Detik berharga

1.6K 53 14
                                    

Keduanya hanya terdiam, hanyut pada pikiran masing- masing yang entah bertahan sampai berapa lama sampai akhirnya Akhtar membuka suara.

"Maksud kamu apa?" Hanya kalimat itu yang terlintas dipikiran Akhtar, jujur saja ia sebenarnya panik, apa maksud dari perkataan Istrinya barusan? apakah ada hal yang baru saja diketahui istrinya?

"Kenapa balik bertanya? kan tinggal jawab," ucap Chayra sedikit kesal.

Akhtar menghela nafas, "sudah larut mal-"

"mas.." potong Chayra disertai tatapan terdalamnya, Tatapan yang disertai amarah.

"maaf.." hanya kata itu yang bisa Akhtar ucapkan.

"Maaf Ra.." lagi, hanya kata itu.

Tanpa sadar air mata keduanya menetes membasahi pipi masing- masing insan yang terhanyut dengan perasaan sedih,kesal, kecewa, rasa bersalah, semuanya tercampur menjadi satu.

"Kenapa mas?"

Akhtar terdiam, tak berani menatap mata istrinya.

"Apa aku setidak penting itu bagi mas?hm?"

Akhtar hanya menggeleng, menggeleng pasrah, tak sanggup berucap. Banyak sekali hal yang ingin ia jelaskan, namun Mulutnya terasa sangat kaku, tak sanggup mengucapkan barang satu katapun.

"Apa aku tidak ada artinya dimata mas?hm?"

"aku cuman pajangan ya?"

"Aku marah mas", lirihnya sambil terus terusan mengusap kasar air matanya.

"aku gak marah sama mas, tapi aku marah dengan diri aku sendiri, aku istri yang gak berguna, aku istri yang gak dianggao, cuman aku yang harus dimengerti, cuman aku yang harus mas sayang, cuman ego egoku yang harus mas hadapi, tapi aku?? sedikitpun aku.... aku bahkan gak tau kalau mas.."

Sakit.

Sakit sekali rasanya.

sakit membayangkan kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi.

sakit merasakan kepahitan perasaan ini.

sakit..

"Maaf mas.." ucapnya semakin kecil.

Akhtar menggeleng, "Tidak Ra, Jangan salahin diri kamu sendiri, ini salah saya, saya yang tidak jujur sama kamu, maaf Ra, maaf," ucap Akhtar.

Chayra menggeleng.

"Aku gak butuh kata maaf dari kamu mas, Aku cuman mau kamu jelasin semuanya, kamu cerita in semuanya ke aku," Final Chayra dengan air mata yang tak lagi keluar, tapi matanya mengisyaratkan ketegasan, seolah saat ini ia tak bisa dibantah.

Akhtar terdiam sejenak.

Lalu menceritakan semuanya.

***

Suara dentingan kuali dan spatula bergema di dapur, tak lama terdengar lagi suara piring, suara air keran yang mengalir dan bahkan suara air yang mendidih, suasana rumah rumah pada umumnya.

"Selamat pagi mass!" Riang Chayra sambil menyusun peralatan makan di atas meja.

"pagi," jawab Akhtar kik kuk, Akbar sulit sekali menyesuaikan diri setelah kesedihan yang terjadi semalam.

"ayo duduk, aku buatin nasi goreng tauu, cobain deh,"ucap Chayra sambil menarik kursi lalu mempersilahkan Akhtar Duduk.

Setelah itu, ia juga ikut duduk tepat di depan Akhtar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pilot Pilihan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang