21- The Monkey's

143 50 4
                                    

Disarankan membaca ulang part sebelumnya agar nyambung feelnya.

[°°]

"BERPENCAR!"

Alia buru-buru mengayunkan tangannya menebas semak belukar yang menghalangi dirinya dan Reid. Gadis itu memukul kuat punggung Reid untuk membuat laki-laki itu berbelok ke arah lain, mengikutinya. Mereka berdua akhirnya memisahkan diri dari rombongan.

"Ianas! Tetap bertahan bersama mereka!" Reid menyugar rambutnya kebelakang sembari melakukan kontak mata dengan Ianas. Laki-laki dengan mata merah menyala itu memberi kode pada Ianas bahwa hanya mereka yang memiliki mana. Sebab itu, Reid meminta Ianas untuk meninggalkan jejak sihir selama perjalanan kelompoknya nanti.

Ianas balas mengangguk digendongan Anggit. Laki-laki itu menurunkan tangannya perlahan dan memberi titik-titik jejak sihir disaat mereka mulai saling berpisah. Ianas merenggut, kali ini dia benar-benar seperti anak ayam yang dibuang induknya. Matanya menyipit tajam, saat Alia dan Reid menghilang dari penglihatannya ditelan hutan.

Alia kembali mengambil udara sekitarnyanya yang mulai menipis. Keningnya berkerut lagi, memikirkan apa langkah selanjutkan yang akan ia ambil. Kakinya mulai mati rasa karena terus berlari, sedangkan auman hewan itu terus mengejar dirinya dan Reid.

"Apa kau membawa sesuatu?!" tanya Alia pada Reid di sampingnya.

Melompat. Mereka serempak melewati batang pohon kurus yang sudah tumbang menghalangi jalan. Langkah kaki mereka mulai seiras, pernapasan mereka perlahan teratur.

Dalam langkah dengan tempo cepat itu, Alia menunggu balasan dari Reid. Bandananya mengayun lentur serta rambutnya berkibar berantakan, Reid mengecek saku celana dan tas kecil yang tergantung di lehernya. Tidak ada satupun hal yang mencurigakan.

"Tidak ada. Aku benar-benar hanya membawa air, sedikit makanan, pisau dan pedang."

BRAK. Hewan itu kembali memukul permukan tanah.

"W-woah!" Alia spontan berseru saat tubuhnya melambung ke udara, dan kembali mendarat dengan aman di atas daratan.

"Kau mulai terbiasa dengan gelombangnya," ujar Reid melirik gadis itu. Reid baru saja mendarat dengan posisi seperti berseluncur di atas salju. Alia tertawa ngos-ngosan mendengar hal itu.

"Kanan!" Reid menarik Alia berbelok ke kanan saat hewan raksasa itu hampir saja memijak Alia. Ekornya melambai kencang hingga mampu menumbangkan beberapa pohon yang dilewatinya.

Alia dan Reid bersembunyi di belakang pohon besar dan rindang. Mereka mengatur napas dengan punggung yang menempel di batang pohon.

"Ssstt." Reid meletakkan jari telunjuknya di bibir. Hewan itu mulai sadar bahwa dia kehilangan jejak Reid dan Alia. Bergumam tanpa suara, hewan itu kembali menghentakkan tangannya untuk membuat gelombang tanah. Penuh persiapan, Alia dan Reid berpegangan kuat pada batang pohon agar tidak melayang ke udara. Keringat mengucur deras di sekujur tubuh mereka.

"Sebenarnya apa yang dia incar?!" Alia berbisik pada Reid. Gadis itu langsung mengecek tas, saku dan meraba pakaiannya untuk memastikan. "Tidak ada apapun!"

"Kemungkinan pemicu hewan ini muncul karena ini adalah jam makan siang mereka," ucap Reid. "Kebetulan kita berada di daerah ini, jadi tertimpa kesialan."

"Dia ingin memakan kita?! Kita saja belum makan siang," gerutu Alia. Dia meringis perlahan karena kakinya hampir saja terinjak ranting.

"Ayo." Reid berjalan perlahan dari batang pohon yang satu ke yang lainnya. "Perlahan saja. Kita pergi tanpa arah asal menjauh dari hewan ini dulu."

Become A Red Onion StepsisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang