berebut untuk saling mengalah dengannya.

"Ternyata yang malem itu bapaknya Karin ya." Yoona tersenyum sendiri mengingat sosok yang Karina kenalkan padanya di gerbang sekolah adalah pria tampan yang sama di supermarket tempo malam. "Eh apaan sih, kok jadi mikirin bapaknya orang." Yoona membuang pikiran tentang Sehun dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tugasnya sekarang adalah memasak untuk kedua orang tuanya. Yoona mencuci tangan dan membawa apron hitam miliknya di laci paling atas dapur. Bagi Yoona, selama ia belum menjadi istri orang dan punya keluarganya sendiri kelak — kewajibannya saat ini adalah berbakti kepada kedua orang tuanya. Di usianya menjelang kepala tiga, ia sebenarnya memikirkan jodoh dan pernikahan juga. Tetapi, Yoona juga tak mau ambil pusing dan memaksakan keadaan kalau memang belum ditakdirkan untuknya.

DUREN SAWIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang