4- Melukis Wajah Kita

766 183 25
                                    

Krik krik krik.

Alia menoleh ke segala penjuru arah. Siang ini dia sengaja keluar rumah untuk mencari udara segar, sekalian mencari ikan mas yang sedang butuh pertolongan di jalan. Dalam kata lain dirinya kabur.

Semoga saja Reid tidak mencari dan menariknya seperti anjing lepas kandang.

"Krrrrr, krrrr, mpus, mpus, ikan kamu di mana?" Alia berusaha memanggil ikan mas yang siapa tahu sedang sekarat di sekitar sini sambil membungkuk. Takutnya dia tidak melihat dan malah terpijak.

Lelah mencari, Alia akhirnya menyerah untuk mencari hari ini. Gadis itu berjalan ke tepi sungai sambil menendangi batu yang menghalangi jalannya.

Alia menatap pantulan wajahnya di atas air sungai. Cantik sekali, batinnya terpukau sambil memegangi pipi. "Seharusnya dengan wajah ini Bawang Putih mencari laki-laki tampan dan kaya."

Alia mencelupkan kedua kakinya setelah mengangkat sarung batiknya hingga lutut. "Segar~"

Mata coklatnya memandang langit cerah yang menerpa kulit, terasa hangat dan nyaman. Alia mungkin betah dengan kondisi lingkungan di desa ini, tapi tetap saja dia merindukan ponselnya. Dia juga merindukan keluarganya. Tanpa sadar gadis itu menangis, membiarkan air matanya gugur bersatu dengan air mengalir.

"Astaga!" kaget seseorang.

Alia mengusap air matanya cepat, itu suara laki-laki. Gadis itu memandang awas sekitarnya, suara itu jelas bukan suara setan merah. Suara itu milik orang lain.

"Siapa?! Kalau kau tidak menunjukkan wajahmu, aku akan mengadu pada kakakku!" Oke, kali ini Alia harus menggunakan nama Ried.

Semak-semak bergerak. Alia memandang horor. "K-kau tahu? Aku ini saudaranya seorang pembunuh!" -pembunuh hewan, lanjutnya dalam hati.

Alia mengambil batu kecil yang ada di sungai. Dia melempar ke arah semak-semak itu, terdengarlah suara laki-laki yang mengaduh. Kemuan keluar dirinya dari semak-semak itu sambil menutup matanya.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu ada wanita di tepi sungai ini."

Kenapa dia menutup mata?

Alia lalu menatap kakinya yang hanya terlihat bagian dibawah lutut. Pakaian ini sudah biasa 'kan?

"Nona, bisakah Anda menurunkan pakaian Anda?" pinta laki-laki itu.

Alia menghela napas, dia mengangkat kakinya dari air sungai dan menurunkan kainnya. "Sudah. Sekarang aku bertanya sejak kapan daerah pemandian wanita ini menjadi umum?"

Laki-laki itu nampak gelisah. "Aku tidak tahu sungguh. Maafkan aku."

Alia menatap menyelidik orang itu. Tapi dia justru terpana karena laki-laki itu sangatlah tampan! Astaga setelah melihat Reid, dia melihat salah satu jelmaan yang lainnya!

"Iya terserah kau saja," cetus Alia. Dia berjalan kembali memakai sandalnya dan hendak pergi dari hadapan laki-laki itu. Mendadak dia teringat ucapan Reid yang akan menjadikannya mainan babi hutan. Bisa terjadi fitnah jika dia dan laki-laki itu berada di tepi sungai.

"Tunggu, Nona!" kata laki-laki dengan mata emas itu. Dia merasakan aura berbeda pada Alia, tatapan gadis itu membuat jantungnya berdebar. "Bolehkah adik manis atau nona yang cantik ini memberitahukan namanya?"

Alia bergidik geli. Dia seperti kenal dengan bentuk bahasa berlebihan tersebut. Gadis itu mulai takut kalau tebakannya benar.

"Aku? Aku ...—."

Become A Red Onion StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang