Membentak Mas Akhtar semalam membuatku sedikit merasa bersalah. Ada perasaan ingin meminta maaf dalam benak ku, namun semua itu terhalangi oleh gengsi. Buat apa juga Aku meminta maaf padanya? Itu pasti ulah dia kan?
sudah beberapa minggu pernikahan kami, namun tak ada tanda- tanda bahwa kami adalah sepasang suami istri, aku bahkan tak pernah menyalimi tangannya saat ingin berangkat kerja atau berpamitan.
kalau ditanya, justru mas Akhtar yang tak pernah menawarkan punggung tangannya padaku. yahh, aku mau mau tidak sebenarny-
aku menghentikan langkahku saat keluar dari halaman parkir. Kulihat seseorang yang dulunya sangat kusayang kini tersenyum manis tepat di depanku. Yah, kami berpisah sudah bertahun- tahun lamanya, kini aku membencinya. Sangat!
Lelaki itu tersenyum, "Ara," ucapnya.
mood memburuk, seketika bayangan masa lalu kembali menghantuiku, kenapa? Kenapa ia kembali.
"K-Kak Kafka?" Lirihku.
yahh, dia kakak laki- laki ku, Kak Kafka Xen Wijaya. Lihat, aku mengenalinya walau kami berpisah sudah saangat lama. Ia kini banyak berubah, dulunya ia terlihat sangat lemah, penakut. Tapi sekarang? Dia terlihat sangat gagah dan tampan.
ia mendekatiku perlahan, terlihat raut bahagia yang terlukis jelas diwajahnya.
Mundur.
baru saja ia ingin memelukku, aku mundur selangkah. Aku jijik bahkan ketika melihat wajahnya. Kenapa? Kenapa ia dulu meninggalkanku bersama Ayah? Kenapa?!
"Ara!? Kamu tidak kenal sama kakak?" Tanya nya. Rautnya seketika berubah menjadi sedih.
"K-kak Kafka?" Lirihku.
ia mengangguk antusias sembari tersenyum, "iya, aku kakakmu! Kamu ingat kan? kakakmu yang penakut ini?"
Baru ia ingin mendekatiku, aku kembali menjauh.
Air mataku menetes tanpa disuruh.
"kenapa?!" Tanyaku.
ia mengerutkan dahinya.
"kenapa kakak ninggalin aku dengan Ayah? Kenapa Kak!!?"
"kalau kakak ingin pergi, pergi yang jauh! Jangan kembali lagi!" Nafasku memburuh. Ia menampakkan raut menyesal.
"Ra! Dengar dulu penjelasan kakak."
Aku menggeleng kuat sambil terus menjauh.
"Tak ada yang perlu dijelaskan! Aku benci Kakak! Aku benci ibu!"
Niatku ingin menemui dosen pembimbing skripsiku ku urungkan. Aku kini berlari kembali meningglkan kakakku yang kini terpaku di tempat.
Bruak!!
aku menutup pintu mobil dengan keras, ku gas mobil ku dengan kecepatan tinggi, fikiranku terus berkelana kemana - mana. Aku benci keadaan ini.
Keaadan dimana orang yang meninggalkan kita, kembali saat kita telah berhasil melupakannya. Kemana ia saat aku mencarinya? Kemana ia saat aku merindukan sosok kakak?
Pip!
Terlambat satu detik saja mungkin membuatku kecelakaan, Aku beruntung, tuhan masih menyelamatkan nyawaku. Hampir saja aku menabrak mobil yang terparkir di pinggir jalan.
"Hufftt,"
***
tuk, tuk, tuk
suara perpaduan antara pisau dan talenan menggema seisi dapur. Yah, itu kegiatan Akhtar saat ini, memasak.
ada berbagai jenis makanan yang ia masak. Terlihat dari banyaknya panci serta wajan yang digunakan. Bahkan diatas piring sudah tertata rapi berbagai jenis lauk diatasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Teen FictionBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...