BAB 26 : Singto

578 73 4
                                    

Singto memakirkan mobilnya di depan panti jompo dimana nenek kakeknya berada.

Kemudian dia membawa bunga yang dia simpan di bangku penumpang sebelahnya dan kemudian menuju ke taman yang sangat familier dengannya.

"pagi nek" kata Singto, seraya mencium pipi neneknya yang sedang duduk di bangku putih ini.

"pagi sayang"

"ini buat nenek" kata Singto memberikan bunga tadi ke neneknya

"makasih ya" kata Nenek yang tersenyum sambil menyium bunga yang diberikan Singto

"oh ya kakek kemana nek?"terlihat Singto celingukan mencari keberadaan kakeknya

"kakek mu tadi ke kamar. Bentar lagi kesini"

"oh"

"Singto" sapa kakeknya yang berjalan mendekati Singto dan Nenek

"salam kek"

"iya. Ah bagaimana kabar mu?"

"sehat kek. Kakek nenek baik kan disini?"

"tentu saja"balas Nenek

"eh Singto ini 2 hari yang lalu ada kiriman surat, coba kamu baca, kepala kakek pusing kalau buat baca"

Singto mengambil surat tersebut dan membacanya.

"ah ini surat dari bibi Anna, tetangga kita dulu nek, kek, anaknya phi Dela akan menikah minggu depan" jelas Singto.

"ah anak itu sudah akan menikah, astaga waktu berlalu begitu cepat ya"kata Nenek

"Singto kamu saja ya yang datang kesana. Nenek sama kakek gak kuat perjalanan jauh" kata kakek

"iya, sudah dapet undangan gak baik kalau gak datang"imbuh nenek

Singto menganggukan kepalanya. Dia kembali membaca undangan itu, waktu yang pas dihari sabtu dan tidak pas dia sama New.

Seminggu kemudian.

Singto kini terlihat mengenakan kemeja putih dan jas hitamnya, yang juga senada dengan celana nya.

Dia hari ini sedang berada di Phuket, kampung halamannya dulu sebelum dia dan keluarga pindah ke Bangkok.

Dan saat ini dia menghadiri pernikahan kakak sebelah rumahnya dulu.

"phi Dela phi Hans, selamat ya atas pernikahannya" kata Singto menyapa kedua pengantin itu.

Terlihat Singto memberikan sebuah hadiah.

"ah Singto, makasih ya kamu sudah dateng. Nenek kakek gak dateng kenapa? Mereka sehat kan? Terus papah mamah mu juga gak dateng?"

"ehm, kakek nenek sehat tapi gak kuat kalau perjalanan jauh. Papah sama mamah kan masih di luar negri phi, Jadi Singto yang gantiin."

"ehm kamu sekarang udah ganteng, jadi anak Bangkok. Dulu ya kan kamu masih kecil suka main kejar kejaran di pinggir pantai sama Krist"

"Krist keponakan kamu?" tanya pengantin pria nya

"iya sayang, yang itu lho" kini Phi Dela menunjuk seseorang, Singto tanpa sadar pun menengok ke arah yang dia maksud.

Singto kini meminum minumannya sambil menikmati angin pantai, dan pemandangan matahari yang hampir terbenam.

Dia jadi inget New dulu pernah merengek mau liat sunset, tapi belum sempat Singto bawa lagi. Mungkin kapan kapan dia akan bawa New ke Phuket.

Ketika dia akan berbalik untuk pulang dia menabrak seseorang.

"maaf" kata Singto, yang takutnya sisa minuman nya menumpahi badan orang ini

"ah tidak masalah" katanya

"lho Krist?"

"oh phi Sing" Krist disana terlihat kaku, tapi kemudian dia mengontrol dirinya sendiri.

"kalau gitu saya permisi dulu phi Sing" kata Krist seraya memberi salam

Singto pun membalas salam itu juga. Tapi Singto merasa ada yang aneh di Krist.

Krist terlihat lebih dewasa.

Dan kini dia sudah berdiri di rumah sederhana, sangat berbalik dengan rumahnya yang di Bangkok sana.

"Singto, ayo masuk"kata bibinya

Ya rumah milik keluarga Singto yang ada disini dirawat oleh bibi dan pamannya.

"mau makan apa?" tanya bibinya

"enggak, Singto masih kenyang, nanti kalau lapar Singto keluar"

"oh ya sudah"

Dan setelah sekian lama juga Singto tidak tidur dikamar masa kecilnya lagi.

Dengan masih menggosokan handuk ke kepalanya, Singto melihat lihat kembali barang barangnya dulu.

Semua terlihat sama.

Tapi ada satu kotak yang menarik perhatiannya, kotak itu terkunci.

Kemudian Singto kembali mengingat dimana dia meletakan kunci kotak itu. Setelah bongkar bongkar akhirnya dia menemukan.

Singto membawa kotak itu ke kasurnya dan dia membukanya.
Ada sebuah kertas dan beberapa foto disana, dan yang membuat Singto heran adalah ada satu buah gantungan kunci gambar singa disana.

"Janji akan selamanya bersama - phi Sing, Kit"

Singto pun tertawa kecil, dia dan Krist ternyata pernah seperti ini waktu dulu.

Krist memang selalu meminta Singto berjanji akan bersama selamanya.

Tapi disuatu hari Singto merasa bosan karna disuruh berjanji terus, akhirnya dia menulis di kertas itu agar dia dan Krist terus memegang janji bersama selalu tanpa mengucapkan nya setiap hari.

Kemudian tawa Singto pudar saat ingat bahwa hari dimana dia dan Krist menulis ini adalah hari terakhir dia ada di Phuket sebelum pindah ke Bangkok.

Tidak ada janji lagi yang keluar dari mulut keduanya, tapi kertas ini, kotak ini adalah bukti mereka pernah saling berjanji untuk suatu hal.

Singto keluar dari rumahnya dan melihat Krist sedang duduk di ayunan dekat rumahnya.

"Krist masih aja suka mainan ayunan" kata Singto dari pagar yang tingginya hanya setengah badannya.

Krist melihat itu, dia hanya diam dan terpaku.

"main yuk" kata Singto akhirnya saat tidak mendapatkan respon dari Krist.

Krist kemudian menganggukan kepalanya, dan menghapus air mata yang telah menetesi pipi nya.

Terlalu "UKE"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang