pria itu terduduk rapi dengan hawa hawa emosi di tempat ini, tempat penghakiman. Akhtar datang sendirian saja, karna apa? ia tak mau Istrinya kembali mengingat masa itu. Dan saat ditanyai tadi mau kemana, tentu saja jawabnnya tak lain dan tak bukan adalah "ada penerbangan,"
sudah beberapa menit, namun Sidang masih saja belum dimulai, dari telpon kemarin sepertinya pengacara ingin mengatakan sesuatu yang sangat sangat penting, tapi kenapa sampai sekarang belum datang?
panjang umur, pria yang dibicarakan tadi sudah datang, ia berdiri seolah menyambut kedatangan pria itu.
"maaf, tadi jalanan macet sekali," ucapnya.
"ah iya, tidak apa- apa, ini juga belum dimulai, tapi apa yang bapak mau bicarakan kemarin? sepertinya penting?" Akhtar mengertkan keningnya penasaran. namun orang yang ditanyai hanya menatap kebawah seolah khawatir dan ragu untuk mengatakannya.
"pak?" panggilnya.
"eh iya, nanti akan dibahas saat sidang dimulai, bapak tunggu saja," ucap pengacara itu.
jaksa, penasehat hukum, dan pengunjung sidang sudah tiba diiringi dengan pejabat yang bertugas. "hakim/majelis hakim memasuki uang sidang ,hadirin dimohon untuk berdiri," ucap panitera pengganti. seluruh tamu kini berdiri, termasuk Akhtar. hakim/majelis hakim memasuki ruangan sidang melalui pintu khusus,kemudian hakim duduk di tempat duduknya masing masing.
"hadirin dipersilahkan duduk kembali," ucapnya lagi.selang beberapa detik, hakim mengangkat suara, "sidang pengadilan negeri Jakarta,yang memeriksa perkara pidana nomor 675 atas nama ARKANA MAHAPUTRA-"
deg-
***
seminggu sebelumnya...
Aku menjalani kehidupan ku seperti biasanya, saat ini aku tengah membaca novel, namun entah kenapa firasatku tak enak. seperti ada sesuatu terjadi yang tak kuketahui. beberapa kali aku mencoba untuk tenang, tapi rasa nya susah sekali. Ku pegang ponsel ku, aku berfikir untuk menghubungi mas Akhtar, tapi Tidak! untuk apa juga aku mengubunginya? kalau ada apa- apakan dia bisa menghubungiku.
drrttt... aku tidak tahu ternyata panggilan telepon inilah yg menjadi sumber kecemasanku.
tanganku sontak melihat layar ponsel, namun apa? bukan Mas Akhtar yang menghubungiku, tapi
Zefa Zefaa's Calling...
aku menggeser ikon hijau lalu kudekatkan ponselku ketelinga.
"hal-"
"Ra!!!! gawat! hiks!" potong Zefanya diseberang sana. apa ini? kenapa Zefanya yang ceria kini menangis? kenapa nafasnya memburuh?
"kamu kenapa Zefa?" tanyaku, percayalah aku sontak berdiri.
"Arkana.......hiks hiks...."
deg-
"Arkana? Arkana kenapa? dia kecelakaan? dimana? kapan? bagaimana keadaannya sekarang?"
"bukan Ra! hiks...."
"Arkana kenapa Fa!! cepat kasi tau!" bentakku. Nafasku juga memburuh. jantungku berdetak kencang.
"Dia... "
"Dia kenapa!??"
"Dia ditangkap polisi,"
Deg-
bruk!
lututku melemas seketika, berdiri saja sangat sulit rasanya, apa ini? kabar macam apa yang dibawa Zefaanya? Arkana? ditangkap polisi? "kenapa?" tanyaku berusaha berbicara.
"hikss...-"
Tut-
"halo?" panggilku.
"Halo? Zefaa?"
astaga kenapa panggilannya mati disaat yang tidak tepat? tanganku dengan lincah kembali menghubunginya namun nihil, ponselnya tak aktif. Tidak! aku bukan tipe orang yang bisa digantung begini, aku berlari mencari kunci mobil untuk menanyai Zefaanya tentang kejadian sebenarnya.
Dimobil fikiranku terus saja dipenuhi bayang- bayang Arkana, kenapa orang sebaik nya bisa ditangkap? Tidak! ini pasti tidak benar! Arkana anak hukum, ia tak akan mau melanggar, aku tahu itu. Tapi... -
Akhhh!!!!! aku menjadi tak fokus hingga hampir saja mobilku menabrak pengendara lain.
aku terus melajukan mobilku menuju satu tujuan utama. Rumah Zefaanya.
selang beberapa menit berkendara dengan kecepatan tinggi, hal yang pertama kali kulihat adalah sosok Zefanya yang tengah menangis di depan rumahnya.
hatiku bertanya - tanya
"apa ini benar?" tapi di sisi lain aku juga berfikir kenapa Zefanya sesedih itu? bukannya seharusnya akulah yang paling sedih?
"Fa!" panggilku. ia mendonggak lalu berlari dan memelukku erat.
"Fa! ini bohong kan? kamu sedang prank kan?"
"Arkana.. hiks!"
" tolong berhentilah menangis! aku tak suka melihatmu begitu! ceritakan apa yang terjadi." tanyaku sembari mengusap pelan pipi Zefanya yang dibanjiri air mata. walau kini mataku juga sepertinya memerah menahan tangis.
"Dia ditangkap kenapa?" tanyaku sekali lagi.
"aku juga tidak tau, sekarang kita ke kantor polisi saja," ucap Zefanyaa sedikit tenang.
~~~
"Saudara Arkana Mahaputra adalah orang yang memerintah dari dua tersangka kasus pelecehan dan perampokan-"
"hah?!" ucap mereka berdua bersamaan.
"pak ini pasti salah deh pak, Arkana tidak mungkin melakukan itu," jelas Zefaanya.
"atas dasar apa bapak menangkap Arkana? bapak punya bukti? bisa saja dua tersangka tadi berbohong kan?" pak polisi menggeleng lalu berdiri dan mengambil sebuah berkas dengan map warna kuning.
"ini," ia memberi berkas berupa hasil print chat antara Arkana dan pelaku. "bukti pertama," Chayra dan Zefaanya mengambil kertas itu dengan tak percaya. "lalu ini," ia memberi sebuah kaset, " ini ada rekaman telpon antara Saudara Arkana dan pelaku," Chayra semakin menatap tak percaya, "dan masih banyak bukti lainnya yang tidak bisa saya tunjukan, silahkan kalian pergi dari sini, karna kalian masih belum bisa mengunjungi tahan-"
"tunggu pak," potong Chayra.
"ya? ada apa?" ucap polisi tdi.
"siapa yang melaporkan? siapa yang dilencehkan dan dirampok itu?" tanya Chayra serius.
"oh tidak! kami tidak bisa memberikan informasi itu pada kalian, kalian siapanya?" Chayra dan Zefaanyaa saling menatap satu sama lain.
lalu pulang tanpa mengetahui siapa orang brengsek yang menuduhnya.mereka harus menunggu sampai 7 hari baru bisa berkunjung ke tahanan. entah peraturan macam apa itu.
***
deg-
kenapa nama itu nampak tak asing bagi Akhtar? dimana ia pernah mendengar nama itu.
"pada hari senin, tanggal 03 januari dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum," ucap ketua hakim di ikuti dengan ketokan palu sebanyak tiga kali.
beberapa tahapan sudah dilalui, Akhtar berperan sebagai penuntut umum saat ini. sampailah pada tahap dimana terdakwa dipanggil masuk kedalam ruang sidang.
"terdakwa diharapkan masuk kedalam ruang persidangan,"panggilnya.
Deg-
Akhtar terpaku dengan siapa yang baru masuk itu, hah? dia? tidak salah kah? itu bukannya...
"saya mantannya,"
Mantannya Chayra?
to be countinue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Teen FictionBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...