Alia mengucapkan terima kasih kepada kusir pribadi Nyonya Ayu yang mengantarnya kembali ke istana Kerajaan Subanha. Hari kemarin sudah berlalu, hari ini dia akan menggantikan Nyonya Ayu untuk pesta minum teh hari ini.
Tapi Alia tidak akan sepolos itu, mengira bahwa ini 'pesta' teh seperti kemarin. Ratu Tiara adalah wanita yang cerdas, begitulah kata nyonya Ayu. Maka, dia tahu bahwa tidak seharusnya seorang 'dayang' sepertinya semudah itu menggantikan orang penting.
Ratu Tiara pasti merencakan sesuatu.
Ketika Alia berhasil duduk di kursinya, beberapa nyonya sudah mulai berbicara. Seorang pelayan datang tak lama.
"Maaf dari Ratu Tiara, dia akan sedikit terlambat, Nyonya-nyonya."
Mereka bersamaan mengangguk, siapa yang ingin protes? Jika protes sama saja kepala mereka menjadi taruhannya karena berani pada anggota kerajaan. Alia berpikir, Lalu aku harus mengganggur saja di sini? Sungguh?!
Alia anak yang tidak pandai bersosial. Dia juga takut mengeluarkan kalimat yang kasar dan tidak sopan. Dia masih new member kerajaan. Bukankah dia dayang?
Alia mengangguk sendiri dengan pemikirannya. "Dayang tidak sederajat, diam saja. Aku tidak terlihat."
Benar saja, nyonya-nyonya di meja itu seperti menganggap Alia tidak ada. Mereka terlihat sibuk sendiri. Sayangnya, tidak ada nyonya Herni di sini. Sayang sekali.
Seorang nyonya mengibaskan kipas di tangannya. "Kau diam saja," katanya ketus pada Alia.
Alia menyipitkan mata, masih berusaha untuk tidak membalas. Dia tidak boleh gegabah. Kalau ibu tiri beda lagi, Anila pasti sudah me-roasting wanita paruh baya itu karena kadang sangat menyebalkan.
Kipas di tangannya digoyangkan. Wanita dengan rambut hitam yang disanggul sedikit berantakan menatap semua tamu yang duduk di meja itu. Ratu Tiara akan lama sampai, pasti ada keadaan mendesak sekarang yang membuat ratu harus mengurus itu segera.
Orang seperti wanita ketus ini salah satunya, dia akan memanfaatkan tidak hadirnya sosok ratu. Alia sudah tidak heran dengan tipe orang sepertinya, bahkan di dunianya saja banyak orang yang seperti itu.
"Kalian tahu? Pangeran Dimas lagi-lagi tidak bermeditasi." Awalnya.
"Lagi? Apa yang dilakukan pangeran satu itu? Apa dia masih mencari gadis rendahan di desa itu?" Salah satu orang menanggapi. Oke, ini akan menjadi informasi hebat.
Informasi tak terduga selalu datang dari kelompok yang memiliki mata dan telinga yang mengerikan seperti orang-orang yang berada di meja ini.
'Ayo berakting penakut,' batin Alia sambil menunduk layaknya dayang seharusnya lakukan. Tutup mulut dan tidak membocorkan apapun yang mereka dengar.
"Kupikir benar sekali, Nyonya. Pangeran itu tidak tahu umurnya sudah mencapai waktu menikah. Sayang wajah tampan terbuang sia-sia hanya untuk gadis tidak tahu diri itu." Si nyonya pembawa gosip, Nyonya Siti namanya.
Para nyonya menggeleng tak habis pikir mendengarnya, mereka setuju bahwa perilaku pangeran kedua sangat tak terpuji. Alia pelan-pelan mengambil kue di meja, semua orang meliriknya.
Ah, Alia lupa jika tidak boleh makan sebelum ratu tiba.
"Biarkanlah dia, dia dayang nyonya Ayu yang baru. Masih belum belajar etiket." Nyonya yang sering dipanggil Mawar itu menyahuti. Apakah Alia berhenti mengambil kuenya? Tidak. Sudah terlanjur dipegang, harus di makan.
Ibunya selalu bilang, jika sudah menyentuh makanan dengan tangan, makanan itu lah yang harus dimakan. Kadang Alia pilih-pilih gorengan, itu selalu membuat ibunya marah karena Alia menyentuhnya dan meletakkannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Red Onion Stepsister
FantasyBagaimana rasanya masuk ke dalam dongeng yang bahkan tidak pernah kamu percayai? Alia baru saja merasakannya, dan dia menjadi pemeran utama Bawang Putih. Apa kabar dengan nasibnya setelah ini? Tidak. Alia harus melawan Bawang Merah! Sialnya, dongen...