27- Nyonya Ayu.

63 18 5
                                    

Ianas membiarkan Reid membaringkan tubuh lemas ibunya. Bu Ila menarik oksigen bersih yang mampu dia pompa ke dalam rongga dadanya. Udara bersih membuatnya tenang kembali. Reid menyingkirkan anak rambut sang ibu yang berantakan, dia membersihkan keringat yang membanjiri wajah bu Ila dengan telaten.

Ianas memeriksa kondisi pernapasan bu Ila dengan hati-hati. Laki-laki itu tersenyum lega setelah memeriksanya. "Kau membawanya tepat waktu, Bawang Merah."

Ianas mengeluarkan mana sucinya yang mulai menipis. Kemudian tubuh bu Ila dilapisi cahaya pendar yang menghangatkannya. Bu Ila tertidur dengan nyenyak setelah menerima ketenangan yang diberikan Ianas padanya.

"Di mana Bawang Putih?" tanya Ianas.

Reid menatap desa yang runtuh. "Dia menyelamatkan seorang anak tadi. Dia pasti kembali."

Benar saja, Alia berlarian dari sana. Dia memiliki wajah yang cukup tenang meskipun dalam situasi kacau ini. Gadis itu diam sesaat ketika duduk di samping Ianas.

"Kita harus pindah dari wilayah ini," putusnya. Alia serius kali ini.

"Ada apa?" tanya Ianas pelan.

"Apa kalian pernah mendengar kematian Pangeran Pertama?" tanya gadis itu.

"Pangeran Pertama atau Putra Mahkota memang dikabarkan sudah mati dalam sejarah Kerajaan." Reid menjawab. "Tapi kenapa?"

Ianas mendengarkan mereka berdua sambil memulihkan mana tubuhnya.

"Kalian pasti terkejut." Alia terdiam lagi. "Aku curiga Pangeran Dimas yang membakar desa ini. Tidak hanya itu, aku tahu jika Pangeran Pertama masih hidup."

Reid dan Ianas langsung merasakan bom jatuh. Mendengar informasi yang tidak seharusnya mereka dengar.

"Tidak mungkin ...." Reid dan Ianas serempak tidak mampu menerima informasi tersebut.

"Dari mana kau tahu itu?"

Alia mengepalkan tangannya. "Aku mendengarnya. Bahkan kalau aku salah dengar, aku ada di posisi yang dekat dan telingaku masih berfungsi."

Sekarang Alia harus membuat Reid dan Ianas percaya padanya. Apapun, Alia harus ikut campur jika itu yang diinginkan oleh seseorang yang membawanya ke dunia ini.

"Lebih baik kita tidur lebih dulu, kita harus melepaskan lelah kita setelah seharian tidak tidur." Ianas menyurutkan suasana panas dan membingungkan. Reid mengangguk, dia membawa beberapa daun pohon pisang untuk alas mereka malam ini.

Laki-laki itu melihat punggung Alia kembali merenung. Baru saja dia ingin menyuruhnya tidur, ternyata Alia sedang mengupil bukannya merenung.

Reid mengumpat dalam hati. Lalu akhirnya memilih meniggalkan gadis itu sampai selesai dengan pekerjaannya. Reid tertidur memandang langit berbintang, lagi-lagi masih langit indah yang sama.

[°°°]

"Berhenti! Berhenti!" Nyonya Ayu mengeluarkan suara yang keras agar terdengar oleh kusir pribadinya. Wanita paruh baya itu mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta kuda, dia melihat sekelompok orang sedang berjalan membawa sedikit barang-barang digulung kain.

"Siapa mereka?" tanya Nyongan Ayu. "Apa yang terjadi pada mereka?"

Tuan Jagat yang duduk di hadapannya mengerutkan kening, dia kemudian ikut menatap rombongan kecil itu. Niatnya ke daerah perbatasan di selatan adalah untuk melihat perkembangan dari penelitian ikan bersama istrinya.

Pangeran Dimas melarang akses keluar masuk ke daerah selatan. Katanya, daerah itu harus diteliti lagi sebagai tempat terakhir ditemukannya sihir illegal. Sehingga, Tuan Jagat dan istrinya hanya bisa memantau dari perbatasan. Lagipula, dia terlalu sibuk akhir-akhir, membuatnya tidak punya waktu senggang untuk sang istri.

Become A Red Onion StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang